Sukses


Final Liga Champions: Pep Guardiola Masih di Bawah Bayang-bayang Sir Alex Ferguson

Bola.com, Jakarta Manchester City berambisi meraih treble. Satu lagi trofi yang mereka kejar musim ini ialah Liga Champions. Man City akan bersua Inter Milan di Istanbul, Minggu (11/6/2023) dini hari WIB, live di SCTV dan Vidio.

Benarkah Pep Guardiola bakal menjadi manajer terhebat jika timnya juara?

 

Jika City mengalahkan Inter, suatu prestasi yang pasti akan meningkatkan perbandingan antara Pep Guardiola dan Sir Alex Ferguson. Kedua orang ini bersaing menjadi yang terhebat semenjak era Premier League.

Tentu saja, ada perbandingan yang menarik antara keduanya, paling tidak karena kesuksesan mereka dicapai di kota yang sama, meskipun di jalur yang berbeda.

Jika Guardiola akhirnya menaklukkan Eropa, dia sudah memiliki dua gelar Liga Champions bersama Barcelona. Dia juga akan mengikuti garis waktu yang sama dengan mantan rivalnya dalam mendominasi sepak bola Inggris selama setengah tahun.

2 dari 4 halaman

Masa-masa Frustrasi

Ferguson pertama kali memenangkan Premier League pada 1992-93 bersama Manchester United, tetapi tidak selama enam tahun berikutnya. Tim Setan Merah menambahkan tiga gelar domestik lagi, mereka akhirnya mengalahkan Bayern Munich untuk meraih Treble.

Demikian pula, City, asuhan Guardiola telah memenangkan lima dari tujuh gelar Liga sejak dia datang ke Inggris tetapi Liga Champions nol. Oleh karena itu, keduanya berbagi rasa frustrasi karena kurang berprestasi di Eropa. Sementara di Manchester, Guardiola memiliki waktu untuk memastikan besok hanyalah awal untuk City.

Ferguson selalu merasa bahwa dua Piala Eropa dalam 26 tahun di klub tidak cukup, terutama mengingat MU memenangkan 13 gelar Liga dalam periode yang sama, sementara City asuhan Guardiola berulang kali gagal di benua itu.

3 dari 4 halaman

Masih Jauh dari GOAT?

Pep Guardiola tidak bisa dianggap sebagai manajer terhebat di dunis sepak bola bahkan jika Man City menghancurkan Inter Milan. Kolumnis Mirror, Stan Collymore, Pep Guardiola merupakan manajer dengan rekor cemerlang di Liga Champions. 

“Pep Guardiola adalah satu dari 20 manajer teratas dalam sejarah, tetapi saya tidak bisa menempatkannya sebagai yang terhebat karena rekor Liga Champions-nya," lanjutnya.

“Ketiga klubnya adalah yang terkaya atau terkaya kedua di negara mereka dan memiliki sumber daya yang hampir tidak terbatas. Tapi dia masih belum memenangkannya selama 12 tahun," lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Duit Berbicara

Collymore menyebut, dukungan finansial yang selama ini menjadi faktor terkuat buat Guardiola mencapai beragam prestasi. Namun, itu juga belum cukup. Terbukti, di Man City, dia susah payah meraih gelar Liga Champions.

“Brian Clough memenangkan Piala Eropa dua kali dalam beberapa tahun setelah membawa Forest naik dari kasta kedua dua musim sebelumnya. Bob Paisley dan Sir Alex Ferguson sukses di klub-klub yang dibangun secara organik," katanya.

Johan Cruyff mengubah permainan tanpa dukungan finansial yang sama. Bahkan ada argumen kuat untuk menempatkan periode awal Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti lebih tinggi.

“Tapi di Barcelona, Bayern Munich, dan Manchester City, Guardiola memiliki segalanya di ujung jarinya. Dalam hal gaya, timnya mungkin telah mendorong batas atas bagaimana Anda bisa bermain lebih tinggi, tetapi dia masih gagal selama lebih dari satu dekade dalam kompetisi yang paling penting," jelasnya.

Sumber: Evening Standard, Mirror

Video Populer

Foto Populer