10 Klub Raksasa yang Pemiliknya Royal Hamburkan Uang: Fix, Owner MU Pelit Banget

Sangat menyedihkan jika melihat korelasi antara klub besar Eropa yang menghamburkan uang dengan prestasi yang mereka catatkan. Klub besar di sini seperti Manchester United (MU), Barcelona, Liverpool, Man City, PSG, AC Milan, Real Madrid dan lain-lain.

Bola.com, Jakarta - Sangat menyedihkan apabila melihat korelasi antara klub besar Eropa yang menghamburkan uang dengan prestasi yang mereka catatkan. Klub besar di sini tentu saja seperti Manchester United (MU), Barcelona, Liverpool, Man City, PSG, AC Milan, Inter Milan, Real Madrid, Chelsea, Juventus, dan lain-lain. 

Banyak yang beranggapan dengan menghabiskan banyak uang, maka klub makin mudah merebut gelar juara.

Namun kenyataannya, banyak klub yang menghabiskan uang tetapi tidak berujung prestasi sepadan, seperti yang terjadi pada MU beberapa tahun terakhir. Tentu saja, itu bisa terjadi jika klub membuat kesalahan besar di bursa transfer.

Di sisi lain ada klub kecil atau underdog yang berhasil berprestasi meski dengan anggaran terbatas. Semua itu berkah kerja keras dan semangat untuk mengalahkan klub yang beranggaran besar.

Tak heran banyak klub yang bergantung dari dana pemilik yang kaya raya. Lihat saja yang terjadi di PSG, Man City, dan beberapa klub besar Eropa lainnya. 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Sepak Bola Jadi Lahan Bisnis

Seperti dikutip dari Give Me Sport, Ramble Swiss melakukan penelitian terkait model bisnis klub sepak bola. Mereka melakukan studi kasus terkait banyaknya pengeluaran klub dalam 10 tahun terakhir.

Penelitian yang Ramble Swiss lakukan fokus dengan klub-klub besar Eropa. Misalnya saja di Liga Inggris, Italia, Spanyol, Jerman hingga Prancis.

 

3 dari 6 halaman

Pemilik MU Budgetnya Nol

Jika mengacu pada aspek bisnis, maka seharusnya pemilik klub enggan mengeluarkan uang. Pemilik seharusnya mendapat banyak keuntungan dari bisnis sepak bola yang mereka jalankan.

Klub-klub seperti Barcelona, Real Madrid, Manchester United, Bayern Munchen hingga Tottenham Hotspur telah melakukannya. Pemilik klub tersebut tidak mengeluarkan anggaran dari kantong pribadinya lagi untuk berinvestasi.

Namun mereka menggaet para partner atau sponsorship melalui kerja sama yang saling menguntungkan. Selain itu, pembatasan anggaran untuk merekrut hingga menggaji para pemain juga mereka lakukan untuk membatasi pengeluaran.

 

4 dari 6 halaman

Pemilik AC Milan dan Inter Milan Paling Royal

Jika pemilik Barcelona hingga Manchester United ogah mengeluarkan uang lagi dari kantong pribadi untuk investasi, berbeda denga dua klub di Kota Milan, Italia. Presiden Inter Milan dan AC Milan masih royal mengeluarkan uang dari kantong pribadinya.

Pemilik Suning Holdings Group bahkan sudah mengeluarkan hampir 1 miliar Euro atau sekitar Rp15 triliun. Ini menjadi yang terbesar dalam 10 tahun terakhir di mana pemilik klub mengeluarkan uang untuk berinvestasi.

Tetangga Inter, AC Milan berada di tempat kedua. Presiden Rossoneri sudah mengeluarkan lebih dari 900 juta Euro atau lebih dari Rp13 triliun.

 

5 dari 6 halaman

Presiden Tim Besar yang Masih Keluarkan Uang

Agak mengejutkan melihat duo Milan berada di puncak. Namun tentu tidak mengejutkan melihat Chelsea, Manchester City, dan Paris Saint-Germain masuk lima besar.

Para pemilik tiga klub besar ini masih mengeluarkan uang untuk berinvestasi bagi klubnya. Kemudian Everton yang hampir terdegradasi menempati peringkat keenam.

Lalu ada nama Leicester, Arsenal dan Wolves hingga Liverpool di posisi 10 besar. Para pemiliknya masih mengeluarkan ratusan juta Euro untuk investasi di klub tersebut dalam 10 tahun terakhir.

 

6 dari 6 halaman

Aturan Baru UEFA

Baru-baru ini, UEFA mengetok peraturan kebijakan keuangan dari setiap klub di Eropa. Peraturan yang paling menonjol yakni anggaran untuk gaji pemain, ofisial dan para karyawannya harus tidak boleh melebihi 70% dari pemasukan mereka.

Aturan ini merupakan turunan di bawah Financial Fair Play. Namun aturan ini akan menjadi persyaratan utama menjelang musim 2022/2023.

"Keuangan sepak bola Eropa kembali dari tepi jurang dan merevolusi bagaimana klub sepak bola Eropa dijalankan usai efek keuangan yang tak terhindarkan dari pandemi. UEFA telah menunjukkan perlunya reformasi anggaran belanja dan peraturan keberlanjutan keuangan baru," kata Presiden UEFA Aleksander Čeferin.

Sumber: Give Me Sport 

 

Video Populer

Foto Populer