Awal dari Akhir Ruben Amorim? MU Sentuh Titik Terendah usai Dipermalukan Grimsby

Usai laga, komentar Amorim terdengar sinis sekaligus penuh sindiran.

"Ketika melawan tim dari divisi empat, bukan soal kiper saja [yang bikin kalah], tapi semuanya. Lingkungan, cara kami menghadapi kompetisi. Hari ini, para pemain berbicara sangat keras untuk saya," ujar Amorim.

Pernyataan yang jelas bukan sebuah pujian.

Padahal, dengan skuad mahal dan bertabur bintang, MU seharusnya mampu menang mudah.

Namun, keberanian dan organisasi permainan Grimsby, ditambah kegigihan Amorim mempertahankan skema 3-4-3 yang dianggap tak cocok dengan materi pemainnya, membuat Setan Merah terjerembab ke satu di antara kekalahan paling memalukan dalam sejarah klub.

Sejumlah kesalahan elementer turut memperparah keadaan: pertahanan rapuh Diogo Dalot dan Tyler Fredricson, blunder Andre Onana saat kebobolan gol kedua, lemahnya kontrol lini tengah dari Kobbie Mainoo dan Manuel Ugarte, hingga penalti ceroboh Cunha yang seharusnya bisa mengakhiri laga.

Masalah ini bukan insiden tunggal. Sejak awal musim, MU memang sudah bermasalah: kiper tak konsisten, pertahanan keropos, lini tengah tumpul, bahkan eksekusi penalti yang berulang kali gagal, Bruno Fernandes pun sempat meleset akhir pekan lalu di liga.

Bursa transfer yang segera ditutup juga memperkecil peluang MU mendatangkan solusi instan.

Namun, problem terbesar justru terletak pada kepala pelatih. Amorim masih ngotot dengan formasi 3-4-3, meski terbukti membuat lini tengah selalu kalah jumlah dan serangan sulit berkembang karena pemain sayap lebih suka menusuk ke dalam ketimbang menyuplai bola ke penyerang.

Kekeraskepalaan inilah yang kian menipiskan harapan Amorim untuk bertahan lama di kursi pelatih.

Suasana makin buruk ketika suporter Grimsby meneriakkan ejekan, "You're getting sacked in the morning!" (kamu akan dipecat di pagi hari), meski kemungkinan pemecatan secepat itu, kecil.

Catatan Amorim memang mencemaskan: dalam 45 laga sejak November lalu, ia kalah 19 kali dan hanya menang 17. Rasio kemenangannya tercatat sebagai yang terburuk di era pasca-Sir Alex Ferguson.

Kekalahan di Grimsby jelas menjadi titik nadir.

Pertanyaannya, apakah ini batas terendah MU di bawah Amorim, atau justru awal dari keterpurukan yang lebih dalam?

Sumber: ESPN