Sukses


Saat Santri Pondok Pesantren Berselawat untuk Dukung Madura United

Bola.com, Pamekasan - Pemandangan menarik selalu terlihat saat Madura United melakoni pertandingan di Gojek Liga 1 bersama Bukalapak. Selalu terdapat penonton yang tidak mengenakan atribut tim di beberapa titik tribune stadion.

Alih-alih memakai jersey atau kaos berwarna merah-putih, mereka justru menggunakan sarung, baju koko, dan peci membaur bersama suporter. Ya, para santri selalu hadir saat Madura United bertanding di Stadion Gelora Ratu Pamelingan (GRP), Pamekasan.

Meski tak memakai atribut Madura United, mereka tetap membawa syal dengan warna merah-putih. Bahkan, tak jarang mereka juga ikut bernyanyi untuk memberikan semangat kepada para pemain di lapangan.

Menurut Media Officer Madura United, Tabri Syaifullah Munir, keberadaan santri di setiap pertandingan itu memang bagian dari program manajemen Madura United. Ada program corporate social responsibility (CSR) yang memberikan kesempatan bagi santri.

"Kami punya CSR dengan salah satu programnya memberi tiket gratis kepada para santri. Kalau pertandingan agak longgar, bisa kami beri mencapai 500 tiket. Itu juga tidak terbatas pondok pesantren di Pamekasan saja, sampai ke Sampang dan Sumenep juga," kata Tabri kepada Bola.com.

Tujuan dari program itu, lanjut Tabri, adalah untuk memberikan fasilitas bagi santri mengetahui dunia di luar pesantren. Selama ini, pondok pesantren dikenal sebagai tempat yang kerap dikenal tertutup dari dunia luar.

"Kami ingin santri memahami dunia selain di lingkungan pesantren. Intinya, mereka bisa bersosialisasi dengan kelompok yang berbeda sehingga saat nanti terjun di masyarakat mereka bisa beradaptasi dengan mudah," imbuh pria asli Pamekasan itu.

Dari manajemen Madura United, sudah terdapat beberapa pihak yang mendapat tugas untuk datang ke pondok pesantren. Mereka memastikan bahwa pihak pengelola pondok pesantren memahami program CSR ini.

2 dari 2 halaman

Berselawat

Di sekitar Stadion GRP, terdapat setidaknya enam pondok pesantren dengan santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan, para santri itu menonton pertandingan dengan biaya sendiri.

“Kami memilih santri karena selama ini mereka fokus belajar agama dan juga berbagai bidang lain. Selain itu, di Madura ini ada banyak sekali pondok pesantren dan telah menjadi budaya. Bahkan, tak jarang panpel juga menggelar pertandingan dengan pakaian suasana pesantren karena memang sudah melekat dengan masyarakat di sini,” terang Tabri.

Keberadaan para santri di stadion menambah warna keberagaman penikmat sepak bola. Tak hanya menarik perhatian publik, mereka juga tak jarang memberikan pengaruh kuat pada suporter tim.

Lagu-lagu untuk mendukung Madura United sudah menjadi hal yang biasa bagi suporter yang dengan mendukung timnya. Namun, beberapa lagu shalawat dan pujian yang biasa dinyanyikan di pondok pesantren juga kerap berkumandang di Stadion GRP.

Video Populer

Foto Populer