MU dan Tottenham: Bisa Tembus Final Liga Europa, Tetapi Hancur Lebur di Liga Inggris

Bola.com, Jakarta - Manchester United dan Tottenham Hotspur menunjukkan kontradiksi performa yang mencolok antara kompetisi domestik Liga Inggris dan panggung Eropa Liga Europa musim ini. Kedua tim berhasil menembus final Liga Europa 2024/2025, namun performa mereka di Liga Inggris justru sangat buruk, menciptakan paradoks menarik yang layak diulas secara mendalam.

Manchester United tampil dominan di Liga Europa. Mereka menyapu bersih 13 pertandingan tanpa kekalahan di kompetisi ini, termasuk kemenangan besar agregat 7-1 atas Athletic Bilbao di semifinal, dengan kemenangan 4-1 di leg kedua yang memperlihatkan kelas mereka di panggung Eropa.

Namun, di sisi lain, performa United di Liga Inggris sangat mengecewakan. Mereka mengalami sejumlah kekalahan telak 0-3, termasuk dari Liverpool, Tottenham, dan Bournemouth-semua di kandang sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa meski mampu tampil gemilang di Eropa, konsistensi dan kualitas mereka di liga domestik sangat jauh dari harapan.

Tottenham Hotspur juga mengalami situasi serupa. Mereka berhasil menyingkirkan Bodo/Glimt dengan agregat 5-1 di semifinal Liga Europa, mencatat kemenangan terbanyak dalam satu musim Liga Europa dengan sembilan kemenangan.

Namun, di Liga Inggris, Spurs terpuruk di posisi ke-16, berjuang menjauh dari zona degradasi dan berpotensi mencatatkan salah satu musim terburuk mereka dalam sejarah Premier League. Meski demikian, di Eropa, mereka menunjukkan disiplin dan mentalitas kuat yang diakui oleh pemain seperti Micky van de Ven, yang menyoroti sikap tanpa rasa takut Spurs menjelang final.

Perbedaan ini mencerminkan dua wajah tim yang sama: di satu sisi, mereka mampu mengerahkan kemampuan terbaik saat bertarung di panggung internasional yang lebih terstruktur dan dengan tekanan berbeda, sementara di sisi lain, mereka gagal mengatasi tantangan keras dan konsistensi yang dibutuhkan di Liga Inggris.

Micky van de Ven, bek Tottenham, menegaskan mentalitas timnya yang kuat di Liga Europa.

"Kami berada di final Eropa, hanya satu pertandingan lagi menuju trofi dan saya rasa mentalitas yang kami tunjukkan sungguh luar biasa... Kami melakukan apa yang perlu kami lakukan, kami berhasil menjaga clean sheet dan sekarang kami akan pergi ke Bilbao."

Sementara itu, pelatih Manchester United, Ruben Amorim, mengakui bahwa masalah di klubnya jauh lebih dalam.

"Final ini jelas merupakan masalah terkecil di klub kami. Kami perlu mengubah sesuatu yang lebih mendasar daripada ini. Bermain di Premier League adalah tantangan yang jauh lebih besar."

Danny Kelly dari "The View From The Lane" menyoroti perbedaan gaya permainan kedua tim di Liga Europa.

"Spurs tampak bermain dengan kontrol yang lebih baik, mengacu pada 'pragmatisme seksi' mereka. Sebaliknya, United sepertinya justru berkembang dalam situasi yang kacau... United berhasil meraih kemenangan agregat 7-1 meskipun sempat mengalami kesulitan awal, menunjukkan kemampuan mereka untuk tampil gemilang dalam pertandingan yang tak terduga."

Final Liga Europa yang akan mempertemukan Manchester United dan Tottenham Hotspur bukan hanya pertarungan dua tim dari Premier League, tetapi juga panggung di mana kontradiksi performa mereka paling nyata.

Kedua klub berpeluang mengangkat trofi Eropa pertama mereka dalam beberapa tahun, sekaligus menghindari catatan buruk sebagai tim dengan performa terburuk di liga domestik sambil meraih kejayaan di Eropa.

Pertandingan ini menjadi momen kunci yang bisa mengubah narasi musim mereka-apakah mereka mampu menutup musim dengan gelar dan harapan baru, atau justru mempertegas inkonsistensi yang membayangi perjalanan mereka di kompetisi domestik. Final di Bilbao nanti akan menjadi ujian sesungguhnya bagi mental dan kualitas kedua tim yang kontradiktif ini.