Realitas Pahit MU: Ruben Amorim Bukan Satu-satunya Masalah

Menjelang laga kontra Sunderland di Old Trafford, Sabtu malam ini, yang juga menandai pertandingan ke-50 Amorim di semua ajang, tekanan terhadapnya berada di titik tertinggi.

Sebagian besar penggemar MU tampaknya sudah kehilangan keyakinan, bahkan hasil positif sekalipun dianggap hanya menunda sesuatu yang tak terelakkan.

Situasi ini membuat Amorim berada di posisi serbasalah. Jika menang, ia tak akan mendapat banyak pujian karena MU memang seharusnya mengalahkan tim promosi seperti Sunderland , yang sejauh ini tampil mengejutkan dengan tiga kemenangan dan dua hasil imbang dari enam laga awal.

Namun, jika kalah atau imbang, desakan agar ia mundur akan makin keras.

Usai kekalahan 1-3 dari Brentford Sabtu pekan lalu, Amorim tetap tampil tenang dalam konferensi pers. Tetapi, ia tampak paham bahwa kesempatan untuk menjelaskan konteks di balik hasil buruk timnya sudah berlalu.

Ia bisa saja menyoroti fakta bahwa tiga penalti gagal, dua dari Bruno Fernandes (melawan Fulham dan Brentford) dan satu lagi dari Bryan Mbeumo dalam kekalahan adu penalti kontra Grimsby Town di Carabao Cup, telah mengubah dinamika awal musim ini.

Ia juga bisa menyinggung kesalahan individu, seperti blunder Luke Shaw saat melawan Manchester City atau Harry Maguire di laga Brentford, yang berulang kali menggagalkan rencana permainan tim.

Namun, Amorim memilih untuk tidak berkilah. Ia tampaknya sadar bahwa perdebatan sekarang hanya berputar pada satu hal: masa depannya.

Bertahan atau pergi? Amorim in, atau Amorim out? Semua pembahasan lain tak lagi berarti.

Saat berbicara di ruang media Stadion Gtech Community, ia bahkan mengaku tak punya banyak ruang untuk melindungi diri sendiri lewat wawancara.

Satu di antara mentornya, Jose Mourinho, dikenal sering menghadapi situasi seperti ini dengan menyerang balik siapa pun yang mengkritik. Amorim justru memilih jalur berbeda.

Alih-alih menyalahkan pihak lain, ia justru menarik sorotan ke dirinya sendiri, sesuatu yang tentu melegakan bagi Ratcliffe, sosok yang justru telah membuat lebih banyak kesalahan di Old Trafford daripada pelatihnya.

Amorim sejatinya punya alasan kuat untuk menegaskan bahwa musim lalu ia terpaksa "mengorbankan" beberapa laga Premier League demi fokus ke Liga Europa dan peluang lolos ke Liga Champions.

Tidak ada penjelasan lain mengapa ia menurunkan pemain muda seperti Tyler Fredricson, Harry Amass, dan Chido Obi dalam kekalahan 3-4 dari Brentford pada 4 Mei lalu.

Amass, yang mencatat tujuh penampilan musim lalu, kini dipinjamkan ke Sheffield Wednesday. Sementara Chido Obi, yang bermain delapan kali, sudah kembali ke akademi.

Laga melawan Brentford Mei lalu berlangsung hanya beberapa hari sebelum kemenangan 4-1 atas Athletic Club di semifinal kedua Liga Europa, saat satu-satunya target realistis MU hanyalah trofi tersebut.

Semua konteks itu kerap luput ketika rekor Amorim di Premier League, 17 kekalahan dengan persentase kemenangan hanya 27,3 persen, terus dijadikan bahan kritik. Angka itu memang buruk, tak bisa dibantah. Namun, di balik statistik tersebut, ada cerita dan alasan yang sering diabaikan.

Sumber: ESPN