Sukses


Sergio Conceicao Menantang: jika Saya Menang 2 Trofi, Kapan Terakhir Milan Melakukannya?

Pelatih Milan, Sergio Conceicao, geram dengan kritik yang terus diarahkan kepadanya.

Bola.com, Jakarta - Pelatih AC Milan, Sergio Conceicao, kembali menegaskan bahwa fokus utamanya adalah laga semifinal Coppa Italia melawan Inter, bukan spekulasi soal masa depannya di Milan. Ia juga mengaku sudah mengantisipasi skenario gol Atalanta yang akhirnya membuat timnya kalah 0-1.

"Memenangi dua trofi dalam satu musim—saya tidak tahu kapan terakhir Milan melakukannya,” ujar Conceicao dengan nada menantang, merespons derasnya rumor pergantian pelatih.

Milan sempat dipenuhi optimisme setelah menang telak 4-0 atas Atalanta pekan lalu, terutama dengan formasi baru 3-4-3 yang disebut-sebut sebagai kunci untuk mengeluarkan potensi terbaik tim.

Namun, tim dengan komposisi pemain yang sama gagal menunjukkan perlawanan berarti saat kembali menghadapi Atalanta di San Siro, Senin dini hari WIB (21-4-2025).

Atalanta mencetak satu-satunya gol lewat sundulan Ederson dari jarak enam yard, hasil dari skema permainan rapi yang dibangun sejak lini belakang.

"Babak pertama sebenarnya seimbang. Atalanta memang lebih menguasai bola dan kami bermain sedikit lebih dalam dari yang saya instruksikan, tapi tidak dalam tekanan berat," ujar Conceicao kepada DAZN.

"Kami menutup babak pertama dengan cukup baik, menciptakan beberapa peluang. Di level ini, kami harus lebih tajam di umpan terakhir untuk bisa membuat pemain bebas mengancam gawang," imbuhnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Tinggalkan Skema 3-4-3

Memasuki paruh kedua, AC Milan sempat menemukan beberapa momen menjanjikan, tapi gagal memanfaatkannya secara maksimal. Sementara Atalanta justru memaksimalkan peluang pertama mereka, dengan pola serangan yang sebenarnya sudah diperingatkan Conceicao sebelumnya.

"Kami tahu mereka sering mengirim umpan silang ke tiang jauh—itu salah satu ciri khas mereka, dan kami sudah membicarakannya," kata Conceicao.

Di tengah laga, Conceicao juga terlihat meninggalkan formasi 3-4-3 dan kembali menggunakan empat bek, dengan eksperimen menarik: Riccardo Sottil ditempatkan sebagai bek kanan, posisi yang tidak lazim baginya.

"Bukan berarti saya tidak suka dengan formasi sebelumnya. Saya hanya ingin total menyerang, membanjiri area mereka untuk mencari gol penyeimbang," jelasnya.

3 dari 5 halaman

Mentalitas Tak Mengigit

Namun, dari sisi mentalitas dan intensitas, Conceicao merasa Milan pada laga ini tampil kurang menggigit—terutama jika dibandingkan dengan semangat juang mereka dalam beberapa laga sebelumnya.

"Milan tertinggal duluan di tujuh dari sembilan laga terakhir, tapi biasanya kami selalu bisa bangkit. Kali ini tidak. Pemain yang masuk dari bangku cadangan pun tidak memberikan dampak tambahan seperti yang saya harapkan," kata Conceicao.

"Sebagian juga karena saya menempatkan Sottil di posisi yang tidak biasa, dan di akhir laga, tekanan terakhir yang kami bangun juga tak mudah untuk dieksekusi. Kami memang kekurangan agresivitas—itu tidak seperti biasanya, terutama dari pemain pengganti," katanya lagi.

Kekalahan ini membuat Milan tertahan di peringkat kesembilan dengan 51 poin dari 33 laga. Peluang mereka untuk lolos ke kompetisi Eropa pun menipis, bahkan ke UEFA Conference League sekalipun. Harapan realistis satu-satunya kini adalah menjuarai Coppa Italia demi tiket ke Liga Europa.

4 dari 5 halaman

Pertaruhan Nasib Conceicao

"Sejak saya datang—bahkan ketika baru saja menang di Supercoppa dan debut Serie A melawan Cagliari—sudah ada rumor tentang siapa yang akan menggantikan saya," ujar Conceicao sambil tertawa getir.

"Saya sudah 40 tahun berkecimpung di dunia sepak bola, itu tidak masalah bagi saya. Tapi, bagi orang-orang yang bekerja bersama saya, kabar-kabar seperti itu merusak kestabilan. Kita harus fokus pada hari ini jika ingin lebih baik besok. Kalau kita sibuk memikirkan satu bulan ke depan, justru akan makin sulit," tuturnya.

"Kadang-kadang rasanya berat melihat kurangnya rasa hormat. Orang-orang membicarakan pelatih Milan seolah-olah dia belum pernah masuk ruang ganti sebelumnya, belum pernah bekerja di sepak bola sebelumnya. Padahal, itu sama sekali tidak benar."

"Yang saya pikirkan sekarang hanyalah pertandingan besok, mempersiapkan laga lawan Inter sebaik mungkin agar kami bisa lolos ke final dan mencoba memenangkan trofi. Memenangi dua trofi dalam semusim—saya tidak tahu kapan terakhir Milan mampu melakukan itu. Tapi, yang jelas, itu bukan hal yang biasa."

Sementara itu, suara-suara nyaring kembali terdengar dari tribune: sebagian fans menyerukan agar pemilik klub, Gerry Cardinale, menjual Milan dan meninggalkan tim. Conceicao dan para pemain pun tak luput dari cacian suporter.

 

Sumber: Football Italia

5 dari 5 halaman

Cek Persaingan di Liga Italia Musim Ini

Video Populer

Foto Populer