Sukses


Nostalgia Gelandang Legendaris Timnas Indonesia, Fakhri Husaini: 28 Tahun Penuh Kenangan di PKT Bontang

Bola.com, Jakarta - Pasti ada banyak kenangan yang dirasakan oleh setiap pesepak bola ketika membela sebuah tim, apalagi hingga bermusim-musim. Seperti yang dialami oleh Fakhri Husaini, pemain Timnas Indonesia di era 90-an yang membela Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Bontang.

Ia berseragam PKT selama sembilan musim, yakni sejak tahun 1992 hingga 2001. Hingga saat ini juga masih bekerja di PKT atau sudah 28 tahun mengabdi.

Fakhri Husaini punya cerita menarik dalam perjalanan kariernya di PKT. Secara kebetulan ia bisa bergabung di klub milik BUMN tersebut, karena sebelumnya ia adalah pemain pilar Petrokimia Putra Gresik.

Baru-baru ini, Fakhri menceritakan kisahnya di tim PKT dalam kanal YouTube Omah Bal-balan. Ia menyebutkan sebuah 'kecelakaan' yang membuatnya memutuskan hijrah dari Gresik ke Bontang, sebuah kota kecil di Kalimantan Timur.

Ketika itu, kontraknya dengan Petrokimia Putra tidak diperpanjang. Alasannya adalah karena tidak ada kesepakatan terkait isi di dalam kontrak yang disodorkan manajemen Petrokimia Putra. Lantas di saat yang bersamaan, ada perwakilan dari PKT menghubungi Fakhri Husaini.

Orang yang menghubunginya adalah Arifin Tasrif, selaku pengurus PKT. Kini nama Arifin Tasrif jelas tidak asing karena ia merupakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia sejak tahun 2019.

"Jadi setelah kontrak dengan Petrokimia Putra putus, saat yang sama sampai di mes Petrokimia ditelpon orang yang tidak saya kenal namanya Arifin Tasrif yang sekarang menjadi menteri," tutur Fakhri Husaini.

2 dari 4 halaman

Demi Melanjutkan Kuliah

Awal komunikasinya dengan Arifin Tasrif lewat telepon itu ternyata bukanlah membahas potensi kepindahannya ke PKT dari Petrokimia Putra. Melainkan kesempatannya untuk bisa melanjutkan kuliah.

Fakhri Husaini sendiri saat itu ingin menyelesaikan kuliahnya di Surabaya sementara ia bermain sepak bola di Gresik. Alhasil pria asal Lhokseumawe tersebut tertarik dengan ajakan Arifin Tasrif untuk bermain dj PKT sekaligus kuliah di Bontang.

"Beliau menanyakan apakah ingin kuliah lagi tidak?, jadi bukan membahas sepak bola. Karena saya masih berhutang untuk menyelesaikan kuliah. Diminta kuliah di Bontang. Saya pikir kuliah di Surabaya dan tinggalnya di Gresik juga jauh akhirnya saya tidak lanjutkan," benernya.

"Saya pikir benar juga apa salahnya, meski sebenarnya ada beberapa klub yang menawar. Akhirnya saya sepakati," ungkap Fakhri.

3 dari 4 halaman

Momen Tak Terlupakan

Di awal kedatangan, Fakhri Husaini butuh penyesuaian dengan kondisi daerah dan lingkungan PKT serta daerah Bontang. Sebuah daerah yang berada di tengah-tengah hutan dengan infrastruktur jalan yang buruk saat itu.

Nyatanya selama puluhan tahun hingga sekarang ia tinggal di Bontang. Penyesuaiannya tak sulit karena Fakhri merasa juga berasal dari daerah yang hampir sama kondisinya di Lhokseumawe.

"Yang bikin saya betah adalah lapangan sepak bola di PKT, Stadion Mulawarman lapangan terbaik di Indonesia saat itu. Banyak pemain yang setiap main ke sana rasa lelah dapat hilang saat bermain di stadion Mulawarman milik PT PKT," katanya.

"Momen terbaik banyak tidak hanya final lawan PSM di tahun 2000. Ada beberapa laga dalam situasi terjepit, kadang menang di laga away. Sepak bola bukan tugas mudah menang tandang. PKT memang tidak pernah juara tapi 3 kali runner-up. Menunjukkan tim tidak ada bintang tapi kebersamaan," tutur pria 56 tahun.

4 dari 4 halaman

Pengalaman di Malaysia

Dirinya juga sempat mendapatkan kesempatan berkarier di luar negeri. Yakni adanya pembicaraan klub Polisi Diraja Malaysia pada tahun 1995. Bermain untuk Timnas Indonesia di Malaysia, Fakhri bersama Eri Irianto dan Kurniawan Dwi Yulianto yang mendapat tawaran itu.

"Tapi oleh tim saya tidak dilepas dan bertahan di PKT. Kenangan lain tampil di Liga Champions Asia. Secara umum PKT tim milik perusahaan dengan pengelolaan cukup baik dan profesional, meski dari sisi gaji tidak sebesar dengan klub lain yang waktu itu menggunakan APBD. Tapi di sini gaji terlambat satu hari saja tidak pernah," kenangnya.

"Bontang kota kecil yang sangat kondusif, tidak pernah terganggu dengan demo. Penduduk beragam dan saling menghormati," tandas Fakhri Husaini.

Video Populer

Foto Populer