Sukses


5 Puisi Chairil Anwar yang Fenomenal

Bola.com, Jakarta - Chairil Anwar adalah seorang penyair dan penulis Indonesia yang dikenal sebagai satu di antara tokoh penting dalam sastra Indonesia.

Chairil Anwar lahir pada 1922 dan meninggal di tahun 1949. Karya-karyanya memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan puisi modern di Indonesia.

Chairil Anwar kerap mengekspresikan perjuangan pribadinya, emosi yang intens, serta pengamatannya terhadap isu sosial dan politik di Indonesia pada masanya. Ia menulis tentang cinta, kematian, eksistensialisme, serta perjuangan untuk kebebasan dan kemerdekaan.

Gaya penulisan Chairil Anwar ditandai dengan penggunaan puisi bebas, pola kalimat yang tidak konvensional, serta kemampuannya dalam menggambarkan emosi secara langsung dalam puisinya.

Chairil Anwar meninggal dunia pada usia 27 tahun akibat penyakit, akan tetapi warisannya dalam sastra Indonesia tetap dihormati dan diakui hingga saat ini. Karya-karyanya banyak dipelajari dan jasa-jasanya sebagai seorang penyair dan tokoh sastra terus dikenang dan diapresiasi di Indonesia.

Kamu bisa ikut membaca dan menikmati beberapa di antaranya, di bawah ini. Berikut lima puisi Chairil Anwar yang fenomenal, Senin (15/1/2024).

2 dari 6 halaman

Aku

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli.

3 dari 6 halaman

Krawang-Bekasi

Aku yang dilahirkan di antara Krawang dan Bekasi

Aku yang besar di antara Krawang dan Bekasi

Aku yang mati di antara Krawang dan Bekasi

Aku yang hidup di antara Krawang dan Bekasi.

4 dari 6 halaman

Derai-Derai Cemara

Derai-derai cemara

Tanda waktu berlalu

Derai-derai cemara

Tanda kita tak tau

Derai-derai cemara

Tanda kita tak mampu.

5 dari 6 halaman

Aku ini Binatang Jalang

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli.

6 dari 6 halaman

Doa

Tuhan, tak usah kau beri aku cahaya

Tak usah kau beri aku terang

Tak usah kau beri aku pemahaman

Karena aku tak mau

Aku mau hidup dalam kegelapan

Kegelapan hati

Kegelapan jiwa

Kegelapan dunia.

 

Dapatkan artikel puisi berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer