Fenomena Striker Seret Gol di Timnas Indonesia Era Luis Milla

oleh Ario Yosia diperbarui 19 Nov 2017, 07:02 WIB
Kapten Timnas Indonesia, Boaz Solossa, saat pertandingan melawan Fiji pada laga persahabatan di Stadion Patriot, Bekasi, Sabtu, (2/9/2017). Skor berakhir imbang 0-0. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Semenjak didapuk menjadi arsitek Timnas Indonesia pada awal tahun 2017 ini, Luis Milla, seringkali bergonta-ganti memilih striker. Pelatih asal Spanyol itu terlihat belum menemukan sosok predator yang bisa diandalkan sebagai goal getter bagi Tim Merah-Putih. 

Advertisement

Pasca memikul tongkat estafet dari Alfred Riedl, Milla tercatat enam kali memimpin skuat Timnas Indonesia menjalani laga internasional. Hanya sosok Irfan Bachdim dan Lerby Eliandry yang sukses mempersembahkan gol buat timnas. Itupun dengan jumlah minimalis, sebiji gol saja.

Irfan menyumbang gol Tim Garuda berjumpa Kamboja dalam laga uji coba jelang SEA Games 2017 pada Kamis (8/6/2017). Saat itu timnas menang 2-0.

Sementara itu, Lerby juga menyumbang satu gol saat Timnas Indonesia bersua lawan yang sama dalam ajang uji coba di Stadion Patriot Candrabhaga, Rabu (4/10/2017).

Skor akhir  laga 3-1. Sosok Boaz Solossa, yang jadi mesin gol Timnas Indonesia di era Alfred Riedl, seperti kehilangan taji di zaman Milla. Tampil di dua bentrok internasional melawan Fiji pada Sabtu (2/9/2017) dan Suriah U-21 pada Sabtu (18/11/2017) bomber haus gol asal Persipura Jayapura gagal unjuk produktivitas.

Padahal, tahun lalu, dalam hitungan empat bulan Boaz menyumbang enam gol buat Timnas Indonesia, di mana tiga di antaranya disumbang di ajang Piala AFF 2016.

Kemarau gol juga menular di Timnas Indonesia U-22 (yang kini menjadi U-23).

Saat berlaga di SEA games 2017, duo striker Marinus Wanewar dan Ezra Walian, hanya mengoleksi masing-masing satu gol saja. Produktivitasnya kalah dibanding gelandang serang belia, Septian David Maulana, yang menyumbang tiga gol.

2 dari 4 halaman

Septian David Maulana Jadi Solusi

Senyum Septian David usai membobol gawang Suriah U-23 pada laga persahabatan di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Rabu (16/11/2017). Indonesia kalah 2-3. (Bola.com/NIcklas Hanoatubun)

Septian David Maulana saat ini bisa dibilang naik daun. Pemain Mitra Kukar yang juga dipromosikan Luis Milla ke skuat Timnas Indonesia level senior, secara konsisten unjuk ketajaman menjebol gawang lawan.

Ia jadi salah satu pemain yang mencetak gol saat timnas mengalahkan Kamboja 3-1. Terakhir, saat Timnas Indonesia U-23 bersua Suriah U-23 pada Kamis (16/11/2017), sang pemain mencetak satu gol dalam pertandingan yang berkesudahan 2-3 tersebut.

Di era Luis Milla, Timnas Indonesia Senior seret raihan hasil positif. Dari enam laga yang dijalani, Tim Garuda hanya menang dua kali saja, dua kali imbang, serta dua kali kalah.

Milla bukan tanpa upaya mencoba mengerek produktivitas tim asuhannya. Ia memasukkan nama bomber naturalisasi, Ilija Spasojevic, dalam barisan skuat utama Timnas Indonesia kala meladeni Suriah U-23 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Sabtu (18/11/2017). 

Namun, Spaso yang amat garang di klubnya Bhayangkara FC, juga tak bisa berbuat apa-apa. Timnas Indonesia kalah 0-1 dalam duel itu.

"Senang rasanya bisa menjalani debut bersama Timnas Indonesia, tapi maaf jika saya belum maksimal membantu Indonesia meraih kemenangan," tutur Spaso usai laga.

Seusai laga Timnas Indonesia melawan Suriah U-23 Luis Milla buka suara menyangkut performa anak-asuhnya yang tak maksimal.

Timnas Indonesia sepanjang laga mendapat sekurangnya lima peluang emas, di mana dua di antaranya didapat Boaz Solossa, namun tak satu pun berujung gol. Milla menyebut delapan pemain senior tidak bermain dengan harmonisasi yang baik.

Luis Milla menurunkan delapan pemain senior itu sejak menit awal pertandingan, dengan tambahan Febri Hariyadi, Gavin Kwan Adsit, dan Ricky Fajrin.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Luis Milla Tetap Tenang

Striker Indonesia, Ilija Spasojevic, saat pertandingan melawan Suriah U-23 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Sabtu (18/11/2017). (Bola.com/ M Iqbal Ichsan)

Namun, permainan Tim Garuda tampak tidak berkembang di babak pertama.Beberapa pergantian dilakukan di babak kedua, hingga akhirnya Timnas Indonesia hanya menyisakan empat pemain senior, yaitu Andritany Ardhiyasa di bawah mistar gawang, Fachruddin Aryanto dan Ahmad Jufriyanto di pusat pertahanan, dan Boaz Solossa yang naik ke posisi striker.

Permainan Timnas Indonesia di babak kedua sedikit berkembang, tetapi justru kebobolan pada menit ke-84 melalui Mouhamed Anez. Timnas Indonesia akhirnya kalah 0-1.

"Kita semua melihat dalam beberapa hari terakhir ada tiga tim berbeda yang bermain. Suriah bermain dengan harmonisasi yang sangat baik dan itu wajar karena mereka bersama sudah selama beberapa bulan terakhir. Timnas Indonesia dengan pemain U-23 juga bermain cukup harmonis meski gagal mencetak gol ketiga. Sementara tim yang ini, memang kurang harmonis," papar Luis Milla seusai laga.

"Namun, itu adalah hal yang wajar. Tim ini baru berkumpul, berbeda dengan pemain U-23 yang sudah delapan bulan berkumpul. Jadi, itu semua normal. Saya berharap ke depannya akan ada kesempatan tim ini untuk terus bersama dan menjadi lebih baik," lanjut pelatih asal Spanyol itu.

Boaz Solossa, dalam sebuah perbincangan dengan Bola.com belum lama ini, menyebut tak ada yang salah dengan taktik yang diterapkan Luis Milla. Kalaupun ia tak menyumbang gol buat Tim Merah-Putih, lebih pada faktor keberuntungan.

Boaz bahkan mengaku cocok dengan style bermain yang diusung Milla, yang mengoptimalkan pemain berskill individu tinggi, mirip-mirip dengan permainan ala negaranya. Sistem bermain ini mendukung Boaz produktif di Persipura Jayapura.

"Luis Milla pelatih bagus, saya memang belum beruntung saja," kata penyerang serbabisa berusia 31 tahun itu.

Boaz di Liga 1 2017 tengah mengalami penurunan produktivitas. Ia tidak lagi jadi raja gol Tim Mutiara Hitam. Selama semusim ia hanya mencetak 10 gol saja, jumlah yang terhitung sedikit dibanding musim-musim sebelumnya.

Luis Milla sejatinya memang tidak perlu risau karena ia masih punya banyak waktu menata tim sebelum pada akhir tahun depan berlaga di Piala AFF 2018. Demikian pula dengan Timnas Indonesia U-23 yang akan berperang di Asian Games 2018 pada pertengahan tahun depan. Layak dinanti gebrakan sang nakhoda.

 

 

4 dari 4 halaman

Laga Timnas Indonesia di Era Luis Milla

Para pemain Suriah U-23 merayakan gol yang dicetak oleh Mouhamad Anes ke gawang Indonesia pada laga persahabatan di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Sabtu (18/11/2017). Indonesia kalah 0-1 dari Suriah U-23. (Bola.com/ M Iqbal Ichsan)

Laga Timnas Indonesia di Era Luis Milla:

21 Maret 2013: Indonesia Vs Myanmar 1-3 (Gol: Ahmad Nur Hardianto)

8 Juni 2017: Kamboja Vs Indonesia 0-2 (Gol: Irfan Bachdim, Gian Zola)

13 Juni 2017: Indonesia Vs Puerto Rico 0-0

2 September 2017: Indonesia Vs Fiji 0-0

4 Oktober 2017: Indonesia Vs Kamboja 3-1 (Gol: Lerby Eliandry, Rezaldi Hehanusa dan Septian David Maulana)

18 November 2017: Indonesia Vs Suriah U-23 0-2

Berita Terkait