Psikolog Buka-bukaan tentang Kondisi Para Pemain Gen Z Timnas Jerman: Sulit Dikritik! Jadi Takut, Stres, dan Sensitif

Bild mewawancarai psikologi olahraga Jerman, Matthias Herzog, untuk menafsirkan pernyataan Nagelsmann. Dia membandingkan para pemain Jerman saat ini dengan era Oliver Kahn, Stefan Effenberg, hingga Bastian Bastian.

"Memang benar, Nagelsmann menyadari bahwa timnya tidak stabil dan rapuh. Orang mungkin berpikir, memarahi dengan keras terkadang bisa membantu, tetapi Anda membutuhkan karakter yang tepat untuk itu," imbuh Herzog.

"Seperti Kahn, Effenberg, Schweinsteiger di masa lalu, itu berhasil pada mereka. Namun, saat ini kita punya sekelompok Schönwetterspieler, pemain cuaca cerah atau pemain yang bagus hanya saat kondisi baik, yang semuanya membutuhkan iklim yang menyenangkan," tuturnya.

Herzog menilai para pemain muda Jerman tumbuh dalam lingkungan yang terlalu nyaman sehingga ketika mendapatkan kritik keras, reaksinya justru menjadi ketakutan dan kehilangan keberanian mengambil keputusan.

"Mereka sulit menerima kritik. Di sini, suara keras dan hardikan justru membuat para pemain mengalami ketakutan yang membeku, seperti kelinci," ucap Herzog.

"Kemudian hormon stres meningkat pada para pemain, dan ini justru menimbulkan efek sebaliknya. Mereka semua sangat sensitif. Jauh lebih sulit berurusan dengan para miliarder sepak bola saat ini," imbuhnya.

Menurut Herzog, pendekatan yang lebih tenang dan jelas sering lebih efektif karena tanpa pemimpin kuat di lapangan, teguran keras sulit diterjemahkan menjadi perubahan, sehingga penjelasan taktik, ajakan bekerja sama, serta pemberian rasa aman menjadi cara yang lebih cocok bagi pemain yang sensitif dan mudah tertekan.

"Sebenarnya saya pendukung efek 'halo-wach'. Tetapi kamu juga membutuhkan pemimpin yang jelas, yang bisa mengeksekusinya. Kalau tidak ada, berteriak tidak akan membawa jauh. Karena itu lebih baik lewat hal-hal yang berisi dan objektif," tutur Herzog.

"Mengajak untuk saling bekerja sama. Lebih erat bersatu. Memberikan kasih sayang dan juga kepercayaan. Bahkan jika tidak ada yang bisa dipuji, selalu ada hal positif. Skornya masih 0. Dan setelah itu harus dilihat apa yang bisa diperbaiki."

"Mendapatkan rasa aman dan percaya diri lewat hal-hal sederhana. Dan kamu membutuhkan pemain kreatif seperti Sané, yang untungnya punya momennya. Tipe pemain seperti dia bisa melakukannya jika ia mau dan merasa dicintai. Maka saklar mental bisa cepat berubah. Dan itu bisa memberikan dampak penting untuk pertandingan pada Senin," terangnya.

Herzog menganggap bahwa absennya karakter alfa membuat Jerman rentan dalam momen krusial. Misalnya ketika tekanan meningkat di pertandingan besar, dibutuhkan pemain yang berani mengambil peran sulit dan tetap menjaga intensitas, bukan hanya yang tampil baik saat situasi sedang berjalan lancar.

"Saya rasa kita memang layak khawatir. Kita kehilangan karakter-karakter kuat, para alfa. Seperti Kahn dan Ballack pada 2002. Dengan mereka kita bisa mencapai final meski sepak bola kita buruk. Itu menunjukkan betapa besar pengaruh tipe pemain seperti itu," ungkap Herzo.

"Tetapi saat ini situasinya justru sebaliknya, kamu harus memberi banyak cinta kepada para pemain. Dan berharap mereka masuk ke dalam aliran permainan. Maka itu bisa berhasil, karena kita punya kualitas, lihat saja Musiala atau Wirtz. Namun bisa fatal jika permainan tidak berjalan dalam sebuah turnamen."

"Saat itu kamu membutuhkan juga ‘para bajingan’ di lapangan. Nagelsmann harus menemukan tipe itu. Dengan pendekatan lembut saja tidak akan bekerja. Kamu membutuhkan juga para egois yang tetap bisa bekerja dalam tim. Terutama pada momen besar, di pertandingan gugur, final, semifinal. Pada momen seperti saat Piala Eropa melawan Spanyol. Dalam situasi seperti itu, pemain cuaca cerah tidak akan cukup!" jelasnya.

Herzog melihat kondisi para pemain muda Jerman sebagai cerminan masyarakat modern, dan generasi baru tumbuh dalam kenyamanan sehingga ketangguhan dan kemauan untuk berjuang tidak terbentuk dengan baik.

"Itu mencerminkan persis situasi masyarakat kita. Banyak yang lesu dan tidak berdaya, termasuk melihat kondisi dunia saat ini. Terutama anak muda, Generasi Z, Mereka semua menginginkan kebebasan, petualangan, tapi tidak lagi siap untuk 'melewati lumpur'," kata Herzog.

"Hampir tidak ada lagi orang yang benar-benar tancap gas. Semuanya terbiasa dengan kenyamanan, tidak lagi tangguh. Mereka tidak perlu bersusah payah, dan itu berbahaya."

"Kita semua mengenal prinsip menanam dan menuai. Generasi muda sekarang merasa bisa melewati fase menanam dan langsung ingin memanen. Sayangnya, hasil panennya jadi sangat sedikit," paparnya.

Sumber: Bild

Kiper

• Oliver Baumann
• Alexander Nübel
• Finn Dahmen
• Noah Atubolu

Bek

• Malick Thiaw
• Waldemar Anton
• Jonathan Tah
• Nico Schlotterbeck
• Nathaniel Brown
• David Raum
• Ridle Baku

Gelandang

• Aleksandar Pavlović
• Joshua Kimmich
• Jamie Leweling
• Leon Goretzka
• Assan Ouédraogo
• Felix Nmecha
• Kevin Schade
• Florian Wirtz
• Leroy Sané
• Serge Gnabry

Penyerang

• Jonathan Burkardt
• Nick Woltemade
• Said El Mala