Hasil Imbang yang Membuka Lagi Perdebatan Mentalitas Arsenal

Arteta menyatakan dirinya kecewa, tetapi bangga dengan penampilan tim di Stamford Bridge, tetapi komentarnya mengenai penyebab kegagalan meraih kemenangan langsung memancing kritik.

"Kami bermain setiap dua setengah hari. Hari ini kami mendapat satu hari istirahat lebih sedikit dibanding Chelsea. Tapi, itulah jadwalnya," kata Arteta, sepertu dilaporkan Kieran Gill dari Daily Mail.

Pernyataan tersebut langsung dimanfaatkan oleh para pendukung rival di media sosial.

Seorang pengguna X menulis: "Selalu menangis. Dia bisa saja jadi pelatih yang disukai banyak orang, tapi memilih menjadi crybaby."

Komentar lain berbunyi: "Ini alasan semata. Anda tidak bisa menyalahkan jadwal ketika gagal mengalahkan Chelsea yang bermain dengan 10 pemain."

Pengguna lain menambahkan: "Arteta si pencari alasan muncul lagi. Saya tidak kaget."

Ada pula yang menulis: "Belum masuk Januari saja dia sudah mulai mencari-cari alasan," sementara komentar lain menyimpulkan: "Dengan mentalitas seperti ini, dia akan kembali mengakhiri musim tanpa trofi."

Kartu merah yang tidak perlu, selebrasi berlebihan ketika menyamakan kedudukan, kegagalan mengelola momen krusial, semua hal itu pernah melekat pada Arsenal tiga hingga empat musim terakhir.

Tim yang kerap menunjukkan potensi sebagai calon juara itu justru berulang kali goyah ketika tekanan meningkat sehingga keraguan terhadap mentalitas mereka terus menghantui.

Enam kartu kuning yang diterima dan kegagalan memaksimalkan keunggulan jumlah pemain pada laga kontra Chelsea kembali menjadi pengingat atas kelemahan-kelemahan tersebut.

Pertandingan semacam itulah yang biasanya menentukan titel Premier League, sesuatu yang belum diraih Arsenal sejak musim Invincibles 2003/04.

Namun. musim ini Arsenal jauh lebih stabil. Mereka belum pernah kalah sejak takluk 0-1 dari Liverpool pada akhir Agustus dan tetap menjadi satu di antara favorit utama dalam perebutan gelar.

Proyek jangka panjang Arteta memang menuntut kesabaran, dan satu gelar besar berpotensi memicu efek berantai dalam membangun fondasi kuat, sebagaimana terjadi di klub-klub lain.

Menahan gejolak emosi setelah hasil imbang di Stamford Bridge menjadi langkah penting berikutnya bagi ambisi generasi emas di Emirates Stadium.

(Razaqa Roger Arif Ali)

Sumber: Give Me Sport