Selain Masalah Selaput Dara, Orang Tua Bongkar Kasus Kekerasan yang Menimpa Shalfa Avrila

oleh Gatot Susetyo diperbarui 30 Nov 2019, 23:30 WIB
Pesenam putri asal Kota Kediri, Shalfa Avrila Siani, kecewa karena gagal berangkat ke SEA Games 2019 setelah dicoret dengan alasan indisipliner dan dituduh tidak perawan. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Bola.com, Kediri - Shalfa Avrila Siani telah menggeluti olahraga senam sejak usia dini. Dia bergabung di PPLP Senam Jatim, ketika masih duduk di bangku kelas 3 SD. Dia diboyong dari Pengcab Persani Kota Kediri pada usia sembilan tahun.

Sejak itu pula, gadis yang akrab dipanggil Shalfa ini, harus terpisah dengan kedua orang tuanya. Namun, karier Shalfa harus kandas di tengah jalan. Dia gagal membela Indonesia di pentas SEA Games 2019, karena dituduh tidak perawan lagi dan alasan indisipliner.

Advertisement

Satrio Utomo, ayah Shalfa, mengungkapkan sebelum kasus selaput dara ini menyeruak ke permukaan, siswi kelas 12 SMU Kebomas, Gresik, ini pernah mendapatkan perlakuan tidak baik dari oknum pelatih PPLP.

"Shalfa pernah dituduh mencuri barang teman sesama atlet di mes. Tapi, akhirnya tuduhan mencuri itu tak bisa dibuktikan," ungkap Satrio Utomo.

Ayah dua anak yang sehari-hari sebagai supir di Bank Sinarmas Kediri ini menambahkan, anak sulungnya itu juga pernah ditampar oknum pelatih yang juga mengembuskan soal keperawanan itu.

"Pipi kanan Shalfa ditampar pelatih itu hingga membekas merah. Seketika itu, saya menyuruh Shalfa keluar dari PPLP. Tapi dia kukuh bertahan di sana. Karena Shalfa telanjur cinta dengan senam dan meraih banyak medali dari kejuaraan yang diikutinya. Akhirnya, saya yang mengalah," tuturnya.

Keluarga Shalfa Avrila Siani masih mengaku masih bersabar terkait kasus itu. Namun, kini mereka tidak bisa lagi. Keluarga berencana membawa kasus tuduhan terhadap Shalfa ke jalur hukum.

2 dari 2 halaman

Isu Keperawanan Tak Bisa Ditoleransi

Shalfa Avrila Siani, pesenam putri asal Kota Kediri, menangis di pelukan sang ibu. Shalva gagal berangkat ke SEA Games 2019 setelah dicoret dengan alasan indisipliner dan faktor x. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Isu keperawanan ini tak bisa ditoleransi lagi oleh Satrio Utomo.

"Shalfa sudah mengalah dan berkorban. Tapi perlakuan ketiga ini sudah sangat keterlaluan. Karena ini menyangkut harga diri dan masa depan anak saya. Makanya, kami menyewa pengacara untuk mengurus kasus ini ke jalur hukum," ujarnya.

Satrio Utomo pun menduga ada dendam pribadi antara oknum pelatih PPLP dengan Shalfa Avrila Siani.

"Dari tiga kasus itu, pelakunya tetap sama. Saya curiga ada apa antara si pelatih dengan Shalfa. Isu keperawanan itu juga menyebar ke sekolah Shalfa. Ini membuat dia kaget dan malu. Kami berencana memindahkan sekolah Shalfa ke Kediri saja," ujarnya.

Berita Terkait