Jelang Piala Dunia Antarklub 2025, FIFPro Soroti Kesehatan Pemain dan Beban Kompetisi

Turnamen versi baru ini kini melibatkan 32 tim terbaik dunia dan akan digelar setiap empat tahun. Posisinya berada di antara Piala Dunia, Euro, dan Copa America, menjadikannya satu di antara turnamen besar yang menambah beban kompetisi pemain di level tertinggi.

FIFA tetap bersikukuh menggelar turnamen ini, meski menghadapi gugatan hukum dari sejumlah klub Eropa, ancaman mogok dari asosiasi pemain, dan peringatan berulang terkait kesejahteraan fisik dan mental para pemain.

Presiden FIFA, Gianni Infantino, menyebut Piala Dunia Antarklub 2025 sebagai sebuah momen bersejarah.

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, 32 klub terbaik dunia akan bertanding dalam satu turnamen guna benar-benar menentukan siapa klub terbaik di dunia,” kata Infantino.

Namun, kenyataannya banyak pemain yang tampil di turnamen ini nyaris tanpa jeda usai menjalani musim reguler yang melelahkan. Beberapa di antaranya bahkan baru saja menyelesaikan kompetisi besar lainnya.

Ousmane Dembele dan Vitinha, misalnya, baru dua pekan lalu membawa Paris Saint-Germain menjuarai final Liga Champions. Di sela waktu itu, mereka juga turun di UEFA Nations League.

Turnamen ini dijadwalkan berakhir pada 13 Juli, hanya sebulan sebelum Premier League musim 2025/26 dimulai pada 16 Agustus.

Hal ini tentu menimbulkan masalah bagi klub-klub seperti Manchester City atau Chelsea, yang berpotensi bermain hingga babak akhir dan tidak punya cukup waktu untuk pemulihan sebelum masuk masa pramusim.

FIFPro mengatakan pihaknya telah melakukan studi ilmiah bersama 70 pakar medis dan performa untuk menyusun 12 rekomendasi utama yang dapat dijadikan panduan perlindungan terhadap dampak negatif dari padatnya kalender kompetisi.

Satu di antara sorotan utama adalah ketiadaan kerangka regulasi yang baku dalam sepak bola internasional untuk melindungi pemain dari beban kerja yang berlebihan.

FIFPro meminta agar dua pekan dari total masa libur akhir musim benar-benar bebas dari kewajiban apa pun, tanpa agenda klub atau negara. Selain itu, mereka menekankan pentingnya jeda wajib di tengah musim.

Saat ini, beberapa liga Eropa sudah menerapkan libur musim dingin, tetapi Premier League di Inggris belum memberlakukan hal serupa secara konsisten.

FIFPro juga mendorong agar ada masa pelatihan ulang minimal empat pekan sebelum pemain kembali bertanding usai masa libur musim panas.

Tak hanya itu, perlindungan khusus bagi pemain akademi di bawah usia 18 tahun juga menjadi bagian dari rekomendasi. FIFPro menyoroti pentingnya manajemen kelelahan akibat perjalanan jauh, termasuk dengan menyediakan waktu istirahat setelah penerbangan lintas benua.

Dengan meningkatnya intensitas kompetisi dan tekanan jadwal, tuntutan akan reformasi struktural dalam perlindungan pemain kini tak bisa lagi diabaikan.

FIFPro berharap FIFA dan seluruh pemangku kepentingan dapat mulai bergerak dari wacana menuju aksi nyata demi keberlanjutan karier dan kesehatan jangka panjang para pesepak bola profesional.

Sumber: AP