Sukses


Penelitian: Terlalu Sering Scroll Media Sosial Justru Bikin Makin Kesepian dan Gangguan Mental

Penggunaan media sosial secara berlebihan justru memperburuk kondisi psikologis, termasuk rasa kesepian dan gangguan mental.

Bola.com, Jakarta - Media sosial sering dianggap tempat pelarian dari kesepian. Namun, penelitian terbaru justru menunjukkan hal sebaliknya; makin sering seseorang menggulir lini masa, rasa sepi yang dirasakan bisa kian dalam.

Banyak orang berharap interaksi di dunia maya dapat mengurangi perasaan terisolasi yang muncul dalam keseharian. Tteapi, studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan justru memperburuk kondisi psikologis, termasuk rasa kesepian dan gangguan mental.

Fenomena ini tidak hanya dialami kalangan muda, tetapi juga merambah kelompok usia yang lebih tua.

Penelitian yang dipimpin Jessica Gorman dari Oregon State University, Amerika Serikat, melibatkan sekitar 1.500 orang dewasa. Riset lanjutan oleh Brian Primack juga mengonfirmasi tren serupa di kalangan dewasa muda.

Hasilnya menunjukkan adanya korelasi kuat antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat kesepian seseorang.

"Mereka yang termasuk 25 persen pengguna paling aktif memiliki kemungkinan dua kali lipat lebih besar merasa kesepian dibanding mereka yang jarang menggunakannya," ungkap Primack, dikutip dari laman Earth, belum lama ini.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Tak Hanya Menyerang Generasi Muda

Selama ini, dampak negatif media sosial kerap dikaitkan dengan remaja dan dewasa muda. Namun, Gorman menegaskan bahwa pengguna berusia paruh baya hingga lanjut usia pun rentan mengalami hal yang sama, terutama menjelang masa pensiun.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa efek buruk media sosial tidak terbatas pada satu kelompok usia. Cara seseorang menggunakan platform digital jauh lebih menentukan dibandingkan usia penggunanya.

Kebiasaan terus-menerus memeriksa media sosial, baik dalam waktu singkat maupun lama, dapat mengikis kualitas interaksi sosial di dunia nyata. Akibatnya, muncul rasa hampa dan terputus dari lingkungan sosial yang sesungguhnya.

"Bahkan setelah menyesuaikan berbagai faktor sosiodemografis, kami tetap menemukan hubungan signifikan antara frekuensi penggunaan media sosial dengan tingkat kesepian," jelas Gorman.

3 dari 4 halaman

Kesepian Bisa Berdampak pada Kesehatan Fisik dan Mental

Rasa kesepian bukan sekadar pengalaman emosional yang tidak menyenangkan. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memicu gangguan serius, seperti penyakit jantung, depresi, kecanduan zat, hingga kekerasan dalam hubungan.

Seorang ahli bedah umum di AS bahkan menyamakan efek kesepian dengan kebiasaan merokok 15 batang per hari.

Kendati banyak yang beranggapan media sosial bisa mengurangi kesepian, hasil riset menunjukkan hal sebaliknya. Aplikasi seperti TikTok, Instagram, dan Facebook justru berpotensi memperburuk perasaan tersebut, terutama jika digunakan terlalu sering.

Uniknya, dampak negatif tidak hanya muncul dari penggunaan berkepanjangan. Sekadar sering membuka aplikasi dalam durasi singkat pun dapat menimbulkan efek serupa.

4 dari 4 halaman

Orang Dewasa Lebih Rentan Terpengaruh

Penelitian juga menyoroti bahwa individu paruh baya dan lanjut usia cenderung lebih mudah terpengaruh oleh dampak negatif media sosial.

Para peneliti menyebut kelompok ini sebagai "imigran digital", berbeda dengan generasi muda yang tumbuh dalam ekosistem digital.

Kurangnya pemahaman terhadap dinamika komunikasi online dan kecenderungan menggantikan interaksi tatap muka dengan aktivitas di layar menjadi faktor utama yang memperburuk rasa kesepian.

Primack menilai, waktu yang dihabiskan di depan gawai tidak bisa menggantikan kedekatan emosional dan keterikatan sosial yang sesungguhnya.

"Namun, ini studi korelasional. Jadi, belum bisa dipastikan apakah media sosial menyebabkan kesepian, atau justru orang kesepian yang lebih sering menggunakannya. Mungkin keduanya saling memengaruhi," ujarnya.

 

Sumber: merdeka.com

Video Populer

Foto Populer