Pengakuan Ajat Sudrajat Tentang Perpisahan dengan Persib: Gara-gara Masalah Mobil

oleh Abdi Satria diperbarui 28 Des 2020, 22:30 WIB
Ade Rai (kiri) bersama Ajat Sudrajat berlari membawa obor api PON XIX Jabar saat upacara pembukaan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Sabtu (17/9). PON XIX Jabar berlangsung hingga 29 September. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Bola.com, Jakarta - Legenda Persib Bandung, Ajat Sudarajat mengungkap alasan meninggalkan tim Maung Bandung setelah meraih trofi juara pada musim 1999-1990.

Menurut Ajat, semua orang tahu ia pergi karena janji dari Ketua Umum Persib saat itu, Ateng Wahyudi yang juga Walikota Bandung yakni hadiah mobil tak terealisasi.

Advertisement

Ajat pun menjelaskan secara kronologis peristiwa itu.Awalnya dari pertemuan dengan Ateng sehari jelang partai final Perserikatan 1989-1990 yang mempertemukan Persib dengan Persebaya Surabaya. Saat itu, Ateng menjanjikan hadiah mobil bila Persib juara.

"Pak Ateng bilang saya adalah kunci permainan Persib," ujar Ajat dalam channel YouTube Jurnal Opah.

Bagi Ajat, hadiah itu terbilang besar karena ia hanya memiliki sepeda motor seperti mayoritas pemain Persib lainnya. Pada momen itu, Ajat bertanya kepada Ateng, bagaimana dengan pemain lainnya.

"Pak Ateng menjelaskan semua pemain akan mendapat mobil. Jadi saya bilang, sebaiknya Pak Ateng mengumpulkan seluruh pemain dan mengumumkan janji itu."

Persib akhirnya meraih trofi juara dengan mengalahkan Persebaya 2-0. Setelah pulang ke Bandung, para pemain termasuk Ajat sempat melihat deretan mobil terparkir di halaman kantor Walikota. Setiap mobil bertuliskan nama pemain.

"Kami pun tak mempersoalkan saat diberitahu mobil ini akan dijadikan taksi selama tiga tahun dan hasil setorannya diberikan kepada pemain," jelas Ajat.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kecewa

Ajat Sudrajat, legenda Persib Bandung. (Dok Bola.com)

Para pemain pun dijanjikan melakukan akad pada bulan berikutnya.

"Ternyata setelah tiga bulan menunggu tak ada realiasasi. Karena kecewa, saya pun mumutuskan tak lagi memperkuat Persib dan ingin fokus sebagai karyawan PLN. Saat itu, saya tidak pernah berpikir membela klub lain."

Yang paling mengecewakan Ajat, setelah peristiwa itu, tak satu pun pengurus yang mengajaknya bicara secara langsung. Termasuk saat Persib melakukan persiapan menghadapi musim 1991-1992.

"Memang ada yang datang ke pimpinan saya di PLN untuk meminta saya kembali berlatih di Persib. Tapi, tekad saya sudah bulat. Saya juga tak pernah menyesal meninggalkan Persib," papar Ajat.

Pada momen itu, datang tawaran dari Bandung Raya, klub Galatama yang bermarkas di Banding untuk mengajaknya bergabung.

"Ada teman sesama Persib yang ikut membujuk saya. Tapi, setelah saya ke Bandung Raya, ia malah kembali ke Persib," pungkas Ajat yang enggan menyebut nama rekannya itu.

Berita Terkait