Adaptasi, Frustrasi, dan Harapan: Kisah Lewis Hamilton di Balik Layar Ferrari pada F1 2025

Bola.com, Jakarta - Lewis Hamilton menuntaskan Formula 1 2025 dengan berbagai sorotan pada musim debutnya bersama Scuderia Ferrari. Pembalap asal Inggris itu harus puas finis di peringkat keenam klasemen akhir pembalap.

Musim pertama Hamilton di Ferrari berlangsung penuh ujian. Sepanjang 2025, tim asal Italia tersebut kerap bergulat dengan masalah teknis, terutama pada aspek set-up mobil yang belum konsisten.

Kondisi tersebut membuat Ferrari kesulitan bersaing di papan atas dan memengaruhi hasil balapan yang diraih Lewis Hamilton maupun rekan setimnya, Charles Leclerc.

Secara statistik, Hamilton hanya tiga kali finis di depan Leclerc dalam balapan utama. Dalam sesi kualifikasi, ia juga lebih sering kalah dibandingkan pembalap asal Monako tersebut.

Bahkan, Hamilton menutup musim dengan catatan kurang menggembirakan. Dari 24 seri balapan yang dijalani, Lewis Hamilton hanya sekali meraih podium juara dan itu pun pada sprint race F1 China.

2 dari 4 halaman

Berawal dari F1 GP Austrlia

Duo Scuderia Ferrari: Lewis Hamilton dan Charles Leclerc jadi favorit juara F1 2025. (Piero CRUCIATTI / AFP)

Situasi makin disorot ketika Hamilton mengungkapkan komentar Pierre Gasly selepas F1 Qatar. Hamilton menyebut pembalap Alpine itu menilai mobil Ferrari miliknya sangat buruk.

Pernyataan tersebut mempertegas betapa sulitnya Hamilton menemukan performa terbaik dari mobil kuda jingkrk merah sepanjang musim.

Sebagian besar problem Ferrari bermula sejak seri pembuka di Australia. Tim mengidentifikasi mobil berjalan terlalu rendah dari permukaan lintasan, sehingga berisiko mengalami keausan bagian bawah yang berlebihan.

Untuk menghindari diskualifikasi, Hamilton dan Leclerc harus menerapkan strategi lift and coast secara lebih hati-hati, yang berdampak langsung pada kecepatan balap.

3 dari 4 halaman

Butuh Adaptasi

Keluhan soal minimnya kecepatan tidak hanya datang dari para pembalap. Executive Chairman Ferrari, John Elkann, sempat melontarkan pernyataan tegas selepas GP Brasil. Dia meminta para pembalap timnya untuk lebih fokus mengemudi dibandingkan banyak berbicara di media.

Di tengah spekulasi mengenai hubungan Hamilton dengan tim, kepala teknik lintasan Ferrari, Matteo Togninalli, akhirnya buka suara. Ia menilai banyak laporan negatif yang beredar tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi sebenarnya di internal Scuderia Ferrari.

“Bagi seorang pembalap, berganti tim, terutama bagi pembalap seperti Lewis yang menghabiskan 10 tahun di satu tim memerlukan tingkat adaptasi tertentu dan itu sangat sulit bagi kedua belah pihak," jelas Togninalli.

"Sulit bagi pembalap dan bagi tim, karena setiap tim beroperasi dengan cara yang sedikit berbeda. Anda terbiasa dengan orang orang tertentu dan cara kerja tertentu. Lalu jika ditempatkan dalam konteks ini, Lewis sebelumnya bertarung memperebutkan gelar juara dunia, dan faktanya tahun ini kami tidak mencapai target untuk bersaing memperebutkan kejuaraan dunia."

4 dari 4 halaman

Hubungan Sangat Positif

"Dari situlah frustrasi muncul dan menciptakan situasi ini. Menurut saya, apa yang terlihat dari luar jauh lebih buruk dibandingkan kenyataannya. Saya pikir hubungan kami dengan Lewis, dan apa yang sedang kami bangun bersama Lewis, sangat positif," lanjutnya.

Hamilton memberi sinyal perubahan saat finis kedelapan di GP Abu Dhabi setelah start dari posisi belakang dan naik delapan peringkat. Ia mengisyaratkan akan melakukan penyesuaian pada lingkaran internalnya di Ferrari demi menyongsong musim berikutnya dengan lebih baik.

Musim depan akan menjadi tahun kedua Hamilton dari kontrak awal berdurasi dua musim bersama Ferrari, dengan opsi perpanjangan satu tahun tambahan. Selain itu, Formula 1 akan memasuki era regulasi baru pada 2026.

Situasi itu membuka peluang bagi Ferrari untuk kembali bersaing dalam perebutan gelar juara dunia. Namun, apakah momentum kebangkitan itu benar benar bisa terwujud masih menjadi tanda tanya besar.

Sumber: SportBible

Penulis: Roger Ali