Menunggu Tradisi Berbeda Usai Riuh Penuh Bintang (1)

oleh Nurfahmi Budi diperbarui 17 Agu 2019, 01:34 WIB
Logo La Liga 2019/2020 (Bola.com/Adreanus Titus)

"Buat saya, La Liga-lah yang layak menjadi juara bursa transfer musim panas 2019,"

PERNYATAAN tersebut 'nongol' dari seorang sahabat saya, yang khatam dengan dunia sepak bola di tiga negara, yakni La Liga Spanyol, Liga Italia Serie A dan Premier League. Saya hanya bisa mengangguk pelan sembari tersenyum.

Advertisement

Maklum, ia mengungkapkan komentar tersebut dengan sedikit berteriak, yang berarti ada sesuatu berbeda dibanding periode-periode sebelumnya. Saat melihat mimik wajah sahabat saya itu, tersirat ada harapan kalau keriuhan di bursa transfer pemain menjalar ke segmen lain, yakni realita persaingan di panggung lapangan hijau.

"Fahmi, saya yakin kali ini kita akan merasakan sensasi berbeda dari La Liga. Mereka sudah menggeliat, dan tahu betul apa yang diinginkan para penggemar sepak bola. Satu pancingan jitu adalah aktivitas jual beli pemain," jelasnya.

Kalimat yang sebenarnya klise. Namun, ketika hal itu berhubungan dengan La Liga, saya menjadi berpikir; apa iya ya sudah saatnya bagi La Liga untuk 'bangun'?. Saya tak ingin berandai-andai, atau sejenak memikirkan dengan keras rangkaian puzzle yang bisa saja berisi apapun tanpa bentuk.

Sebagai jurnalis, saya tak ingin memakan mentah-mentah ucapan, apalagi prediksi gambaran, dari sahabat saya itu. Tanpa pikir panjang, utak-atik di atas kertas pun berjalan, dan tentu saja kali ini ditemani 'selembar' kopi.

Satu kata kunci yang langsung tertancap di benak saya adalah apa yang menjadi bagian dari kalimat pembuka tulisan ini: "juara bursa transfer". Yup, hal ini sangat jarang terdengar dari siapapun. Maklum, dalam satu windu atau bahkan satu dekade terakhir, urusan tersebut selalu menjadi milik Premier League, yang notabene baru berjalan 26 tahun.

Bagi saya, dan juga sahabat saya, unsur 'bursa transfer' memang menjadi bagian awal bisa melihat gambaran apa yang bakal terjadi. Masih ingat ketika ada kasus Bosman, yang akhirnya mengubah paradigma aturan dalam bursa transfer?, atau ketika Premier League memutuskan tak membatasi jumlah pemain asing yang boleh bermain, dan selanjutnya ada di Serie A, Bundesliga, termasuk La Liga, dan beberapa liga lain di kawasan Eropa.

Periode bursa transfer pemain memang menjadi bagian yang sangat menggairahkan. Maklum, lalu lintas pemain yang datang dan pergi membuat siapapun tak akan berhenti berharap. Langkah awal tersebut bisa menentukan apakah lirik lagu Sheila on 7 yang berjudul 'Berhenti Berharap' terarah ke siapa.

 

2 dari 4 halaman

Berharap Kejutan

Gelandang Atletico Madrid, Joao Felix menggiring bola dari kejaran bek Real Madrid, Marcelo selama laga International Champions Cup 2019 di Arena Stadium Metlife, New Jersey (27/7/2019). (AFP Photo/Johannes Eisele)

"Aku pulang / Tanpa dendam / Kuterima kekalahanku / Aku pulang / Tanpa dendam / Kusalutkan kemenanganmu"

Enam baris tersebut mengandung arti memberikan selamat kepada kawan atau musuh yang menjadi jawara. Walhasl, kembali ke arti penting bursa transfer pemain; siapa yang cerdas, cermat dan tepat sasaran akan menjadi yang terbaik.

Tak heran, akhir pekan ini menjadi awal dari tantangan tersebut, terutama bagi setiap direktur olah raga dan pelatih di pentas La Liga. Maklum, berstatus juara di pentas La Liga 2019-2020 akan menjadi catatan tersendiri sebelum masuk ke zona dekade yang baru.

Musim ini, La Liga memiliki 20 tim dengan jumlah pemain sementara ada di angka 510 orang. Data Transfermarkt mengungkapkan, ada 205 pemain asing atau 40,2 persen, yang akan menunjukkan jati diri mereka. Andai mengerucut pada siapa jawara dari bursa transfer pemain di area La Liga, saya jelas memilih Atletico Madrid.

Kondisi tersebut menjadi bagian dari tradisi yang berbeda. Hingar bingar transfer pemain yang biasanya identik dengan milik Real Madrid dan Barcelona, kali ini layak terarah ke Wanda Metropolitano. Bagaimana tidak, Diego Simeone dianggap mampu melakukan pilihan cerdas, sesuai dengan karakter, plus cocok untuk peningkatan permainan sepanjang musim 2019-2020.

Bagi saya, Atletico Madrid tergolong pintar, meski banyak pihak menilai harga Joao Felix terlalu mahal. Yup, nama pemuda berusia 19 tahun tersebut layak menjadi pembicaraan. Namun, tak sedikit yang menganggap kepantasan bagi pemain dengan masa depan cerah.

 

3 dari 4 halaman

Sensasi Joao Felix

Gelandang Atletico Madrid, Joao Felix, merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Juventus pada laga ICC di Stadion Solna, Stockholm, Sabtu (10/8). Atletico menang 2-1 atas Juventus. (AFP/Jonathan Nackstrand)

Bahkan, beberapa orang memberi perumpaan spesial bagi kehadiran Joao Felic, yang lebih ramai dibanding kala Eden Hazard pindah ke Real Madrid. Majas tersebut berisi kalimat 'jika komposer sekelas George Frideric Handel masih hidup, Atletico Madrid akan memberinya perintah agar menambahkan chorus kedua pada lagu 'Hallelujah' tentang Joao Felix. Maklum, Los Rojiblancos dianggap sudah menemukan Sang Messiah.

Tak pelak, Joao Felix akan menggantungkan hidupnya kepada Diego Simeone, dan dua pelatih tim utama Atletico Madrid; Mono Burgos dan Oscar Ortega. Setidaknya, trio tersebut tak ingin 'berlian' berharga 126 juta euro tersebut akan terbuang percuma, seperti yang pernah dirasakan Martin Odegaard bersama Real Madrid.

Sekadar informasi, Joao Felix menjadi atensi publik dunia setelah ia mendarat di ibu kota Spanyol dengan banderol selangit. Namun, banyak pihak menyebut tak ada yang salah, terutama jika berkaitan dengan kemampuan sang bintang muda asal Portugal tersebut. Ia terkenal memiliki kekuatan talanta di atas rata-rata, dan itu sudah diakui banyak orang.

Talenta tersebut yang membuat Joao Felix sempat diperebutkan tiim-tim besar Eropa, terutama dari Inggris, Spanyol dan Italia. Pada akhirnya, rayuan maut Diego Simeone yang membuat Felix takluk.

 

4 dari 4 halaman

Modal Atletico Madrid

Gelandang Atletico Madrid, Joao Felix, berusaha melewati gelandang Juventus, Adrien Rabiot, pada laga ICC di Stadion Solna, Stockholm, Sabtu (10/8). Atletico menang 2-1 atas Juventus. (AFP/Jonathan Nackstrand)

"Kami berhasil mendapatkan berlian," ucap Simeone. Bukan tanpa alasan, karena Felix memiliki syarat untuk menambah daya gedor lini penggempur Atletico Madrid. Ia akan berjibaku dengan beberapa kompatriot berkelas, seperti Koke, Saul, Thomas Lemar, Hector Herrera dan eks Real Madrid, Marcos Llorente.

Melihat harta benda Diego Simeone tersebut, kemampuan lini tengah Atletico Madrid bakal menjadi penentu. Dapur pacu mereka bisa saja dianggap sebagai satu di antara yang terkuat di pentas La Liga dan kawasan Eropa.

Saya harus mengakui, area tengah Atletico Madrid menjadi yang paling berimbang. Bahkan, secara pribadi pasukan sentral Diego Simeone lebih bagus dari Real Madrid dan Barcelona.

Kembali ke urusan transfer, Atletico Madrid kehilangan dua kekuatan, yakni Rodri, yang 'minggat' ke Manchester City serta Lucas Hernandez, yang lebih memilih terbang ke Bayern Munchen. Namun, seperti yang tadi saya sudah sempat katakan, ketiadaan dua tersebut sebanding dengan kedatangan Joao Felix. Hector Herrera dan Marcos Llorente.

Begitu juga jika melihat area belakang. Kepergian Diego Godin, yang dianggap sebagai masalah besar musim lalu, bakal tertutup dengan pemain baru. Felipe digaet dari FC Porto, sementara Mario Hermoso bakal menunjukkan kapasitas.

Berita Terkait