Bola.com, Jakarta - Arsenal dihadapkan pada dilema penuh gengsi akhir pekan ini: memberikan guard of honour kepada Liverpool saat kedua tim bertemu di Anfield, Minggu malam (11-5-2025), menyusul keberhasilan The Reds menyalip mereka dalam perebutan gelar juara Premier League musim ini.
Bagi sebagian besar pendukung Arsenal, ide melihat tim kesayangan mereka berdiri berbaris menyambut juara baru bisa terasa menyakitkan—apalagi jika melihat bagaimana mereka sempat bersaing ketat dengan Liverpool sepanjang musim 2024/25 sebelum performa mereka menurun di fase-fase akhir.
Baca Juga
Advertisement
Gelar Premier League pun akhirnya melayang ke tangan rival dengan empat laga tersisa.
Di tengah rasa kecewa itu, tentu saja memberi penghormatan kepada pesaing utama bukanlah hal yang berada di daftar teratas hal yang ingin dilakukan oleh pasukan Mikel Arteta.
Harga tiket Indonesia Open 2025 sudah diumumkan, dan kabar baiknya, tiketnya sangat terjangkau!
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Simbol Sportivitas dan Respek
Fokus utama Arsenal justru adalah mempertahankan posisi runner-up, dengan ancaman posisi klasemen yang masih bisa berubah dalam tiga laga terakhir.
Saat ini, Meriam London hanya unggul tiga poin dari Manchester City yang berada di peringkat ketiga, dan jarak mereka dengan Aston Villa di posisi ketujuh pun cuma terpaut tujuh poin.
Situasi itu membuat laga di Anfield menjadi sangat krusial, baik dari sisi gengsi maupun perburuan posisi klasemen akhir.
Namun, sebelum pertandingan dimulai, Arsenal diperkirakan akan menjalankan tradisi memberikan guard of honour kepada sang juara, Liverpool—sebuah bentuk penghormatan yang lazim dilakukan meski tidak diatur secara resmi dalam regulasi kompetisi.
Tradisi ini telah menjadi simbol sportivitas dan respek dalam dunia sepak bola.
Advertisement
Contoh dari Sir Alex Ferguson
Sosok legendaris seperti Sir Alex Ferguson pun dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Brendan Rodgers, yang saat ini melatih Celtic dan pernah bekerja sebagai pelatih muda di Chelsea, mengenang bagaimana Ferguson menunjukkan kelasnya saat Manchester United memberikan guard of honour kepada Chelsea pada awal era Jose Mourinho, dua dekade lalu.
"Saya tidak akan pernah lupa ketika saya masih di Chelsea sebagai pelatih muda, dan di musim pertama Jose Mourinho, mereka berhasil menjuarai liga,” kata Rodgers kepada Mirror.
"Saya ingat betul pergi ke Old Trafford malam itu untuk menyaksikan pertandingan. Saya yakin para pemain Manchester United tidak ingin melakukannya, tapi saya juga yakin Fergie yang meminta mereka tetap melakukannya," ungkapnya.
"Itu pasti sangat sulit, tapi menunjukkan betapa berkelasnya Sir Alex dan kerendahan hatinya. Meski pesaing lain datang dan merebut gelar, mereka tetap memberikan penghormatan. Itu adalah sikap sportivitas, dan bisa menjadi motivasi besar untuk musim berikutnya," kenang Rodgers.
Kadang Terjadi Penolakan
Meski tidak wajib, tradisi guard of honour kerap dianggap sebagai bentuk penghargaan tertinggi bagi tim yang berhasil meraih gelar. Namun, dalam beberapa kasus—terutama ketika yang juara adalah rival langsung—terkadang terjadi penolakan atau sikap setengah hati.
Liverpool, yang kini meraih gelar liga top-flight ke-20 mereka, akan menjalani tiga laga terakhir musim ini dalam balutan selebrasi. Sebaliknya, Arsenal harus terus berjuang hingga peluit akhir musim untuk memastikan mereka tetap berada di posisi kedua.
The Gunners dijadwalkan menghadapi Liverpool, Newcastle United, dan Southampton dalam tiga laga pamungkas. Sementara itu, Manchester City masih mengintai, siap memanfaatkan setiap celah untuk naik peringkat dan menutup musim yang dianggap kurang konsisten dengan akhir yang kuat.
Â
Sumber: MEN
Advertisement