Apa Kabar Agung Setyabudi? Bek Kanan Terbaik yang Pernah Dimiliki Timnas Indonesia dan PSIS

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 28 Apr 2020, 12:00 WIB
Kolase - Agung Setyabudi (Bola.com/Adreanus Titus/Foto: Vincentius Atmaja)

Bola.com, Solo - Sepak bola Indonesia di medio 1990 hingga 2000-an tampaknya tidak begitu asing dengan nama pemain Agung Setyabudi. Ia adalah satu di antara pemain di posisi bek kanan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Sebagai bek kanan, Agung begitu lugas dalam setiap mengawal posisi kanan pertahanan timnya. Ia juga kerap melancarkan tekel dan permainan keras sebagai ciri khasnya dalam setiap menghadapi pemain yang sulit dihentikan.

Advertisement

Kekuatan utamanya terletak pada kaki kanan. Ia kerap memberikan umpan jauh maupun umpan silang berbahaya bagi rekannya sebagai penyerang. Ketahanan fisiknya membuat sering bermanuver membantu penyerangan, maupun kembali ke pos pertahanan.

Karena mempunyai tendangan yang keras, pria asal Solo ini juga sering dipercaya menjadi algojo bola mati terutama tendangan bebas. Buktinya adalah ia pernah mencetak gol dari tendangan bebas jarak jauh ke gawang Maladewa di ajang Pra Piala Dunia 2002.

Agung Setyabudi menjadi satu diantara pemain yang cukup banyak makan asam garam di Liga Indonesia. Sejumlah pencapaian prestasi pribadinya maupun gelar bersama klub, membuktikan ia bukanlah pemain biasa.

Bola.com menyajikan sejumlah rekam jejak menarik seputar kiprah Agung Setyabudi selama berkarier di persepak bolaan Indonesia.

Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik. Klik Tautan ini.

 

Video

2 dari 6 halaman

Prestasi Bersama Klub

Agung Setyabudi saat masih menjadi pelatih Persis Solo pada 2013. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Pria kelahiran 2 November 1972 ini malang-melintang di klub-klub besar Tanah Air. Setelah lulus dari Persis Solo Junior medio 1989-1990, Agung Setyabudi lantas masuk ke Diklat Ragunan.

Arseto Solo menjadi klub profesional pertamanya dengan langsung membawa juara kompetisi Galatama tahun 1992. Selama enam tahun ia bermain untuk Arseto, ia hijrah ke PSIS menyusul bekas timnya membubarkan diri tahun 1998.

Gelar juara Liga Indonesia 1999 langsung dipersembahkannya untuk PSIS. Bahkan ia turut andil dalam gol tunggal kemenangan Tugiyo ke gawang Persebaya di partai final. Bola pertama sebelum Tugiyo mencetak gol, adalah dari tendangan keras Agung.

Agung kemudian pindah ke Persebaya dan sempat kembali ke PSIS sebelum mengakhiri karier sebagai pesepak bola di Persis Solo tahun 2005-2007. Bersama Persis, dia membawa tim Laskar Sambernyawa jadi runner-up Divisi I musim 2006 sekaligus promosi ke Divisi Utama.

"Setiap tim yang pernah saya bela selalu meninggalkan kenangan tersendiri. Seperti pertunjukan wayang kulit selama berhari-hari usai juara bersama Arseto. Kemudian lautan manusia di Semarang saat juara dengan PSIS," tutur Agung Setyabudi saat berbincang dengan Bola.com.

3 dari 6 halaman

Langganan Timnas

Agung Setyabudi ketika membela Timnas Indonesia menghadapi Sampdoria dalam laga persahabatan. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Nama Agung Setyabudi juga sulit dipisahkan dari skuat Timnas Indonesia. Ia merupakan jebolan program Timnas Garuda II dan kariernya terus melejit untuk jangka waktu yang panjang.

Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab adalah momen bersejarahnya karena mampu menembus skuat utama. Ia merupakan kepingan penting di sisi kanan pertahanan, sementara aji Santoso di posisi bek kiri.

Agung semakin sulit dihentikan untuk turnamen berkelas lainnya seperti SEA Games 1997, Piala Tiger 1998, SEA Games 1999, Piala Asia 2000, hingga Piala Asia 2004. Kenyang dengan pengalaman, dirinya memutuskan pensiun di Timnas.

Agung Setyabudi menjadi salah satu pemain dengan jumlah penampilan yang banyak bersama Timnas Indonesia. Tercatat ia bermain sebanyak 53 kali bersama tim Merah-Putih sepanjang kariernya.

"Pelajaran yang paling berharga saat membela Timnas Indonesia adalah soal penanaman mental bertanding. Mengapa Timnas era dulu begitu berkarakter ketimbang sekarang, karena mental yang membedakannya," ujarnya.

"Salah satu kenangan ketika membela Timnas adalah bertemu Sampdoria di Senayan. Atillio Lombardo adalah pemain yang paling sulit dihentikan. Kecepatannya luar biasa," tuturnya.

 

4 dari 6 halaman

Patahkan Kaki Lawan

Agung Setyabudi terserang demam berdarah dan dirawat di rumah sakit jelang Lebaran. (Bola.com/Romi Syahputra)

Dirinya mulai mendapat predikat gaya permainan keras cenderung kasar, karena insiden di musim 1993-1994. Diketahui Agung pernah melancarkan tekel keras kepada seorang pemain BPD Jateng di Stadion Jatidiri, Semarang.

Pemain itu adalah gelandang sayap kiri BPD Jateng, Ahmad Gunarto hingga mengalami patah tulang kering. Ahmad Gunarto tidak dapat melanjutkan karier sebagai pemain sepak bola atas cedera yang menimpanya.

"Saya masih ingat setelah insiden itu lantas menjenguknya di rumah sakit. Saya meminta maaf atas kejadian itu dan tidak ada unsur kesengajaan sama sekali," kenang pria berdomisili di kawasan Banyuanyar, Kota Solo.

Agung Setyabudi juga pernah bermain dalam satu tim bersama adik kandungnya, Guntoro Tri Prasetyo di Arseto Solo. Momen unik terjadi di Liga Indonesia tahun 1998 sebelum akhirnya dibubarkan.

Arseto berjumpa Pelita Jaya di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Guntoro Tri Prasetyo terkapar di lapangan usai mendapat tekel keras dari pemain lawan. Sebagai kakak kandung, ia tak terima adiknya mendapat permainan kasar dari lawan.

Ia pun memprotes keras wasit hingga dihadiahi kartu merah. Atas insiden tersebut, Agung mendapat sanksi dari PSSI berupa larangan bermain selama enam bulan, sampai kompetisi bubar di bulan Mei 1998.

 

5 dari 6 halaman

Fokus Pekerjaan

Striker Persis Solo, Ainudin Defira dinanti pelatih Agung Setyabudi untuk tampil di Indonesia Soccer Championship B 2016. (Bola.com/Romi Syahputra)

Agung memutuskan gantung sepatu usai gelaran Liga Djarum Indonesia 2007. Selain sebagai pesepak bola, ia tercatat sebagai karyawan di PDAM Kota Surakarta sejak tahun 2005.

Ia dikenal sebagai karyawan teladan dan profesional. Pada awal kariernya di PDAM, ia kerap melakukan pekerjaan seperti mengepel dan bersih-bersih di Kolam Renang Tirtomoyo, Kota Solo.

Cukup kontras jika melihat ke belakang saat ia menjalani tahun-tahun emasnya bermain sepak bola. Bersama klub-klub besar hingga gemerlap penampilan bersama Timnas Indonesia. Ia mengaku sudah mendapatkan banyak hal dari sepak bola.

Setelah pensiun, Agung sempat masih berkecimpung di sepak bola. Yakni menjadi pelatih Persis di tahun 2013, menjadi asisten pelatih Persis musim 2014 hingga 2016. Terakhir dirinya ditunjuk sebagai pelatih tim sepak bola Porprov Kota Solo tahun 2018.

"Sekarang saya fokus bekerja di PDAM Kota Solo dulu. Tapi, sejak 2005 saya memang sudah bekerja di sini setelah ditawari kembali ke Persis. Pekerjaan apapun jika dilakukan dengan ikhlas pasti menjadi berkah," tuturnya.

Meski sudah lama pensiun, Agung memang tak bisa lepas dari dunia sepak bola. Dia rutin mengikuti pertandingan sepak bola persahabatan baik di Kota Solo mapun beberapa daerah.

"Kalau nanti ada tawaran untuk melatih lagi yang pasti akan saya pertimbangkan untuk diambil. Tapi sekarang fokus kerja dulu di PDAM," beber pria yang gemar mengenakan jersey bernomor punggung 16 ini.

 

6 dari 6 halaman

Hobi Bersepeda

Mantan penggawa Timnas Indonesia, Arseto Solo, dan PSIS Semarang, Agung Setyabudi, menjaga kesehatan dengan bersepeda. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Cedera serius pada kedua lututnya memaksa Agung Setyabudi harus mengurangi sepak bola. Hobi yang rutin ia lakukan saat ini adalah bersepeda. Hampir setiap hari ia mengayuh sepedanya puluhan kilometer.

Bersama rekan-rekannya sesama pehobi sepeda, pagi sebelum berangkat ke kantor, ia menyempatkan bersepeda. Dengan rute seperti Karanganyar hingga Boyolali.

Tak hanya untuk menjaga kebugaran, bersepeda dia lakukan demi menjaga kondisi fisik terutama tulang-tulangnya. Karakter permainan yang keras membuatnya berkali-kali masuk ruang perawatan akibat cedera.

"Kedua lutut saya pernah mengalami cedera parah. Maka setelah gantung sepatu, saya harus tetap menjaga kondisi. Salah satu terapi yang baik adalah bersepeda," papar Agung.

"Seminggu sekali pasti sepak bola. Selain itu juga bersepeda ke Gunung Lawu, lereng Merapi, atau tempat lain. Ini untuk menjaga kondisi badan saja agar tetap fit," jelas Agung menutup cerita.

Berita Terkait