Sukses


Kemenkes Soroti Krisis Aktivitas Fisik: Mayoritas Remaja Indonesia Ternyata Mager

Kementerian Kesehatan menyoroti data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang menunjukkan mayoritas remaja Indonesia mager dan kurang aktivitas fisik.

Bola.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan RI memberi perhatian serius terhadap meningkatnya kebiasaan kurang bergerak di kalangan remaja.

Temuan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) terbaru menunjukkan kecenderungan gaya hidup sedentari yang cukup mengkhawatirkan pada kelompok usia muda.

Isu tersebut dipaparkan Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, dalam Indonesia Sports Summit 2025 di Jakarta.

Maria menegaskan bahwa rendahnya tingkat aktivitas fisik remaja menjadi sinyal penting bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

Kemenkes menilai kondisi ini sebagai tanda adanya krisis gerak nasional. Rutinitas harian remaja dinilai belum memenuhi standar aktivitas fisik yang direkomendasikan. Karena itu, intervensi untuk mendorong pola hidup aktif dinilai makin mendesak.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Angka Mager Remaja

Berdasarkan data SKI, 58 persen remaja berusia 10-14 tahun tercatat tidak cukup aktif secara fisik. Persentase ini menjadi yang tertinggi, disusul kelompok lansia 65 tahun ke atas yang mencapai 52,8 persen. Sementara remaja usia 15–19 tahun berada pada angka 50 persen.

"Di SKI itu, kami mengukur aktivitas fisik, memang ini ditanya saja, tetapi ini hasilnya remaja itu banyak mager-nya, 58 persen usia 10-14 tahun, disusul lansia usia lebih dari 65 tahun sebesar 52,8 persen, dan remaja usia 15-19 tahun 50 persen, jadi kita banyak mager. Nah, alasannya apa? Enggak ada waktu atau malas," ujar Maria Endang Sumiwi.

Temuan tersebut menegaskan bahwa alasan utama remaja tidak aktif adalah keterbatasan waktu maupun kurangnya motivasi.

Selain SKI, data Cek Kesehatan Gratis (CKG) terhadap 62 juta warga juga memperlihatkan masalah kebugaran yang cukup serius. Pada anak usia sekolah, 60,1 persen tercatat memiliki tingkat kebugaran yang rendah.

Hasil ini memperkuat gambaran bahwa krisis gerak terjadi di banyak kelompok usia.

Kondisi serupa juga terlihat pada orang dewasa. Sebanyak 95 persen belum memenuhi standar aktivitas fisik WHO, yakni 150 menit per minggu. Meski tren olahraga mulai populer di sejumlah kota, tingkat partisipasi secara keseluruhan masih jauh dari ideal.

3 dari 3 halaman

Dorongan Kemenkes

Untuk menjawab persoalan ini, Kemenkes mendorong peningkatan jumlah kompetisi olahraga agar remaja memiliki lebih banyak ruang untuk aktif bergerak.

"Kalau ada kompetisi olahraga, pasti banyak tumbuh klub olahraga, begitu tumbuh klub olahraga, banyak tempat-tempat latihan dan tentunya nanti banyak pekerjaan juga yang bisa diserap juga di bidang olahraga," kata Maria.

Ia menilai ekosistem yang terbentuk dari kompetisi, dari klub hingga fasilitas latihan, akan memberi pilihan aktivitas fisik yang lebih terstruktur bagi remaja. Lingkungan itu diharapkan dapat mengurangi kecenderungan malas bergerak yang kini banyak terjadi.

Selain kompetisi, Kemenkes melihat potensi besar pada bidang kesehatan olahraga atau sport medicine. Penguatan layanan medis dianggap penting agar masyarakat dapat berolahraga dengan aman, sekaligus mendapatkan perawatan yang tepat bila mengalami cedera.

"Ini (sport medicine) menjadi ruang untuk tumbuh yang masih sangat besar. Jadi, kalau dari kami, tentu Kemenkes sangat diuntungkan kalau dari kesehatan ya, apabila masyarakat Indonesia itu tingkat aktivitas olahraganya makin banyak melalui klub-klub olahraga atau tempat-tempat berlatih olahraga supaya masyarakat kita nanti makin sehat," tambah Maria.

Berbagai langkah tersebut diharapkan dapat mendorong masyarakat menuju pola hidup yang lebih aktif sekaligus memperbaiki tingkat kebugaran nasional.

 

Sumber: merdeka.com

Video Populer

Foto Populer