Sukses


Ramadan dan Sepak Bola: Menjaga Profesionalitas kepada Klub dan Tuhan

Bola.com, Jakarta - Bulan Suci Ramadan segera datang dan menjadi periode terbaik bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Sang Pencipta, tak terkecuali para pesepak bola. Berpuasa menjadi ritual spesial sekaligus tantangan bagi mereka.

Berbeda dengan pesepak bola di Indonesia yang sedikit banyak dimudahkan dengan regulasi seperti jam kick-off yang disesuaikan, para aktor lapangan hijau di Eropa yang memutuskan untuk berpuasa justru harus nurut apapun peraturan dari operator liga.

Mesut Ozil, gelandang elegan asal Jerman yang juga seorang Muslim taat, pernah berucap kalau berpuasa sambil bermain sangat mustahil. Ini diutarakannya pada Piala Dunia 2014. Menariknya, pada momen yang sama, mayoritas pemain Aljazair semua berpuasa. Mereka kalah, tetapi tak satupun dari pemainnya yang menyalahkan 'ritual' berpuasa.

“Tidak, saya tidak berpikir itu adalah faktor kekalahan, kami siap bermain selama yang diperlukan, tidak ada yang percaya kami mampu menampilkan performa seperti itu. Ini adalah pertanyaan pribadi, itu antara kami dan Tuhan, saya rasa saya tidak perlu menjawab Anda, Ramadhan adalah hal yang pribadi," kata Raïs M’Bolhi, kiper Aljazair kala itu.

Sejak 2022, puasa dalam sepak bola adalah konsep yang lebih umum yang semakin banyak diketahui oleh fans non-Muslim. Ini juga membantu bahwa dua pemain terbaik dunia musim ini, Karim Benzema dan Mohamed Salah, adalah Muslim, dengan penyerang Liverpool ini bisa dibilang sebagai atlet Muslim paling terkenal di dunia saat ini.

Ketika memikirkan pemain Muslim top saat ini, siapa yang terlintas di benak Anda? Salah dan Benzema adalah pilihan yang jelas. Ada juga N'Golo Kante, Paul Pogba, Sadio Mane, Riyad Mahrez, Edin Dzeko, dan lainnya dalam daftar, banyak di antaranya berpuasa bahkan ketika bukan di bulan Ramadan.

Ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana pesepak bola Muslim bisa berpuasa sambil berlatih terus-menerus? Apakah puasa memengaruhi penampilan pemain? Adakah yang bisa mereka lakukan untuk memerangi efek puasa selama sebulan sambil memberikan yang terbaik di lapangan?

 

2 dari 4 halaman

Perspektif Muslim

Sebagai seorang Muslim dan dibesarkan dalam lingkungan Islami, saya selalu ingat akan pentingnya berpuasa. Puasa bukan cuma menahan lapar, haus, atau nafsu. Pada hakikatnya, berpuasa adalah menahan segala hal yang membatalkan puasa.

Berpuasa mengajarkan kita untuk lebih sabar, tawakal, dan yang paling penting, mengingatkan kita pada jutaan orang kurang mampu di belahan dunia yang tidak jarang merasakan kelaparan. Berpuasa, karena menjauhkan diri dari segala hal yang membatalkan puasa atas petunjuk-Nya, tentu otomotis bakal mendekatkan kita kepada-Nya.

Dari pengalaman pribadi, puasa memengaruhi pikiran seperti halnya tubuh. Jika saya terus berpikir saya akan lelah besok, saya akhirnya tidak melakukan apa-apa selain rebahan, bangun hanya ketika waktu berbuka puasa. Namun, jika saya merencanakan hari saya ke depan dan tahu bahwa saya ingin menyelesaikan beberapa hal, hari itu akan berjalan lebih baik.

Pekerjaan saya sebagai editor tidak banyak melibatkan aktivitas fisik, dan oleh karena itu logika ini tidak sepenuhnya berlaku untuk kehidupan dan penampilan para pesepak bola. Tetapi, apa yang dikatakan Abdel-Zaher El-Saqqa, mantan pemain Timnas Mesir dengan 112 caps, kepada Bleacher Report ketika ditanya bagaimana puasa memengaruhi permainannya sangat menarik.

"Saya selalu bermain bagus saat puasa, saya tidak punya penjelasan, tetapi saya kira itu pertolongan dan kehendak Tuhan. Permainan terbaik saya adalah selama bulan Ramadan, bahkan saya pernah berbuka puasa saat pertandingan ketika waktu Adzan Maghrib tiba."

"Para pemain Mesir, termasuk Salah, tentu saja memiliki pengalaman bermain saat puasa atau setelah berbuka puasa di bulan Ramadhan karena itu adalah hal yang mereka lakukan selama bertahun-tahun berulang kali."

 

3 dari 4 halaman

Profesional kepada Klub, Profesional kepada Tuhan

Dr Zafar Iqbal, mantan kepala kedokteran olahraga di Crystal Palace dan Liverpool, mengatakan kepada Bleacher Report pada tahun 2018 betapa berpuasa justru baik dari segi mental. Ia menyebut pemain jadi lebih disiplin dan tetap profesional.

"Tentu saja, para pemain yang bekerja dengan saya yang pernah berpuasa semuanya mengatakan bahwa puasa membantu mereka secara mental dan bahwa mereka merasa lebih disiplin dan menghargai apa yang mereka miliki."

"Beberapa pemain memilih berpuasa selama latihan tetapi tidak saat bertanding. Sekali lagi itu adalah keputusan yang sangat individual untuk dibuat. Saya telah menemukan ini dengan atlet Muslim lainnya di olahraga lain, seperti kriket dan rugby, di mana individu berpuasa selama latihan dan pertandingan dan merasa itu membantu mereka secara mental."

Beberapa pesepak bola Mesir lainnya mengaku puasa hanya membuat mereka lebih fokus karena mereka yakin lebih dekat dengan Tuhan selama sebulan. Pada 2022, Kante tampil buruk melawan Real Madrid di Liga Champions dan digantikan karena "alasan taktis", hal ini pertama kali terjadi padanya selama kariernya di Chelsea.

"Saat ini, dia berpuasa karena agamanya, karena keyakinannya. Mungkin alasan lain. Dia tidak melakukannya untuk pertama kali, tetapi jika Anda tidak makan di siang hari selama beberapa hari, itu dapat berpengaruh," kata Thomas Tuchel, pelatih Chelsea saat itu.

"Dia sudah terbiasa, tapi ya, mungkin itu juga bagian dari penjelasan mengapa kami merasa dia tidak berada di level tertingginya."

 

4 dari 4 halaman

Efek Domino

Di bulan suci Ramadhan, sama seperti saya, jutaan umat Islam lebih dekat dengan agama dan Allah daripada waktu lainnya di dunia. Pemain seperti Pogba, Benzema, dan Salah memiliki jutaan pengikut, dan mereka memengaruhi kehidupan ribuan orang baik di dalam maupun di luar lapangan.

Misalnya, menurut studi Universitas Stanford yang dilakukan pada tahun 2017, sejak Salah bergabung dengan Liverpool, kejahatan rasialisme di wilayah tersebut telah menurun sebesar 19% dan komentar anti-Muslim online telah turun sebesar 50%.

Premier League juga sudah mulai bergerak mengikuti perkembangan zaman. Sejarah dibuat pada April 2021. Pertandingan antara Leicester dan Crystal Palace dihentikan sementara untuk memungkinkan pemain Muslim berbuka puasa selama Ramadhan. Wesley Fofana dari Leicester mentweet 'Itulah yang membuat sepak bola indah' setelah pertandingan.

Pesepak bola semi-profesional Muslim, Sufyan Zia, menggambarkannya sebagai momen inspirasional bagi pemain seperti dia. "Rasanya sangat menyenangkan karena pemain Muslim terkadang kesulitan untuk berpuasa, terutama dalam permainan profesional."

"Klub pasti harus berbicara dengan pejabat atau liga mengizinkan beberapa menit dalam pertandingan karena itu tidak akan merugikan siapa pun, toh hanya makan1-2 kurma dan setenggak minuman berbuka puasa."

"Ini juga memberi klub dan pemain wawasan untuk melihat apa yang dialami pemain Muslim juga. Ini juga memungkinkan orang untuk menambah pengetahuan mereka tentang agama Islam dan Ramadan itu sendiri."

Video Populer

Foto Populer