Sukses


Max Verstappen Ungkap Alasan Tak Gunakan Strategi Agresif untuk Ganggu Kans Gelar Lando Norris di Abu Dhabi

Alasan sebenarnya Max Verstappen tak gunakan "strategi chaos" untuk mencuri gelar juara dunia dari Lando Norris.

Bola.com, Jakarta - Empat gelar Formula 1 beruntun sudah dikantongi Max Verstappen, dan pada penutup musim di Abu Dhabi, ia datang tanpa beban dalam upaya mengejar mahkota kelima.

Dengan reputasi sebagai sosok yang kerap menghadirkan kekacauan di lintasan, banyak yang menganggap pembalap Belanda itu menjadi kartu liar pada duel terakhir di negara kawasan Teluk tersebut.

Situasi itu bukan hal baru bagi Verstappen. Berkali-kali ia menunjukkan kemampuannya tampil prima di bawah tekanan, terutama ketika titel juara dunia menjadi taruhannya.

Itulah mengapa, para penggemar cukup terkejut ketika Verstappen memilih tidak memainkan taktik agresif, kerap disebut "dark arts", di balapan pemungkas musim ini, Minggu lalu.

Dari sisi performa, Verstappen tampil dominan. Ia menutup musim dengan kemenangan meyakinkan, meninggalkan Oscar Piastri, sesama penantang gelar, dengan selisih sekitar 12 detik. posisi ketiga Lando Norris, meski Yuki Tsunoda berusaha keras menahannya, sudah cukup membawa pembalap Inggris itu meraih gelar F1 perdananya.

Norris unggul tipis dua poin dari sang juara bertahan dan kondisi itu memunculkan rasa penasaran: apa jadinya jika Verstappen menabur sedikit kekacauan di lintasan?

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Penasaran Motif Verstappen

Balapan final memang kerap menghasilkan skenario seperti ini. Satu di antara yang paling dikenang terjadi pada 2016, ketika Lewis Hamilton sengaja memperlambat Nico Rosberg, rekan setim sekaligus rival gelarnya, demi membuka peluang merebut titel dari pembalap Jerman itu.

Strategi itu gagal, dan Rosberg tetap mengunci gelar, mirip seperti yang dialami Norris.

Rasa ingin tahu serupa muncul dari para pembalap lain. Di ruang pendinginan setelah lomba, Piastri bahkan langsung menanyakan alasan Verstappen tidak melakukan taktik memperlambat lawan.

Charles Leclerc, yang finis keempat di belakang Norris dan tampil kompetitif sepanjang balapan, juga mengaku memperkirakan Verstappen akan "memainkan sedikit gim" pada duel penutup musim itu.

3 dari 5 halaman

Komentar Max Verstappen tentang Taktiknya

Ketika ditanya mengenai pendekatannya, Verstappen memberi jawaban lugas.

"Saya punya banyak skenario di kepala, tapi kemudian saya tahu begitu melihat ban keras yang digunakan Oscar, itu akan cukup sulit," ujar Verstappen.

"Kami mungkin terlalu cepat di depan. Pembalap lain tidak bisa mengikuti dengan baik. Saya rasa Charles sudah mengeluarkan semua kemampuan untuk mencoba naik podium, dan itu juga mengesankan untuk dilihat."

"Tapi, tentu saja mereka memilih dua kali pit stop. Bahkan itu membuatnya makin rumit karena kalau tetap satu pit stop, memperlambat rombongan menjadi hal yang sulit," jelasnya.

"Dan saya pikir layout baru di sini membuat strategi itu lebih sulit dilakukan dibandingkan tahun 2016 atau kapan pun," imbuh Verstappen.

4 dari 5 halaman

Ruang Gerak Terbatas

Perubahan layout yang diterapkan sejak 2021 juga berperan. Ironisnya, perubahan tersebut menjadi bagian dari keberhasilan Verstappen meraih gelar pertamanya pada 2021.

Dahulu, ada chicane dan hairpin sebelum trek lurus terpanjang di Yas Marina. Bagian itu kemudian dihilangkan, membuat lintasan lebih cepat dan membuka lebih banyak peluang salip.

Kendati layout baru itu menguntungkan Verstappen saat menyalip Hamilton pada lap terakhir musim 2021, desain tersebut justru membuat pengemudi terdepan lebih rentan diserang ketika mencoba memperlambat rombongan.

Membentuk "kereta" juga berisiko membuka peluang undercut ketika pit window dibuka.

Dengan dua mobil McLaren mengejar di belakang dan tanpa rekan setim di dekatnya yang bisa membantu dari sisi strategi pit, ruang gerak Verstappen terbatas untuk mengganggu peluang Norris ataupun Piastri.

Faktor inilah yang menjadi alasan Verstappen memilih fokus menjaga performanya sendiri dan mengamankan kemenangan balapan, pendekatan yang juga didukung oleh bos Red Bull, Laurent Mekies.

5 dari 5 halaman

Bos Red Bull Sepakat

Mekies menjelaskan bahwa opsi pit stop kedua untuk Verstappen memang dipertimbangkan karena strategi itu berpotensi meningkatkan performa akhir sembari membuka peluang memperlambat dua McLaren yang berada di belakang. Namun, Red Bull tetap teguh pada rencana awal.

"Kami merasa itu bukan pilihan yang tepat bagi kami," kata Mekies.

"Kami memilih bertahan di lintasan untuk memaksimalkan keunggulan yang kami punya dan fokus memenangkan balapan. Jadi, memang ada beberapa opsi yang kami bahas, tetapi kami tetap pada rencana," lanjutnya.

Mekies juga memberi apresiasi terhadap strategi ban McLaren yang dinilai fleksibel dan membuat lawan lebih sulit mengendalikan jalannya lomba.

"Dengan dua McLaren memakai strategi ban berbeda sejak start, setiap upaya untuk mengendalikan ritme balapan menjadi lebih sulit," imbuh Mekies.

"Jadi, saya tidak terlalu terkejut hal itu tidak terjadi, dan saya rasa itu juga hal yang baik," ucapnya.

 

Sumber: Give Me Sport

Timnas Corner: Semua Tentang Timnas Indonesia
Timnas Corner: Semua Tentang Timnas Indonesia
Lihat Selengkapnya

Video Populer

Foto Populer