Feature: Adu Gengsi Berbalut Misi Sosial di Liga Ramadhan

oleh Abdi Satria diperbarui 13 Jul 2015, 15:03 WIB
GENGSI, Ada gengsi di balik sikap jor-joran pemilik klub amatir di Liga Ramadhan, seperti dengan mendatangkan Manahati Lestusen di babak 16 besar. (Bola.com/Ahmad Latando)

Bola.com, Makassar - Pamor Liga Ramadhan (LR) 2015 sangat jauh berbeda dibanding 11 penyelenggaraan sebelumnya. Dampak penghentian kompetisi nasional yang diputar PSSI membuat LR 2015 dibanjiri pemain ISL baik lokal maupun asing.

Biasanya selama ini LR hanya diramaikan pemain asli Makassar seperti Syamsul Chaeruddin, Hamka Hamzah, dan Zulikifli Syukur. Atau, pemain yang punya keluarga di Makassar semisal Ferdinand Sinaga dan Miro Baldo Bento.

Advertisement

Di edisi Liga Ramadhan tahun ini, pemain kategori papan atas di Indonesia ikut beraksi. Selain nama-nama di atas plus pemain PSM lain, ada juga pemain timnas U-23 di SEA Games 2015 seperti Evan Dimas, Paulo Sitanggang, Teguh Amiruddin, Muchlis Hadi Ning, Hansamu Yama Pranata, dan Manahati Lestusen.

Juga ada eks timnas U-23 yang mulai merambah senior, di antaranya Rizky Pellu dan Diego Michels. Serta kategori senior, Titus Bonay, Jajang Mulyana, Markus Haris Maulana, Zulham Zamrun, dan masih banyak lagi lainnya. Sederet pemain asing pun ikut hadir. Di antaranya, Ronald Fagundez, Anderson da Silva, Boman Aime, Fabiano Beltrame, Roberto Kwateh, dan Mario Costas.

Tak pelak kehadiran para bintang ISL itu membuat Lapangan Hasanuddin yang jadi lokasi pertandingan membludak. Jalanan di sekitar lapangan macet total sehingga dianggap mengganggu aktivitas masyarakat umum jelang buka puasa. Alhasil, mulai babak 16 besar lalu, panpel memindahkan pertandingan ke Stadion Andi Mattalatta Mattoangin (AMM) yang lebih representatif.

"Sebenarnya kebijakan ini melabrak tradisi. Tapi, kami terpaksa melakukannya demi kenyamanan dan keamanan bersama. Meski konsekuensinya, penonton harus membeli tiket masuk karena kami juga harus membayar sewa stadion," ujar Herman Rante, ketua panpel LR 2015 kepada Bola.com.

Di sisi lain, aturan panpel LR yang longgar memungkinkan pemilik klub amatir bisa terus mendatangkan pemain bintang sampai laga final, Kamis (16/7/2015). Nama-nama seperti Cristian Gonzales dan Victor Igbonefo sudah kerap disebut para pemilik klub amatir untuk didatangkan ke Makassar, meski sampai babak 16 besar, keduanya belum muncul di Kota Daeng.

BUBAR - Nabil Husein ingin terus memotivasi pemain saat kompetisi resmi vakum (Bola.com/Robby Firly)

Jor-joran

Di Liga Ramadhan 2015, ada lima klub amatir yang jor-joran mendatangkan pemain. Lima klub itu adalah Nahusam FC dengan Zulkifli, Evan dan Hamka sebagai ikon. Horas Community memakai jasa Ferdinand Sinaga, Herman Dzumafo, dan Rahmat Syamsuddin (PSM) untuk menggedor lawan.

Ada pula Khaha FC dengan sederet pemain asing seperti Ronald dan Beltrame serta OTP 37 yang mengandalkan kapten timnas U-23, Manahati Lestusen, untuk menopang kinerja Muchlis Hadi, Zulham Zamrun, dan Maldini Pali di lini depan. Terakhir, Putra Banca yang beraroma lokal dengan Syamsul dan Rasyid Bakrie sebagai andalan untuk meraih simpati publik Makassar.

Para pemilik klub amatir punya alasan seragam di balik sikap jor-joran itu, meski tidak memungkiri ada adu gengsi di balik langkah mereka mendatangkan pemain bintang ke LR.

"Selain ingin menghibur publik Makassar yang haus dengan tontonan bermutu, saya ingin para pemain tidak kehilangan gairah dan motivasi pasca penghentian kompetisi," ungkap Nabil Husain, pemilik Nahusam FC yang juga bos Pusamania Borneo FC, kepada Bola.com.

Hal senada dikatakan Hendrik Wijaya, bos Horas. "Bagi saya, mendatangkan pemain bintang ke Makassar adalah misi sosial. Jadi, namanya sosial, nilai uang bukan ukuran," timpal pemilik restoran kuliner besar di Makassar itu.

Begitu pun dengan Febrianto Wijaya, bos OTP 37. Eks striker Persela Lamongan yang saat ini jadi anggota DPRD Mamuju Sulbar itu, mengaku sempat kewalahan menerima permintaan sejumlah pemain untuk bermain di timnya. "Hal ini membuktikan mereka sangat membutuhkan kompetisi untuk menjaga kebugaran sekaligus mendapat tambahan penghasilan," kata Febrianto.

Febrianto Wijaya, Kewalahan memenuhi permintaan pemain yang ingin bermain di timnya (Bola.com/Ahmad Latando)

Sementara Latinro Latunrung, pembina Khaka FC, mengaku 'terpaksa' turun gunung setelah melihat perkembangan terkini atmosfer sepak bola nasional yang terus menurun. "Saya pikir LR 2015 pas untuk menjaga momentum agar animo publik sepak bola tidak turun," papar Latinro, mantan manajer PSM di Liga Indonesia 1997/1998 yang pernah jadi Bupati Enrekang dua periode ini.

Dengan alasan misi sosial, para pemilik seolah sepakat dengan enggan mengungkapkan berapa total anggaran yang mereka siapkan buat pemain di timnya. Tapi, mereka tidak menampik bila di setiap partai, anggaran yang harus disiapkan berkisar antara 20-25 juta rupiah.

Pengeluaran itu di luar biaya tiket pesawat pemain pergi-pulang, akomodasi, dan transportasi pemain selama di Makassar. Jadi, bisa dikalkulasi sendiri berapa dana yang harus dikeluarkan tim seperti Nahusam bila jadi juara misalnya. Acuannya, penyelenggaraan LR memakan waktu 35 hari. Untuk jadi juara, satu tim tampil minimal sebanyak tujuh kali kali.

Khaka dan Horas sudah tersingkir di babak 16 besar. Tapi, pemilik kedua klub itu mengaku tidak kecewa. "Bagi kami mendatangkan pemain ke Makassar dan penonton memadati Stadion AMM sudah jadi kepuasan tersendiri. Ini yang tidak bisa dinilai dengan uang," ujar Latinro, yang diamini Hendrik.

Keduanya malah berjanji akan mendatangkan pemain bintang lebih banyak pada LR tahun depan. "Dengan catatan tidak mengganggu aktivitas pemain dengan klubnya di kompetisi resmi," jelas Hendrik.

Saat ini Liga Ramadhan 2015 sudah memasuki babak 8 besar. Partai semifinal akan digelar Rabu (15/7/2015) dan partai puncak dipertandingkan sehari sesudahnya. Menarik dinanti, siapa juara Liga Ramadhan edisi ke-12 ini.

Baca Juga :

Pemain Asing Top Serbu Liga Ramadhan 2015 Makassar

Liga Ramadhan 2015 Menggila, Banjir Bintang ISL di 16 Besar

Liga Ramadhan Makassar: Tontonan Gratis Aksi Pemain ISL