Kisruh Dokumen Terduga 7 Pemain Naturalisasi KW: Laporan Independen Segera Rampung, Federasi Sepak Bola Malaysia Siap Tempuh Jalur CAS

Joao Figueiredo, pemain naturalisasi baru Timnas Malaysia. (Bola.com/Dok.Facebook Timnas Malaysia).... Selengkapnya

Bola.com, Jakarta - Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) masih menunggu laporan lengkap dari komite independen yang menyelidiki polemik dokumentasi tujuh pemain Harimau Malaya. Laporan tersebut menjadi kunci langkah lanjutan setelah FIFA menjatuhkan sanksi berat kepada Malaysia dan para pemain terkait.

Presiden sementara FAM, Datuk Mohd Yusoff Mahadi, memastikan laporan yang diketuai mantan Ketua Hakim Negara Malaysia, Tun Md Raus Sharif, ditargetkan rampung dan diterima dalam bulan ini. Setelah itu, FAM baru akan menentukan sikap resmi berikutnya.

Kasus ini menjadi sorotan besar karena berdampak langsung pada skuad nasional Malaysia, terutama menyangkut status tujuh pemain keturunan yang sempat memperkuat Harimau Malaya di ajang internasional.

Di tengah proses hukum yang masih berjalan, FAM juga memastikan bahwa jalur hukum internasional tetap ditempuh hingga tuntas demi memastikan semua prosedur dipenuhi.

2 dari 5 halaman

FAM Masih Menunggu Laporan Komite Independen

FIFA Resmi Tolak Banding FAM, Media Vietnam Soroti Kasus 7 Pemain Naturalisasi Palsu Malaysia!... Selengkapnya

Mohd Yusoff menegaskan pihaknya tidak akan terburu-buru mengambil keputusan sebelum laporan lengkap diterima. Temuan dari komite independen akan menjadi dasar utama FAM dalam menentukan langkah selanjutnya.

“Kami masih menunggu laporan dari Tun Raus dan saya memperkirakan laporan itu akan diterima bulan ini. Dari laporan tersebut, kami akan melihat hasil temuan sebelum menentukan langkah berikutnya,” ujar Mohd Yusoff.

Ia menyampaikan pernyataan tersebut kepada awak media usai penandatanganan nota kesepahaman antara UKM Specialist Centre dan FAM di Hospital Canselor Tuanku Muhriz.

Komite independen tersebut dibentuk FAM pada Oktober lalu untuk menyelidiki persoalan dokumentasi tujuh pemain keturunan yang berujung sanksi FIFA selama 12 bulan.

3 dari 5 halaman

Kasus Resmi Dibawa ke CAS, Batas Akhir 18 Desember

Gelandang Timnas Malaysia Lee Tuck melawan gelandang Timnas Thailand, Theerathon Bunmathan — Gelandang naturalisasi Timnas Malaysia, Lee Tuck mencoba melewati gelandang Timnas Thailand, Theerathon Bunmathan dalam laga leg pertama semifinal Piala AFF 2022, Sabtu (7/1/2023) malam WIB di Stadion Bukit Jalil. (Dok. FA Malaysia)... Selengkapnya

Selain menunggu laporan internal, FAM juga telah menyerahkan kasus ini ke Court of Arbitration for Sport (CAS) setelah seluruh proses di tingkat FIFA dinyatakan selesai.

“Dalam situasi saat ini, tim hukum kami sedang menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan. Saya yakin kami dapat memenuhi prosedur CAS pada 18 Desember,” kata Mohd Yusoff.

Ia menegaskan bahwa hubungan FAM dengan FIFA terkait kasus ini telah berakhir, dan CAS menjadi forum hukum terakhir yang dapat ditempuh.

“Ini adalah proses terakhir kami. CAS adalah badan independen yang tidak terikat dengan FIFA. Apa pun keputusannya nanti bersifat final dan harus dipatuhi semua pihak,” tegasnya.

4 dari 5 halaman

Sanksi Berat FIFA: Denda Miliaran Rupiah

Sebelumnya, FIFA melalui Komite Banding tetap menguatkan keputusan Komite Disiplin setelah mempublikasikan dokumen putusan setebal 64 halaman pada 3 November.

Dalam putusan tersebut, FAM dijatuhi denda sebesar 350.000 franc Swiss, yang jika dikonversi setara dengan sekitar Rp6 triliun. Selain itu, tujuh pemain yang terlibat masing-masing didenda 2.000 franc Swiss atau sekitar Rp34 juta, serta dijatuhi larangan bermain selama 12 bulan.

Tujuh pemain yang terdampak sanksi tersebut adalah Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.

5 dari 5 halaman

FAM Tegaskan Bukan Sekadar Ambil Risiko

Mohd Yusoff menegaskan keputusan membawa kasus ini ke CAS bukan semata-mata soal keberanian mengambil risiko, melainkan komitmen FAM untuk menyelesaikan seluruh jalur hukum yang tersedia.

“Kami tidak melakukannya karena faktor risiko. Kami ingin memastikan semua proses hukum ditempuh sepenuhnya,” ujarnya.

Di luar polemik hukum, FAM juga membuka peluang kerja sama lanjutan dengan UKM Specialist Centre, termasuk dalam aspek manajemen mental pemain, sebagai bagian dari pembenahan jangka panjang sepak bola Malaysia.

Kasus ini pun menjadi ujian besar bagi tata kelola sepak bola Malaysia, sekaligus penentu masa depan sejumlah pemain Harimau Malaya yang kini masih menanti kepastian hukum.