Sukses


Feature: Bisakah Mario Mandzukic Bertaji di Italia?

Bola.com, Jakarta Mario Mandzukic. Siapa klub yang tak ingin mendapatkan jasanya? Cepat, stamina luar biasa dan etos kerja maksimal merupakan salah atribut yang menempel dalam diri pemain 29 tahun tersebut. Namun bermain di liga baru memberikan tantangan sendiri baginya dan tentunya bagi Massimiliano Allegri yang harus mencari cara untuk menjinakkannya.

Mengapa Bola.com menyebut harus menjinakkannya? Mandzukic tahu betul kualitasnya sebagai seorang striker. Tetapi di sisi lain darah Kroasia mengalir deras di tubuhnya. Di negara Eropa timur itu, respek dan kejujuran adalah segalanya. Pelatih dengan CV mentereng macam Pep Guardiola pun pernah ditentangnya. Semua berawal ketika dia membela Bayern Muenchen dan merengkuh 26 gol di musim 2012/2013 tapi di musim berikutnya Pep menyingkirkannya.

"Guardiola mengecewakan saya karena tidak memperlakukan saya dengan respek. Apakah saya akan duduk dengannya untuk meminum kopi? Pemandangan itu tak akan terjadi."

"Dalam dunia profesional, saya tidak harus suka dengan setiap orang. Tapi saya merasakan adanya energi negatif dari Guardiola. Saya tidak layak mendapatkan perlakuan seperti itu setelah apa yang sudah diberikan dalam dua tahun. Lebih baik memberitahu kalau saya tidak cocok dengan gaya permainan Bayern ketimbang mencadangkan saya," tutur Mandzukic kepada Sportske Novosti, Oktober tahun lalu.

Dari paparan komentarnya terlihat kalau Mandzukic bukanlah pemain yang bisa ditaklukkan dengan mudah. Bahkan karakternya di ruang ganti terlihat sangat kuat dari penggalan wawancara tersebut. Namun, sama halnya dengan kedatangan pemain lain di klub baru, Mandzukic datang dengan senyum yang lebar.

Pengganti Tevez? Waspada Faktor Eksternal! 

Pria yang mengawali kariernya bersama Marsonia itu menyebut kalau kejatuhcintaannya terhadap Juve berawal dari warna kostum yang sama. Di sisi lain, gayung pun bersambut ketika Allegri mencoba menjabarkan pandangannya kepada Mandzukic.  Pemain dengan tinggi 187 cm itu diklaim sebagai sosok yang dibutuhkan oleh Juventus meski sang pelatih menyebut Tevez bukanlah orang yang wajib ditirunya.

Semua tahu kalau peran Tevez di Juventus sangatlah penting. Meski awalnya sempat dicerca karena memakai nomor keramat 10 yang sebelumnya dipakai Alessandro Del Piero, El Apache lambat laun mendapat tempat di hati suporter Bianconeri.

Berlaku sebagai salah satu pencetk gol terbanyak yang mengantar Juve merebut Scudetto 2013/2014, Tevez menaikkan level permainan di musim berikutnya. Torehan 20 gol di Serie A plus membawa Juventus ke final Liga Champions membuat Tevez kian dicintai. Namun bagi pria 31 tahun itu, Boca Juniors adalah cinta sejati dan ia ingin kembali ke pangkuan klub lamanya.

"Kami tidak harus menggantikan Tevez. Apa yang harus kami lakukan adalah memboyong pemain dan mempelajari cara bermainnya. Mandzukic sudah datang dan kami punya Simone Zaza, Kingsley Coman, Alvaro Morata dan Paulo Dybala, para pemain muda dengan banyak kualitas," kata Allegri kepada Sky Sport Italia.

"Mandzukic telah mencetak gol di klub manapun yang dia bela. Dia punya karakter yang kuat dan sudah bermain di level internasional. Dia akan bermain bagus pula di Juventus. Kami memboyongnya karena ia adalah pemain yang kami inginkan. Saya sangat senang karena memang dialah yang kami incar," tutupnya.

Orang-orang membandingkan dengan Tevez. Namun ia mungkin adalah pemain yang mirip Dennis Bergkamp. Intuisinya untuk membobol gawang lawan liar, plus poaching ability membuatnya sebagai striker yang berharga. Belum lagi pencarian sebuah klub yang benar-benar menghargai jasanya membuat Mandzukic kian mirip dengan pria Belanda tersebut. Mereka pun sama-sama harus dihadapkan dengan sepak bola Italia. Di negeri Eropa selatan itu, para bek mengunyah kaki-kaki lawannya seperti melumat pizza karena mereka tahu pesepak bola di Italia adalah sebuah pekerjaan dan mereka harus melakukannya dengan maksimal demi menuai kemenangan.

Mario Mandzukic Chiellini

Menghentikan striker lawan dengan segala cara menjadi tradisi di negeri ini. Tarik menarik baju, provokasi dan drama merupakan pemandangan yang wajar terjadi di Serie A. Belum lagi banyak faktor-faktor di luar lapangan yang membuat striker sesempurna Dennis Bergkamp yang memperkuat Internazionale di tahun 1993-1995 pun menyerah.

"Semula saya ingin berada di Italia selama empat sampai enam tahun. Namun saat berada di tahun kedua, saya berkata cukup sudah semua ini. Di Italia, saya tidak menikmati kehidupan sebagai pesepak bola. Beda halnya dengan Inggris dimana saya merasakan suatu atmosfer yang saya butuhkan," tulis Bergkamp dalam biografi bukunya yang berjudul Stillness and Speed.

Mengapa dia bisa menyerah? Di Italia, media lebih usil karena orang Italia memang lebih kritis terhadap permainan seorang pemain. Hanya karena performa buruk plus keeengganannya berbicara kepada media, sebuah penghargaan bernama L'asino della settimana (Donkey of the Week) diubah menjadi Bergkamp della settimana oleh La Republicca.

Di Italia, ada program bernama Il Processo (The Trial) yang disiarkan Rai Sport setiap minggu. Di acara ini, sebuah peristiwa kontroversial yang terjadi di lapangan akan dibahas dan ditayangkan ulang berkali-kali dari berbagai sisi, sudut kamera oleh pakar-pakar sepak bola. Apakah si A melakukan handsball? Apakah sih B mencetak gol dalam posisi offside? Apakah si C berkata kasar untuk membuat lawannya terprovokasi. Ini menunjukkan kalau media Italia jauh berbeda dengan Spanyol.

Bisakah Mandzukic mengendalikan diri dari tekanan karena kecaman pers andai dia tampil buruk?

Lalu dimana Mandzukic bisa membantu Juve?

Secara tersurat, Allegri menyatakan kalau dia siap untuk menanggalkan formasi 4-3-1-2 yang difavoritkannya menjadi kemungkinan 4-3-3 di mana dia bisa memaksimalkan Mandzukic plus memberi ruang untuk Alvaro Morata dan Paulo Dybala. Meski tak punya lagi trequartista yang semula ditempati Roberto Pereyra atau Arturo Vidal, tapi kekokohan lini tengah Si Nyonya Tua bertambah dengan kedatangan Sami Khedira.

Bila bisa memprediksi, peran Andrea Pirlo di Juve di musim depan tak akan sebesar dulu lagi dan rumor yang menyebut dia segera ke MLS Februari tahun depan tak membantunya untuk bertahan. Sepertinya Allegri ingin merumuskan trio gelandang tough guy yang punya karakter untuk lari kesana kemari sembari memecah konsentrasi lawan. Pirlo bukanlah tipe pemain yang seperti itu.

Kembali ke Mandzukic, seperti yang dikatakan Allegri dia bukanlah tipe yang bisa berlari cepat diantara bek-bek lawan dan membuka ruangnya ala Tevez. Dia lebih berkarakter sebagai penyelesai umpan sejati dimana dia membutuhkan rekan-rekannya untuk membantu mencetak gol. 

Untuk soal cetak mencetak gol, nama Mandzukic mungkin masih kalah dari Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Mari akui saja kalau dua pemain itu adalah alien. Mandzukic sudah mencetak 100 gol dalam kariernya sebelum hengkang ke Bayern Muenchen 2012.

Dia bertahan bersama raksasa Bavaria selama dua musim dan membantu klubnya meraih dua Bundesliga dan Liga Champions plus piala Super Jerman, piala Super Eropa dan piala Dunia AntarKlub. Selama itu dia mencetak 48 gol dari 88 penampilan sebelum hijrah ke Spanyol.

Allegri mungkin menyebut Tevez mungkin tak bisa digantikan oleh Mandzukic. Namun setidaknya dalam diri Mandzukic, Juventus telah menemukan seseorang yang bisa mencetak gol dengan rataan yang sama dan itu tentu dibutuhkan Juventus musim depan.

 

 

Baca Juga:

Pindah Ke Juventus, Ini Misi Mandzukic

Juventus Beli Mandzukic dengan Cara Kredit

Juventus Ikat Mandzukic Hingga 2019?

Video Populer

Foto Populer