Sukses


Soal Teror Paris, Prancis Diminta Tak Gelar Piala Eropa 2016

Bola.com, Paris Top Scorer Piala Dunia 1958, Just Fontaine, menilai Prancis sebaiknya tidak menggelar Piala Eropa 2016 setelah terjadi insiden berdarah yang terjadi di Paris, Prancis, pada Jumat (14/11/2015) malam.

Paris diguncang teror oleh sejumlah orang di enam titik wilayah berbeda. Salah satu tempat yang menjadi sasaran adalah Stade de France yang tengah menggelar pertandingan persahabatan antara Prancis dan Jerman. 

Pada menit ke-17, sempat terdengar bunyi ledakan bom. Namun, suporter, pemain serta pelatih di dalam stadion tidak sadar dan mengira bunyi tersebut adalah petasan yang dinyalakan oleh salah satu suporter kedua. 

Seusai pertandingan, tiga pria terduga teroris dikabarkan tewas di sekitar Stade de France. Sementara itu, menurut Juru Bicara Kejaksaan Paris, Agnes Thibault Lecuivre, aksi terorisme tersebut dilakukan delapan orang dan menewaskan lebih dari 150 orang. 

Fontaine mengaku, dirinya berada di dalam stadion saat kejadian tersebut berlangsung. Mantan pemain timnas Prancis itu pun menilai negaranya harus benar-benar meningkatkan keamanan jika tetap ingin menyelenggarakan Piala Piala Eropa yang bakal berlangsung pada 10 Juni hingga 10 Juli 2016. 

"Menurut saya, Prancis harus mengorbankan turnamen (Piala Eropa 2016). Saya sangat takut Black Friday kembali terulang. Menurut saya, kami tidak bisa menjamin keamanan yang diperlukan untuk menyelenggarakan turnamen besar," ujar Fontaine. 

Pada Minggu (15/11/2015), The Wall Street Journal, melaporkan, salah satu pelaku bom bunuh diri sudah memiliki tiket pertandingan Prancis melawan Jerman. Namun, pria terduga teroris itu gagal masuk ke dalam stadion setelah aksinya lebih dulu diketahui oleh pihak keamanan. 

Aksi terorisme itu pun mendapat perhatian khusus dari Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach. Maklum, Prancis sebelumnya dikabarkan berpeluang menjadi tuan rumah Olimpiade 2024. Proses pemilihan tuan rumah turnamen itu akan digelar di Peru pada 2017. 

"Kita saat ini berbicara mengenai Olimpiade yang akan digelar sembilan tahun ke depan dan terorisme secara global, bukan hanya mengenai sebuah negara atau kota. Jadi, ini tidak hanya menyangkut olahraga, tetapi semua peristiwa besar dan seluruh lapisan masyarakat," kata Bach. 

"Anda tidak dapat mengakui teroris-teroris itu telah menang. Kita harus bersatu dan tegas, terutama untuk setiap penyelenggaraan turnamen Olimpiade," tuturnya. 

Sumber: Guardian

Video Populer

Foto Populer