Sukses


8 Kiper Legendaris Timnas Indonesia: Ada yang Pernah Tampil di Olimpiade hingga Terbaik di Asia

Bola.com, Yogyakarta - Timnas Indonesia selalu memiliki sederet pemain-pemain hebat dari generasi ke generasi. Pemain bertalenta dan berkualitas yang menghuni di setiap lininya. Tak terkecuali posisi penjaga gawang.

Sebagai benteng terakhir peran penjaga gawang sangatlah penting. Mereka punya tugas paling krusial untuk melindungi gawangnya dari kebobolan.

Dalam perjalanannya sejak 1934, Timnas Indonesia dihuni sederet kiper berkemampuan bagus. Performa gemilang kerap mencuri perhatian para pecinta sepak bola Tanah Air. Bahkan beberapa di antaranya layak menyandang status legenda.

Saat ini, posisi penjaga gawang Tim Garuda mayoritas diisi pemain-pemain muda berbakat, mulai Ernando Ari, Muhammad Adi Satryo, hingga Nadeo Argawinata. Timnas Indonesia juga memiliki satu kiper senior lainnya, yakni Andritany Ardhiyasa.

Jauh sebelum Andritany Ardhiyasa, Indonesia memiliki deretan kiper berkelas yang memiliki prestasi membanggakan.

Bola.com mengulas kiper-kiper Timnas Indonesia yang layak mendapatkan label legendaris. Siapa saja mereka? Yuk simak ulasannya di bawah ini.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 9 halaman

Maulwi Saelan

Maulwi Saelan merupakan salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Pria yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1926 itu saksi hidup saat Timnas Indonesia berlaga di Olimpiade 1956 Melbourne, Australia.

Ketika itu, langkah Tim Merah-Putih terhenti di perempat final melawan Uni Soviet. Pertandingan ini berjalan dramatis. Skor 0-0, meski sudah ada perpanjangan waktu 2X15 menit.

Saat itu diberlakukan aturan jika pertandingan berakhir imbang, maka laga harus diulang sehari sesudahnya. Pada laga ulangan Indonesia menyerah 0-4.

Kiprah memesona Maulwi Saelan terdengar hingga telinga Presiden RI, Soekarno. Bersama skuad Tim Garuda, sang kiper diundang ke Istana Negara. Selain menjadi pemain Timnas, Maulwi sempat menjadi Ketua Umum PSSI periode 1964-1968.

Tidak hanya menjadi kiper, Maulwi Saelan juga pernah berkarier di militer hingga menjadi ajudan pribadi Presiden Soekarno.

Maulwi tutup usia pada 10 Oktober 2016 di Jakarta. Jasanya sebagai seorang pejuang serta penjaga gawang Timnas Indonesia selalu dikenang.

3 dari 9 halaman

Ronny Pasla

Timnas Indonesia pernah memiliki kiper andal bernama Ronny Pasla. Penjaga gawang kelahiran Medan, 15 April 1947 itu berkiprah pada medio 1960-an hingga awal 1970.

Ketika masih aktif bermain Ronny Pasla dikenal tangguh menghalau bola-bola atas. Kemampuan di bawah mistar gawang tak diragukan pagi. Di level klub, dia sukses membawa Dinamo Medan menjadi kampiun Piala Soeratin.

Saat berusia 20 tahun, Ronny Pasla mendapat panggilan untuk memperkuat Tim Merah-Putih. Sederet prestasi pun diukir Ronny bersama Indonesia, di antaranya juara Piala Agakhan di Bangladesh pada 1967, juara Merdeka Games pada tahun yang sama, peringkat ketiga Saigon Cup 1970, dan juara Pesta Sukan Singapura 1972.

Tidak heran, posisi inti di Timnas Indonesia tak tergantikan sejak 1966 hingga memutuskan pensiun membela negara pada usia 38 tahun. Ronny pensiun total pada usia 40 tahun.

Menariknya, Ronny rupanya jadi satu-satunya kiper yang mampu menepis tendangan penalti legenda Brasil, Pele. Momen ini terjadi saat Santos, klub Pele saat itu melakoni tur Asia pada 1972.

Indonesia menjadi salah satu destinasi yang dituju. Dalam laga persahabatan tersebut Indonesia menyerah 1-2, tapi tetap berkesan bagi Ronny, berkat aksinya menahan eksekusi penalti Pele.

4 dari 9 halaman

Yudo Hadianto

Aksi Yudo Hadianto sebagai penjaga gawang mewarnai kiprah Timnas Indonesia pada era 1960 dan 1970-an. Pria kelahiran Solo, 19 September 1941, itu dikenal tenang dan tangkas di bawah mistar gawang.

Berkat kelebihan itu, Yudo bertahan selama 15 tahun lamanya di skuad Garuda setelah kali pertama tampil di kejuaraan junior Asia pada 1961.

Yudo Hadianto bahkan disebut-sebut sebagai kiper terbaik Asia pada eranya. Ini tidak terlepas sederet prestasi yang diraih bersama Timnas Indonesia di berbagai ajang internasional, seperti juara Merdeka Games (1962, 1969, 1974), King’s Cup Thailand (1978), hingga Aga Khan Cup Bangladesh (1978).

Tidak hanya itu, saat masih aktif bermain sejumlah klub besar Eropa pernah dihadapinya. Mulai dari Leeds United (Inggris), Benfica (Portugal), dan Dynamo Moskow dari Rusia. Namanya juga tercatat sebagai pelatih kiper Timnas Indonesia Futsal periode 2004-2007.

5 dari 9 halaman

Eddy Harto

Sosok Eddy Harto pantas masuk dalam daftar kiper legendaris Timnas Indonesia. Pencapaian terbaiknya bersama skuad Garuda adalah meraih emas cabang sepak bola di SEA Games 1991 Filipina.

Dalam ajang itu, dia menjadi pahlawan pada laga final di Rizal Memorial Stadium, Manila. Timnas Indonesia mengalahkan Thailand via adu penalti dengan skor 4-3. Kemenangan Indonesia ditentukan oleh aksi heroik Eddy memblok tendangan penalti Pairote Pongjan.

Pencapaian tersebut belum bisa diulang hingga kini. Padahal kala itu banyak pengamat meragukan Timnas Indonesia bisa sukses di SEA Games 1991, mengingat skuad Garuda didominasi pemain muda berusia 20-22 tahun.

Namun, berkat tangan dingin pelatih Anatoli Polosin, Indonesia mampu menorehkan sejarah kala itu. Pelatih berkarakter keras dan disiplin berkebangsaan Uni Soviet tersebut yang membentuk karakter permainan Indonesia jadi tim yang solid.

Eddy merasakan didikan keras ala Polosin berguna saat dirinya menjadi pelatih. Eddy terhitung sering menjadi pelatih kiper Timnas Indonesia. Di bawah asuhannya sebagai pelatih kiper, Timnas Indonesia U-23 sukses menjadi runner-up SEA Games edisi 2011 dan 2013.

Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, 16 Juni 1962, yang menempa dua kiper belia, Kurnia Meiga dan Andritany Ardhiyasa. Keduanya kemudian menjadi langganan Tim Merah-Putih.

6 dari 9 halaman

Hermansyah

Sosok Hermansyah dikenal sebagai kiper top Timnas Indonesia pada masanya. Hermansyah hampir selalu menjadi pilihan utama tiap kali Indonesia bertanding. Itu terjadi di era 1983 hingga awal 1990.

Saat Hermansyah menjadi kiper utama, Timnas Indonesia nyaris bisa berlaga di Piala Dunia 1986 Meksiko. Sayang, di partai penentuan babak akhir kualifikasi (fase ketiga), Indonesia yang menjadi juara Grup 3 B kalah dari Korea Selatan yang juara Grup 3 A.

Bermain di Jakarta, Tim Merah-Putih kalah 1-3 dan saat bertandang ke Korsel, Indonesia menyerah 0-2. Seandainya Timnas Indonesia yang kala itu dilatih Sinyo Aliandoe bisa menggasak Korea Selatan, maka Hermansyah dkk. yang akan berlaga ke Meksiko 1986.

Satu hal yang membuat Hermansyah awet menghuni Timnas Indonesia adalah kedisiplinan. Kiper kelahiran Sukabumi, 17 Agustus 1963, dikenal pemain yang disiplin tidak neko-neko. Jangan heran kalau kariernya sebagai pesepak bola panjang.

Hermansyah juga dikenal sebagai kiper tangguh dan spesialis pemblok penalti. Soal urusan penalti Hermansyah sempat dilatih oleh pelatih kiper legendaris asal Brasil, Barbatana.

Hermansyah di usia gaek membela klub Mastrans Bandung Raya. Saat itu, dia ikut memberikan gelar juara Liga Dunhill 1995-1996 bagi klubnya. Hermansyah lantas gantung sepatu pada 1999 saat membela Persikota.

7 dari 9 halaman

Kurnia Sandy

Timnas Indonesia pernah diperkuat sosok penjaga gawang legendaris Kurnia Sandy. Eks kiper PSM Makassar itu merupakan jebolan PSSI Primavera yang sempat mendapatkan kesempatan untuk berseragam Sampdoria pada musim 1996-1997.

Bicara soal Timnas Indonesia, Kurnia Sandy merupakan penerus dari Hermansyah. Kurnia Sandy mulai menembus skuad Timnas Indonesia pada ajang Piala Tiger dan Piala Asia 1996 hingga 1998.

Dari catatan yang ditemukan Bola.com, Kurnia Sandy mengemas 24 penampilan bersama Tim Garuda selama tiga tahun, mulai 1995 hingga 1998. Kurnia Sandy juga ikut membantu Tim Garuda meraih medali perak SEA Games 1997.

Sementara di level klub, Kurnia Sandy membantu Arema menjadi juara Divisi 1 2004 dan menjuarai Copa Indonesia 2005 dan 2006. Dia juga tampil di Liga Champions Asia 2007 bersama Persik Kediri.

Kini Kurnia Sandy aktif sebagai pelatih kiper. Juga sempat membimbing kiper-kiper muda Tim Garuda ketika Piala AFF 2018.

8 dari 9 halaman

Hendro Kartiko

Selanjutnya ada Hendro Kartiko. Ia sangat layak dilabeli penjaga gawang terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia.

Dia dipercaya sebagai kiper Timnas Indonesia era 90-an hingga 2000-an. Hendro Kartiko debut untuk Timnas Indonesia pada 1996, menggantikan Kurnia Sandy. Kala itu, dia menjadi bagian dari Timnas Indonesia di Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab.

Setelah Kurnia Sandy meninggalkan Timnas Indonesia pada 1998, Hendro Kartiko lantas menjadi kiper utama Tim Garuda di Piala Asia 2000. Pada Piala Asia 2000 dan 2004, Hendro secara reguler menjadi kiper nomor satu.

Pada dua edisi ini, Hendro selalu menjadi man of the match pada setiap laga perdana Timnas Indonesia. Bahkan, di Piala Asia 2000 itu dia mendapat julukan Barthez dari Indonesia.

Seperti diketahui Barthez adalah kiper tim nasional Prancis yang membawa negaranya menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Kebetulan keduanya memiliki persamaan, Hendro dan Barthez sama-sama berkepala plontos.

Mencatatkan penampilan sebanyak 60 kali, Hendro mengawal gawang Timnas Indonesia hingga ajang Piala AFF 2007. Dengan rekor penampilannya, Hendro Kartiko pernah merasakan tiga final Piala AFF, yakni 2000, 2002, dan 2004.

 

9 dari 9 halaman

Markus Horison

Markus Haris Maulana atau yang dikenal sebagai Markus Horison adalah sosok kiper legendaris yang juga dimiliki Timnas Indonesia.

Markus Horison cukup dikenal di dunia sepak bola Tanah Air. Pria kelahiran Pangkalan Brandan, 14 Maret 1981 itu kiper andalan Timnas Indonesia periode 2007-2012. Prestasi terbaiknya yakni membawa Garuda finis runner-up Piala AFF 2010.

Markus Horison cukup malang melintang di kompetisi Tanah Air. Dia mengawali karir profesional sejak 2000. Markus tercatat pernah membela sejumlah klub semacam Persib Bandung, PSMS Medan, hingga Persik Kediri.

Setelah gantung sepatu Markus Horison memilih menetap di kota Bandung bersama keluarga kecilnya. Meski begitu, Markus tak lantas meninggalkan dunia si kulit bundar yang telah membesarkan namanya.

Kini ini Markus dipercaya menjadi pelatih kiper Timnas U-16 mendampingi pelatih Bima Sakti.

Video Populer

Foto Populer