Bagaimana Norwegia Vs Israel Menjadi Laga Sepak Bola Paling Kontroversial

Sikap ini menjadikan Norwegia unik di Eropa. Pep Guardiola, manajer klub Haaland (Manchester City), sempat menyebut terjadinya genosida nyata di Gaza lewat video yang diunggah di X pekan lalu.

Namun, selain Norwegia, federasi sepak bola lain belum menyatakan sikap sejelas itu terhadap Israel.

Ketegangan ini muncul di pekan yang menandai dua tahun serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 250 lainnya.

Kesepakatan tahap awal rencana perdamaian Gaza antara Israel dan Hamas dalam 48 jam terakhir pun diyakini tidak mengurangi ketegangan secara signifikan.

"Tidak diragukan lagi, pertandingan melawan Israel menantang, mengingat penderitaan kemanusiaan di Gaza dan konflik mendalam di Timur Tengah," pernyataan NFF, pekan lalu.

Norwegia memang dikenal tidak ragu memisahkan diri dari mayoritas Eropa ketika masalah politik masuk ke sepak bola.

Klaveness, mantan pengacara dan pesepak bola berusia 44 tahun, sebelumnya vokal menolak penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar, mengkritik FIFA karena mengabaikan isu hak asasi manusia, kesetaraan, dan demokrasi.

Ia juga menaruh perhatian pada proses bidding Piala Dunia 2034 di Arab Saudi.

Isu hak asasi manusia kembali menjadi akar ketegangan Norwegia dengan Israel.

NFF menekankan bahwa sikap mereka selaras dengan pemerintah Norwegia, yang bersama Spanyol dan Irlandia termasuk negara Eropa pertama yang mengakui negara Palestina pada Mei 2024, langkah yang memicu kemarahan Israel.

Delapan diplomat Norwegia di Israel dicabut akreditasinya, sementara Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh Norwegia "menghargai pembunuh dan pemerkosa Hamas" melalui pengakuan tersebut.

Hubungan diplomatik kedua negara hancur. Demonstrasi pro-Palestina sering terjadi di Oslo, sementara kediaman Duta Besar Norwegia di Tel Aviv, Per Egil Selvaag, pernah dilempari granat pada Juni lalu.

Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Store, yang baru terpilih kembali, menyebut situasi di Gaza "katastrofik" dan menegaskan dukungan Norwegia kepada pemerintah Palestina.

Langkah ini juga berdampak finansial: pengelola dana kekayaan negara Norwegia senilai 2 triliun paun menjual saham 11 perusahaan Israel, menyebut situasi kemanusiaan di Gaza sebagai alasan.

NFF terus menyuarakan perlunya mengakhiri serangan tidak proporsional terhadap warga sipil tak bersalah dan menegaskan keselarasan dengan kebijakan pemerintah.

Dalam konteks pertandingan, pertemuan pertama di Debrecen, Hungaria, Maret lalu yang dimenangkan Norwegia 4-2 karena Israel tidak dapat menggelar laga di kandang sendiri.

Kini, pertemuan kedua digelar di tengah ketegangan Eropa terhadap respons Israel atas serangan 7 Oktober, yang menurut kementerian kesehatan Gaza menewaskan sekitar 67.000 orang dan meluluhlantakkan wilayah tersebut.

Komisi penyelidikan PBB menyimpulkan Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina, klaim yang dibantah Israel.

Sepak bola pun menjadi bagian dari perdebatan politik. Pada 29 September lalu, 50 atlet profesional, termasuk mantan winger Chelsea, Hakim Ziyech, menandatangani surat mendesak UEFA menghentikan partisipasi Israel di kompetisi mereka.

Namun, rencana pemungutan suara negara Eropa terkait Israel tidak terjadi, bahkan mendapat penolakan tegas pemerintah AS.

Norwegia memilih bertindak sendiri. Seluruh hasil penjualan tiket laga ini disumbangkan ke Doctors Without Borders untuk membantu warga Palestina di Gaza. Israel sempat menanggapi dengan menyinggung praktik perburuan paus Norwegia, tetapi tidak mengubah keputusan NFF.

Keamanan menjadi prioritas. Kapasitas stadion dikurangi menjadi 25.000 penonton, semua bendera dan spanduk harus disetujui sebelumnya.

"Bendera Palestina kecil tidak dilarang, tetapi kami mendorong penggemar menghormati aturan dan mendukung Norwegia. Ini pertandingan sepak bola, bukan demonstrasi politik," jelas NFF.

Israel diperkirakan menghadapi sambutan yang sulit, terutama karena jeda internasional ini juga diwarnai aksi solidaritas pekerja di Italia atas blokade flotilla bantuan ke Gaza.

Pelatih Israel, Ran Ben Shimon, menyatakan pihaknya tetap fokus.

"Kami tidak membiarkan gangguan lingkungan memengaruhi kami. Kami bertanggung jawab atas apa yang ada di tangan kami," ucapnya.

Sumber: NY Times