Ditinggal Bintang Utama Malah Jadi Jawara Liga Champions: No Neymar, No Mbappe, No Ibra, No Problemo

Bola.com, Jakarta - PSG menyita atensi banyak pihak. Mereka menjadi jawara Liga Champions setelah kepergian Lionel Messi, Neymar hingga Kylian Mbappe. Pelatih Luis Enrique membuktikan, racikannya lebih solid dengan nama besar yang seimbang dari seluruh penggawa Paris Saint-Germain.

PSG telah berhasil mengatasi semua keraguan yang ada di musim ini. Meskipun kehilangan Kylian Mbappe, mereka justru mampu meraih gelar Liga Champions untuk pertama kali pertama. Keberhasilan tersebut menjadi satu di antara cerita menarik dalam dunia sepak bola Eropa. 

Sebagian besar orang beranggapan, kepergian Mbappe akan mengurangi kekuatan tim asal Paris itu. Tapi, sejarah menunjukkan, PSG bukanlah satu-satunya klub yang mampu mencapai kesuksesan setelah kehilangan pemain bintangnya. 

Fenomena semacam ini telah terjadi beberapa kali di ajang Liga Champions. Setidaknya ada lima klub lain yang berhasil meraih gelar juara Eropa meskipun harus kehilangan pemain andalannya. Perjalanan mereka menuju tampuk juara menjadi bukti magis serta kerja keras luar biasa tim yang dianggap tak ada bintang utama.

Setelah Karim Benzema meninggalkan klub pada tahun 2023, Real Madrid memulai kompetisi musim 2023/2024 dengan formasi penyerang yang berbeda. Tanpa keberadaan striker andalan mereka, peluang memenangkan Liga Champions kembali terasa menantang. 

Namun, Jude Bellingham menunjukkan performa yang mengesankan di musim pertamanya bersama Madrid. Ia berhasil mencetak 23 gol dari posisi gelandang, mengisi kekosongan yang ditinggalkan Benzema.

Selain Bellingham, Joselu juga berperan penting dalam perjalanan Real Madrid di ajang Liga Champions. Berkat kontribusi kedua pemain tersebut, akhirnya berhasil meraih gelar ke-15 setelah mengalahkan Borussia Dortmund di Wembley. 

Keberhasilan ini menunjukkan, meskipun kehilangan seorang bintang, Real Madrid tetap mampu bersaing di level tertinggi. 

Setelah kepergian Eden Hazard, banyak penggemar Chelsea yang terkejut ketika klub mereka berhasil meraih gelar Liga Champions hanya dalam waktu dua tahun. Pada bulan Januari 2021, setelah pemecatan Frank Lampard, sosok Thomas Tuchel mengambil alih kursi kepelatihan dan berhasil membawa Chelsea mencetak sejarah yang luar biasa.

Pada musim tersebut, Tammy Abraham dan Timo Werner menonjol sebagai pencetak gol terbanyak tim dengan masing-masing mencetak 12 gol di semua kompetisi. Secara keseluruhan, skuad Chelsea pada waktu itu tidak terlihat seperti tim yang siap untuk menjadi juara Liga Champions.

Namun, strategi permainan yang diterapkan Tuchel dan pertahanan yang solid membuat mereka mampu mengatasi berbagai prediksi yang meragukan. Sementara itu, Eden Hazard sendiri baru berhasil meraih gelar Liga Champions setahun setelahnya bersama Real Madrid, meskipun kontribusinya di klub tersebut tidak terlalu signifikan.

Philippe Coutinho memutuskan untuk pergi dari Liverpool pada bulan Januari 2018. Sekitar satu setengah tahun setelah kepergiannya, Liverpool berhasil meraih gelar Liga Champions.

Liverpool memanfaatkan uang hasil penjualan Coutinho untuk memperkuat skuad mereka. Dalam pertandingan semifinal Liga Champions, Liverpool menaklukkan Barcelona dan Coutinho-nya dengan skor 4-0 di Anfield.

Walaupun Coutinho akhirnya mendapatkan trofi Liga Champions bersama Bayern Munchen pada tahun 2020, pasti ada perasaan yang berbeda jika ia bisa meraihnya bersama Liverpool. 

Zlatan Ibrahimovic memutuskan untuk meninggalkan Inter Milan pada awal musim 2009/2010, setelah berhasil mencetak 66 gol dalam 117 kali penampilan. Ia bergabung dengan Barcelona, sedangkan Samuel Eto'o datang ke Inter Milan dan segera membantu klub tersebut meraih treble di musim pertamanya.

Di Barcelona, Ibrahimovic mengalami kesulitan beradaptasi dan malah harus menghadapi kekalahan dari Inter Milan di semifinal Liga Champions. Di bawah kepemimpinan Jose Mourinho, Inter berhasil meraih gelar juara Liga Champions pada tahun 2010. 

Sepanjang perjalanan kariernya, Ibrahimovic tidak pernah merasakan manisnya trofi Liga Champions. Kemenangan Inter di tahun 2010 menjadi sebuah momen berharga yang tidak pernah bisa ia raih.

Setelah kepergian Ronaldinho di musim panas 2008, Barcelona memasuki musim 2008/2009 dengan performa yang jauh lebih baik. Musim ini merupakan yang pertama bagi Pep Guardiola sebagai pelatih, dan dia segera melakukan sejumlah perubahan signifikan untuk menyeimbangkan tim.

Selain Ronaldinho, klub juga melepaskan pemain lain seperti Deco dan Gianluca Zambrotta pada musim tersebut. Langkah-langkah ini memungkinkan Barcelona mengembangkan gaya permainan tiki-taka yang sangat efektif. 

Hasilnya sangat mengesankan. Barcelona berhasil meraih treble juara. Mereka mendominasi setiap kompetisi dengan permainan yang tidak hanya memukau tetapi juga penuh dengan strategi yang matang.