Gurih Bisnis di 5 Liga Teratas Eropa, Magnet Baru Berujung Lonjakan Investasi Triliunan Rupiah Terhadap Hak Siar sampai Kepemilikan Klub

Singkat cerita, pemerintah Qatar melalui Qatar Investment Authority pada Juni 2011, mengutus Qatar Sports Investments (QSI) untuk mengurus akuisisi. Setelah melalui "assessment" asset dan lainnya, QSI mengambil-alih 70 persen kepemilikan saham Colony Capital, dengan nilai sekitar 40 juta euro atau sekitar Rp 640 miliar, saat itu.

Sejalan dengan itu, QSI memilih Nasser Al-Khelaifi sebagai bos besar QSI dan Presiden PSG. Tak ingin terlalu lama menguasai sepenuhnya QSI membeli sisa 30 persen saham pada Maret 2012.

Efek dari pengambil-alihan kepemilikan tersebut membuat nilai PSG mendadak tinggi. Satu di antaranya terjadi di level valuasi, yang pada 2012 sudah menembus angka 100 juta euro!

Gurihnya PSG membuatnya beberapa dana dari investor masuk. Kali ini QSI menggandeng 'saudara-saudaranya' seperti holding-nya, QIA, Qatar Tourism Authority dan Qatar National Bank.

QSI tak main-main mengurus PSG. Mereka membelanjakan 1 miliar euro di bursa transfer guna membangun tim yang punya kapabilitas juara dan berkompetisi di liga domestik serta Liga Champions.

Walhasil, klub merasakan transformasi luar biasa, dari tim papan tengah Ligue 1, menjadi kekuatan dominan di sepak bola Prancis dan Eropa. Bintang-bintang papan atas dunia datang silih berganti, mulai dari Zlatan Ibrahimović, Neymar, Kylian Mbappé, dan Lionel Messi.

Efek besar terjadi tahun ini setelah PSG mengangkat trofi Liga Champions!. Pada babak final di Allianz Arena, Munchen, Minggu (1/6/2025), mereka menang telak atas Inter Milan, dengan skor 5-0!. Saat ini, Nasser tak sendiri, karena ada Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani yang mengurus segala dengan nilai finalisasi keuangan lebih besar.

CSI Magazine mengungkapkan, akuisisi ini merupakan bagian dari strategi Qatar yang lebih luas untuk membangun merek olahraga global dan meningkatkan citra internasionalnya. Ketika itu menjelang penyelenggaraan Piala Dunia 2022.

Tindakan QSI yang melirik ranah sepak bola, langsung mendapat response dari dunia bisnis. Dua tahun silam, perusahaan investasi asal Amerika Serikat (AS), yakni Arctos Partners mengakuisisi 12,5 persen saham minoritas PSG dari QSI, dengan valuasi klub sekitar 4,25 miliar euro.

Kemitraan ini bertujuan mendukung ekspansi internasional PSG. Selain itu, PSG juga sudah mem-branding diri mereka dengan sisi bisnis lain, mulai dari pembentukan tim e-sports sampai proyek-proyek properti.

Sekelumit cerita di atas menjadi bagian kecil dari apa yang dalam beberapa tahun terakhir terjadi di dunia sepak bola. Sekarang, balbalan tak sekadar olahraga di lapangan, melainkan juga sebuah industri yang memunculkan banyak entitas berkualitas.

Artinya, para entitas, terutama di kawasan Eropa, tak sekadar menanamkan uang secara sembarangan atau sekadar karena orang dekat atau orang dalam. Lebih dari itu, benefit dari keterlibatan mereka di industri sepak bola, sangat menguntungkan.

Dalam laporan UEFA, akhir tahun lalu, menunjukkan, nilai dari aktivitas sepak bola di seluruh kawasan Benua Biru sudah menembus lebih dari Rp 250 triliun. Aktivitas ini beragam, dan tidak selalu dalam bentuk fisik, melainkan juga indeks kebahagiaan dan keterwakilan.

Oleh karena itu, CSI Magazine mengungkapkan, bisnis sepak bola Eropa telah mengalami lonjakan besar dalam investasi dan pendapatan dalam beberapa tahun terakhir. Nilai kesepakatan di lima liga besar Eropa, yakni Premier League, La Liga, Serie A, Bundesliga, dan Ligue 1, melonjak dari 66,7 juta euro pada 2018 menjadi 4,9 miliar euro pada 2022. Pada 2025, perkiraan mencapai 15,6 miliar euro!

Total nilai kesepakatan untuk tim dan liga sepak bola Eropa mencapai rekor 6,1 miliar pada 2022 dari 31 kerja sama, menandai volume tertinggi sejak 2014. Hal ini mencerminkan daya tarik komersial yang sangat besar dan bertambahnya sumber pendapatan dari hak siar, sponsor, merchandise, dan revenue di hari pertandingan.

Perusahaan ekuitas swasta dan dana investasi menjadi pemain utama. Mereka berani menyuntikkan miliaran dolar ke klub dan liga di seluruh dunia. Contohnya, CVC Capital Partners menginvestasikan 2,1 miliar dolar AS atau Tp 34,6 triliun di liga Spanyol untuk menguasai 8,25 persen saham perusahaan pengelola hak siar TV. Selain itu, mereka mengalokasikan 1,5 miliar AS atau Rp 24,7 triliun untuk 13 persen saham anak perusahaan komersial Liga Prancis.

Struktur kepemilikan multi-klub (multi-club ownership/MCO) semakin umum. Faktanya, sekitar 42 persen klub top Eropa tergabung dalam skema MCO, di mana investor memiliki saham di beberapa klub untuk mengoptimalkan transfer pemain dan sinergi komersial.

Uniknya, popularitas sepak bola wanita yang meningkat dan diversifikasi sumber pendapatan membuat investasi di sepak bola semakin menarik. Sayang, belum ada laporan komprehensif tentang potensi di nomor ini.

Namun, jika melihat penuhnya Estádio José Alvalade pada laga final Liga Champions Wanita antara Arsenal Vs Barcelona, bisa dipastikan proyeksi ekonomi yang semakin positif.

Investor Timur Tengah, terutama dari Uni Emirat Arab dan Qatar, memainkan peran penting dalam lanskap investasi sepak bola Eropa. Perusahaan penerbangan milik negara seperti Emirates dan Etihad Airways telah banyak berinvestasi dalam sponsor sepak bola dan kepemilikan klub.

Investor Teluk merupakan bagian dari tren investasi asing yang berkembang, terutama di sepak bola Inggris, bersama dengan perusahaan holding olahraga asal AS dan perusahaan ekuitas swasta. Mereka membawa modal sekaligus keahlian strategis dan peluang branding global.

City Football Group, yang dimiliki Abu Dhabi United Group, memiliki Manchester City dan telah memperluas kepemilikan ke klub lain seperti Palermo FC. Mereka memanfaatkan model multi-klub untuk efisiensi operasional dan pengembangan pemain.

Red Bull memiliki beberapa klub di Eropa, menggunakan jaringan tersebut untuk transfer pemain dan membangun sinergi merek. Perusahaan ekuitas swasta dan dana investasi lain yang menonjol termasuk 777 Partners, MSP Sports Capital, INEOS, Silver Lake, BlueCo, dan Pacific Media Group.

Selain itu ada juga RedBird Capital Partners, dan Arctos Sports Partners, banyak di antaranya berkantor pusat di AS dan aktif dalam kepemilikan serta pengelolaan klub sepak bola. Blackstone juga menjadi pemain kunci, bersaing untuk saham hak media Bundesliga Jerman dan memiliki saham di klub seperti Augsburg.

Eagle Football Group merilis fakta, total pangsa pasar sepak bola di Eropa pada musim lalu ada di angka 12 miliar euro atau lebih dari Rp 198 triliun. Angka itu hanya dari sisi revenue, belum termasuk pendapatan dari bisnis lain di seputar industri sepak bola Benua Biru.

Sumber : Eagle Football Group