Bukti Momen Tepat Wenger untuk Mundur dari Kursi Manajer Arsenal

Manajer Arsenal, Arsene Wenger, mendapat tekanan untuk mundur. Berikut ini beberapa sinyal statistik penurunan performa armada The Gunners.

BolaCom | Nurfahmi BudiDiterbitkan 22 Maret 2016, 09:49 WIB
Catatan statistik pencapaian Arsenal bersama Arsene Wenger sampai akhir pekan lalu.

Bola.com, London - Change!. Kata yang berarti 'ubah atau perubahan' kini sedang booming tak hanya di panggung politik, melainkan juga sepak bola. Saat ini, fans Arsenal menjadi pihak yang paling sering mendengungkan kata bernada ajakan untuk melakukan sesuatu demi kondisi yang lebih baik.

Kata yang bisa menimbulkan intimidasi tersebut tertuju pada sosokArseneWenger.Yup, banyak pihak memprediksi, musim ini menjadi pertaruhan bagi masa depan pria asal Prancis tersebut diArsenal. Tekanan datang dari segala penjuru, baik kelompok suporter sampai para pengamat.

Advertisement

Hampir dua dekade lalu, sosok Arsene Wenger datang ke kota London. Sang Professor mendapat sambutan meriah. Pintu gerbang Stadion Highbury terbuka lebar. Suporter semakin yakin, karena dirinya membawa janji sebuah perubahan, yang memang terbukti dalam rentang dua musim kemudian.

Wenger datang pada musim panas 1996. Ia membawa harapan perubahan bagi Arsenal, yang saat itu kalah bersaing dengan tim raksasa lain, seperti Manchester United, Chelsea, Liverpool, bahkan Leeds United dan Aston Villa.

Wenger di Premier League dan Arsenal, Arsene Wenger (bola.com/Rudi Riana)

Padahal, jika merunut pada simpul kekuatan kala itu, amunisi yang dimiliki Manajer Bruce Rioch tergolong berkualitas tinggi. Di sana ada bomber Ian Wright dan Dennis Bergkamp, lalu gelandang David Platt, Paul Merson sampai Ray Parlour.

Kekuatan di area belakang tergolong solid. Di sana ada Tony Adams, Lee Dixon, Martin Keown, Steve Bould dan Nigel Winterburn. Sayang, semua itu gagal karena Arsenal masih mengusung gaya sepak bola 'jadul' Inggris, yang mengandalkan aroma 'kick and rush'.

Momen tepat itulah yang kemudian memberi ruang bagi Wenger untuk bereksperimen. Ia membawa modal terakhir saat menukangi klub asal Jepang, Nagoya Grampus Eight. Perubahan signifikan langsung terlihat.

Inisialisasi Video

Hebatnya, hanya butuh dua musim bagi Wenger untuk memberikan gelar bergengsi. Pada 1997-1998, eks gelandang ini berhasil mengangkat trofi jawara. Prosesnya tergolong dramatis, karena Arsenal hanya unggul satu poin atas Manchester United.


Saat Tepat Arsene Wenger untuk Mundur

Kala itu, Wenger mampu meramu kekuatan dengan permainan menawan, dengan beberapa perubahan meski tak langsung seratus persen. Sang bos mengubah gaya tradisional Inggris dengan mulai menerapkan sentuhan satu-dua.

Kuncinya terletak pada awal musim tersebut. Secara tak terduga, Wenger membuang Paul Merson, dan mendatangkan beberapa pemain berkualitas tinggi. Mereka tak lain bek Matthew Upson dan Gilles Grimandi.

Fans Arsenal membentangkan spanduk yang berisi keinginan agar Arsene Wenger mundur dari jabatan manajer, saat The Gunners bersua Everton, di Stadion Goodison Park (19/3/2016). Wenger dinilai sudah saatnya memberikan tongkat estafet ke pelatih lain. (Reut

Lalu ada empat gelandang sekaligus, seperti Luis Boa Morte, Alberto Mendez, Marc Overmars dan Emmanuel Petit. Dua nama terakhir muncul sebagai katalisator gaya baru arah aliran bola. Permainan tak lagi selalu menggunakan bola-bola atas, yang terbukti efektif memberikan ketajaman, dan berujung pada gelar juara 1996-1997.

Seiring waktu, perubahan yang dilakukan Wenger membuat perbedaan. Dua gelar tambahan datang pada musim 2001-2002 dan 2003-2004, plus serangkaian kesempatan untuk berjaya di ajang Liga Champions.

Bak roller coaster, nasib Wenger mulai berubah tatkala manajemen memutuskan untuk meninggalkan Highbury, dan membangun Emirates Stadium. Tren prestasi Arsenal stagnan, bahkan terus menurun hingga musim ini.

Kekalahan atas Barcelona di arena Liga Champions, menjadi hantaman yang membuat posisi Wenger rentan tergusur pada akhir musim mendatang. Aroma tersebut berlatar kegagalan The Gunners, yang selalu mentok di Babak 16 Besar Liga Champions dalam enam musim beruntun.

Semua itu ditambah dengan inkonsistensi yang ditunjukkan Olivier Giroud dkk sepanjang musim ini. Sempat meroket, kini peluang mereka untuk menggapai trogi Premier League 2015-2016, hampir tertutup. Dua kuda pacu, Leicester City dan Tottenham Hotspur, semakin sulit dijangkau.

Inisialisasi Video

Sampai partai ke-30, akhir pekan lalu, jurang selisih Arsenal dengan Leicester City ada di angka 11. Jika ingin menuai juara, harapan satu-satunya adalah kekalahan yang terus menimpa The Foxes pada tujuh laga sisa musim ini. Catatan tambahannya, kubu The Londonners tak boleh gagal menuai angka penuh.

Harapan tipis tersebut membuat fans Arsenal mulai gerah. Sama seperti kondisi pada dua dekade silam, Wenger mendapat tekanan yang sama seperti Bruce Rioch, yakni mundur. Hasrat fans sudah terlihat akhir pekan lalu.

Kemenangan Arsenal atas Everton di Stadion Goodison Park tak menyurutkan niat suporter agar terjadi perombakan, sesuatu yang dilakukan Arsenal saat kali pertama menjejakkan kaki di rumput Stadion Highbury. Aspek teknis menjadi alasan utama. Deretan pemain papan atas yang ada saat ini, dianggap tak maksimal karena taktik Wenger tak berubah.


Saat Tepat Arsene Wenger untuk Mundur

Beberapa spanduk bernada provokatif terlihat di bangku penonton markas The Toffees. Satu di antaranya adalah kalimat 'Time for Change, Arsenal FC not Arsene FC'. Tulisan tersebut seolah menjadi representasi keinginan sebagian fans Arsenal, yang berharap manajemen segera melakukan perubahan.

Mantan gelandang timnas Inggris, yang juga seorang kolumnis, Jamie Redknapp menyatakan, manajemen Arsenal harus berani mengambil keputusan tak populer akhir musim ini. Keinginan fans agar melihat timnya tampil lebih segar musim depan, menjadi patokan utama.

Wenger di Eropa, Arsene Wenger (bola.com/Rudi Riana)

"Secara teknis individu tak ada masalah. Semua berubah jadi hambatan besar ketika berada dalam satu lapangan. Tak konsisten dan cenderung monoton, membuat lawan dengan mudah mementahkan setiap serangan Arsenal. Saya yakin Arsenal tak akan sanggup mengejar perolehan angka Leicester City maupun Tottenham Hotspur," ungkap Redknapp, di BBC Sport, akhir pekan lalu.

Analisa yang selaras dengan performa tim dalam beberapa musim. Statistik yang diolah Bola.com mendapati, sejak 2008-2009, penampilan Arsenal cenderung menurun. Saa itu, mereka mengakhiri musim di Premier League dengan catatan 20 menang, 12 seri dan 6 kalah. Padahal, pada musim sebelumnya, Tim Meriam London masih bisa meraup 24 menang, 11 seri dan 3 kekalahan.

Sempat naik pada 2009-2010 (23 menang, 6 seri dan 9 kalah), fase menurun kembali terjadi sepanjang 2010-2013. Statistik saat itu cenderung sama, yakni menuai 21 kemenangan. Anomali kembali terjadi pada 2013-2014 saat naik (24 menang, 7 seri dan 7 kalah), lalu turun pada 2014-2015 (22 menang, 9 seri dan 7 kalah).

Pada musim ini, sampai pekan ke-30, Arsenal baru mengoleksi 16 menang, 7 seri dan 7 kalah. Angka tersebut hampir sama dengan musim lalu. Namun secara statistik penampilan di lapangan, beberapa indikasi aksi para pemain di lapangan terus menurun.

Distribusi agresivitas gol musim ini berbeda dengan beberapa musim terakhir. Sepanjang 2015-2016, dari 48 gol yang dilesakkan ke jala lawan, 6 gol hadir pada rentang 0-15 menit pertama. Angka tersebut turun dibanding musim lalu, yakni 8 gol di rentang yang sama.

Lalu gol pada rentang 16-30 menit pertandingan, musim ini Arsenal melesakkan 9 gol (10 musim lalu), menit 31-45' (11 gol), menit 61-75' (10 gol) dan menit 76-90' (7 gol). Level produktivitas tersebut turun hampir 30 persen dibanding apa yang terjadi sampai pekan ke-30 musim lalu.

Inisialisasi Video

Statistik lain yang memberi sinyal penurunan performa musim ini adalah jumlah gol. Saat ini, tim asal kota London tersebut barus mengoleksi 48 gol, dengan rincian 19 gol di rumah sendiri dan 29 gol kala tandang. Jumlah tersebut turun 10 persen dari total koleksi mereka pada periode yang sama musim lalu.

Di sektor kebobolan, angka 30 gol yang bersarang di gawang mereka juga tergolong mencerminkan kondisi muram. Apalagi, saat bermain di Emirates Stadium, tim tamu bisa mencetak 10 gol, sesuatu yang jauh dari catatan tahun lalu.

Hal tersebut berkontribusi terhadap rataan jumlah gol dan kebobolan. Sampai pekan ke-30, Arsenal mengoleksi rata-rata 1,6 gol per partai, dengan kebobolan 1 gol per gim. Situasi itu tak mengungunkan, karena musim lalu pada periode yang sama, mereka hanya kebobolan 0,75 per partai, plus mampu mencetak rata-rata 1,9 gol per pertandingan.

Pada distribusi zona serangan juga mengalami perubahan cukup signifikan. Analisa Bola.com mengungkapkan, sepanjang musim ini, dominasi asal serangan Arsenal berasal dari sayap kiri dengan proporsi 40 persen. Sedangkan dari area tengah berkisar di angka 33 persen, dan tekanan dari sayap kanan berada di angka 27 persen.

Kondisi tersebut berbeda dengan apa yang terjadi sepanjang musim lalu. Tekanan dari area tengah mendapat porsi lebih banyak (45%), dibanding dari sayap kiri (35%) dan sayap kanan (20%).


Saat Tepat Arsene Wenger untuk Mundur

Kombinasi itu pula yang terjadi di arena Liga Champions. Gagal melewati adangan Barcelona lagi, membuat Wenger dianggap kurang belajar dari pengalaman masa lalu. Hal itu berbeda dengan Jose Mourinho, yang mampu memberi kejutan tatkala sukses membekap Barcelona dalam kesempatan kedua.

Tak mampu menekuk Barcelona, membuat Wenger mendapat kritikan tajam. Bagaimana tidak, permainan minor yang ditampilkan armadanya, membuat Barcelona bisa leluasa menggunakan area permainan untuk menekan.

Dominasi penguasaan bola yang lebih sedikit, yakni rata-rata 37% dalam dua pertemuan, membuat pengalaman Wenger tak berbeda jauh kala tersingkir pada Babak 16 Besar Liga Champions, dalam enam musim berturut-turut.

Inisialisasi Video

Mantan bomber Arsenal, Ian Wright mengungkapkan, ada dua faktor utama kegagalan Arsenal, yakni kalah mental dan taktik yang sudah usang. Ia menuturkan, Arsenal seharusnya tak perlu minder untuk bermain terbuka.

"Mereka punya banyak pemain dengan kecepatan tinggi. Seharusnya mereka bermain seperti diri Premier League, penuh kecepatan dan dinamis. Pelajaran berulang yang harus diterima Arsenal, dan sayangnya sudah terjadi dalam enam musim terakhir, serta tak ada perubahan," ucap Wright.

Serangkaian hasil buruk yang menimpa Arsenal musim ini, membuat asa fans untuk melihat timnya berjaya di akhir musim menjadi terbuang percuma. Sepanjang tahun berjalan, Arsenal gagal di ajang Liga Champions, Piala FA dan Piala Liga Inggris. Praktis, senandung sendu fans Arsenal bakal bertambah di akhir musim.

Peluang mereka untuk menuai gelar juara Premier League tergolong tipis, atau bahkan sudah lenyap. Butuh keajaiban untuk mengejar sebelas angka di sisa laga. Tak heran jika fans sudah gerah. Ujung-ujungnya, sosok Wenger menjadi sasaran tembak paling nyata.

Kini, suara sumbang terkait nasib Wenger pada musim panas nanti semakin nyaris. Pria berusia 66 tahun ini-pun dihadapkan pada situasi yang berbeda 180 derajad dengan apa yang dirasakannya hampir dua dekade lalu.

Seperti saat dirinya menggantikan posisi Bruce Rioch, Wenger akan berhadapan dengan tuntutan juara. Kala itu, Rioch, yang menggantikan George Graham, mengatakan, sosok Wenger akan memberi perubahan.

Nyatanya, ucapan pria yang mundur karena berselisih paham dengan jajaran direksi Arsenal tersebut, ternyata benar. Kini, layak ditunggu apakah Arsene Wenger berani mengucapkan kalimat seperti itu pada akhir musim nanti?. Layak ditunggu.

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini

Berita Terkait