Sukses


Hendra Bayauw dan Ricky Ohorella, Perpisahan Sementara Duo Tulehu

Bola.com, Padang - Tulehu terkenal sebagai "pabrik" pencetak pesepak bola jempolan. Sejumlah pemain ternama saat ini berasal dari desa yang terletak di Maluku Tengah itu, sebut saja: Alfin Tuasalamony, Ramdani Lestaluhu, atau Hasyim Kipuw.

Selain mereka, masih ada nama Hendra Bayauw dan Ricky Ohorella, dua pemain asal Tulehu yang punya cerita berbeda saat pertama kali mengenal sepak bola. Namun, keduanya sama-sama menjadi pesepak bola profesional yang sudah punya nama.

Sebagai sosok yang lebih tua, jelas Ohorella lebih dulu megenal olahraga sepak bola. Pemain berusia 25 tahun ini mengaku sudah bermain sepak bola saat masih berstatus siswa sekolah dasar.

"Saya bermain sepak bola sudah dari kecil, tapi waktu itu masih main bola plastik. Itu saat saya SD hingga SMP," ujar Ricky saat ditemui bola.com, beberapa waktu lalu di Padang.

Meski sudah lebih dulu bermain sepak bola, Ricky merasa terlambat serius menggelutinya. Dia baru latihan sepak bola dengan serius ketika sudah menggunakan seragam Sekolah Menengah Atas.

"Saya terlambat bermain sepak bola dengan serius, berbeda dengan Bayauw dan pemain muda Tulehu lainnya. Mereka kan ikut sekolah sepak bola. Lalau saya baru latihan serius di lapangan baru SMA kelas dua, jadi terlambat," ungkap Ohorella.

Wajar bila Bayauw lebih serius menggeluti sepak bola ketimbang Ricky. Pemain yang kini berusia 23 tahun tersebut memang mendapat dukungan penuh dari orang tua.

Bayauw mengaku dikenalkan sepak bola sejak dini dari ayahnya, Asayori Bayau. "Saya kenal sepak bola dari SD berkat orangtua. Dulu ayah saya main sepak bola juga, tapi bermain sepak bola di kampung," kata Bayauw bercerita.

Ayahnya juga yang mendorong untuk ikut SSB Tulehu Putera, sekolah sepak bola ternama di Tulehu. Dari SSB inilah awal karier cemerlang Bayauw dimulai.

2 dari 3 halaman

2

Perjalanan Karier Sebelum Bertemu di Semen Padang

Karier gemilang Bayauw tak diraih secara instan. Banyak tahap yang dilalui pemain bernama lengkap Hendra Adi Bayauw tersebut.

Saat masih sekolah, Bayauw sudah dipercaya masuk dalam tim Maluku U-15. Dia tampil pada ajang Liga Medco pada tahun 2008.

Pada turnamen itu Bayauw menjadi pencetak gol terbanyak turnamen dengan enam gol. Memang Maluku gagal meraih gelar juara, namun aksi Bayauw di lapangan membuat sejumlah klub profesional tertarik merekrutnya.

Pada tahun 2010, Persemalra Langgur beruntung mendapatkan jasa Bayauw. Tak lama di Persemalra, Bayauw kemudian hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Jakarta FC di ajang Liga Primer Indonesia (LPI).

Tahun 2011, pemain bertubuh mungil setinggi 156 cm tetap bermain di LPI. Namun tim Jakarta FC berganti nama menjadi Persija Jakarta. Di klub itu, Bayauw bermain sebanyak 33 kali dan mencetak 10 gol.

"Saya baru terjun ke sepak bola profesional pada tahun 2011-2012. Ketika itu saya bergabung dengan Persija LPI," ujar Bayauw menceritakan awal bermain untuk klub profesional.

Setelah membela Persija LPI, Bayauw kemudian hijrah ke tim yang menjadi juara LPI kala itu, Semen Padang, tepatnya pada tahun 2013. Saat itulah, Bayauw bertemu dengan Ricky, pemain Tulehu yang sudah lebih dulu bergabung dengan Tim Kabau Sirah.

Dua pemain asal Tulehu, Hendra Bayauw dan Ricky Ohorella. (Bola.com / Reza Bachtiar)

Ricky memang sudah lebih dulu bergabung dengan Semen Padang. Dia resmi menggunakan kostum Tim Urang Awak pada tahun 2011.

Sebelumnya, Ricky bergabung dengan tim Divisi Utama, Persibom Bolaang Mongondow dan Persih Tembilahan. Lantas kapan pertama kali pemain yang berposisi sebagai full-back itu masuk ke sepak bola profesional?

"Setelah lulus SMA saya baru turun ke sepak bola profesional. Klub profesional pertama saya adalah Persikad Depok, ketika itu tahun 2006," ucap Ohorella.

Kenangan Tak Terlupakan Hingga Momen Tampil Bersama untuk Pertama Kalinya

Saat bergabung bersama Semen Padang, Ricky dan Bayauw mengaku mengalami beberapa momen menarik sekaligus lucu, yang mungkin tak bisa mereka lupakan.

"Lucu-lucu aja di sini. Seperti kalau tahun baru. Biasanya kami nyanyi-nyanyi, joget bersama-sama," ungkap Ricky.

"Kadang ada orgen tunggal juga," tambah Bayauw.

Keduanya mengaku rasa kekeluargaan begitu terasa di Semen Padang. Itulah yang membuat Ricky dan Bayauw betah beberapa musim membela klub kebanggaan Ranah Minang.

"Di sini kompak, hati kami seperti sudah menyatu. Banyak momen menarik yang terjadi di sini," tutur Ricky.

Dua pemain asal Tulehu, Hendra Bayauw dan Ricky Ohorella. (Bola.com / Reza Bachtiar)

"Di Semen Padang enak, saya bisa mendapat rekan tim yang baik seperti kakak Ricky, banyak teman lain yang juga baik di sini. Pemain senior juga membimbing pemain muda, tidak menjatuhkan," timpal Bayauw.

Lantas apa yang biasa dilakukan kedua pemain muda berbakat Tulehu itu ketika Semen Padang libur pertandingan atau latihan?

"Pergi ke pantai atau karaoke. Kalau tidak ada kesibukan kami biasa jalan-jalan ke mall juga. Dulu saya sama Bayauw saja, adik-adik dari Tulehu yang lain belum ada di Semen Padang waktu itu. Kadang juga jalan sama kakak Nur Iskandar," cerita Ohorella.

Pemain kelahiran 31 Desember 1990 ini kemudian mengatakan kapan pertama kali bermain bersama satu lapangan dengan Bayauw menggunakan seragam Kabau Sirah.

"Tahun 2013, saat Semen Padang tampil di Piala AFC. Waktu itu kami bermain bersama. Tidak ada kesulitan ketika bermain bersama Bayauw," tuturnya.

3 dari 3 halaman

3

Meski Saling Puji, Ohorella dan Bayauw Harus Terpisah Jua

Wajar bila kedua pemain ini tak kesulitan jika bermain bersama meski untuk pertama kalinya. Ricky dan Bayauw tentu sudah mengenal karakter masing-masing karena berasal dari daerah yang sama.

Menariknya, kedua pemain ini ternyata tinggal berdekatan di Tulehu. Jangan heran jika Ricky sudah seperti sosok kakak bagi Bayauw.

"Dia seperti seorang kakak bagi saya. Dia selalu memberi tahu kekurangan saya. Apa saja. Ketika saya salah, dia juga memberi tahu saya," ucap Bayauw ketika ditanya sosok Ricky di matanya.

Lantas bagaimana Ricky melihat sosok Bayauw? "Dia orangnya baik, sudah seperti adik sendiri. Saya sering menasehati dia karena masih muda, kariernya masih panjang," katanya.

"Saya nasehati agar Bayauw bisa lebih baik lagi ke depannya. Jadi sebenarnya kami saling mengisi kekurangan saja," tambah pemain yang membela Indonesia pada ajang kualifikasi Piala Dunia 2014 melawan Bahrain, Februari 2012.

Para pemain muda Tulehu berpose bersama Hendra Bayauw dan Ricky Ohorella. (Bola.com / Reza Bachtiar)

Sayangnya kebersamaan mereka di Semen Padang harus berakhir. Bayauw meninggalkan Kabau Sirah pasca-kegagalan di final Piala Jenderal Sudirman 2016. Dia memilih bergabung dengan Mitra Kukar.

Sementara nasib Ricky belum diketahui pasti. Ada yang menyebut dia bertahan di Semen Padang. Ada kabar yang mengatakan Ricky kembali ke Tulehu untuk fokus memulihkan cedera. 

Meski tak lagi bersama-sama, keduanya tetap punya misi yang sama, meraih prestasi. Tentunya, Hendra Bayauw dan Ricky Ohorella sama-sama ingin nama Tulehu tak hanya terkenal di Indonesia, tetapi juga dunia.

"Saya memang ingin bermain di luar negeri. Semoga nantinya ada kesempatan," kata Bayauw.

Pilihan membela dua klub berbeda dianggap sebagai perpisahan sementara kedua pemain. Karena sejatinya setiap setahun sekali mereka berkumpul bersama dengan sejumlah pesepak bola asal Tulehu di kampung halamannya. Tepatnya saat hari raya Lebaran.

Para pesepak bola Tulehu bermain dalam sebuah turnamen antarkampung untuk memberi hiburan pada penduduk yang dikenal amat fanatik pada olahraga si kulit bundar. Dengan kata lain persaudaraan antaramereka tetap terjaga, apapun warna kostum yang dipakai.

Video Populer

Foto Populer