Pelajaran Berharga dari Tragedi Juventus Hari Ini

Apa yang dialami para pemain Juventus menjadi atensi publik. Bagaimana tidak, mereka meminta panitia penyelenggara Piala Dunia 2026 dan FIFA, untuk benar-benar belajar dari kasus ini.

Maklum, panas ekstrem di Amerika Serikat selama Piala Dunia Antarklub 2025 telah memengaruhi sejumlah pertandingan. Pelatih Borussia Dortmund, Niko Kovac, mengaku dirinya seolah berada di ruang sauna.

Catatan lain, suhu mencapai 36 derajad Celcius saat Benfica mengalahkan Bayern Munchen dalam laga grup di Charlotte, North Carolina. Sementara itu, pelatih Chelsea, Enzo Maresca, menyebut kondisi di Philadelphia sebagai mustahil untuk menggelar sesi latihan normal.

FIFA mewajibkan adanya jeda jika suhu mencapai ambang tertentu. Hingga saat ini, jeda tersebut telah diterapkan dalam 33 dari 56 pertandingan. Pedoman FIFA mengandalkan ukuran Wet Bulb Globe Temperature (WBGT), yakni ukuran tekanan panas yang menggabungkan suhu dan kelembapan. Jika WBGT melebihi 32°C, maka 'cooling break' harus dilakukan di setiap babak.

Pendapat berbeda keluar dari serikat pesepak bola profesional, FIFPRO. Mereka menilai, seharusnya 'cooling break' diterapkan sejak WBGT melewati 28°C, dan pertandingan harus ditunda jika melebihi 32°C.

Amerika Serikat akan menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun depan. Seorang pakar suhu ekstrem, Prof. Mike Tipton dari Universitas Portsmouth, menjelaskan via BBC Sport, FIFA perlu mempertimbangkan memulai laga final Piala Dunia pada pukul 09.00 pagi waktu setempat. Hal itu berlaku jika kondisi cuaca serupa kembali terjadi.

Tipton, menilai solusi paling aman adalah memajukan waktu kick-off. "Sudah pasti, paling memungkinkan adalah menggelar pertandingan lebih pagi," tegasnya.

Menurutnya, risiko kesehatan tidak hanya mengancam pemain, tetapi juga wasit dan penonton. Tripton menyatakan, jika pertandingan tetap dilanjutkan padahal semua data ilmiah menyatakan seharusnya dihentikan, penyelenggara menanggung risiko besar.

FIFPRO kini menyerukan pendekatan yang lebih fleksibel dalam menghadapi panas ekstrem. Direktur Medis FIFPRO, Dr. Vincent Gouttebarge, mengusulkan perpanjangan waktu istirahat babak pertama menjadi 20 menit dalam kondisi ekstrem untuk menjaga suhu inti tubuh pemain tetap stabil.

"FIFA sudah mulai lebih responsif setelah turnamen dimulai, termasuk menyediakan tambahan air dan handuk di sekitar lapangan. Jelas, ini langkah krusial untuk tahun depan, dan sejak jauh-jauh hari sudah terlaksana," kata Sekretaris Jenderal FIFPRO, Alex Phillips.

Awal tahun ini, para peneliti dari Queen’s University Belfast memperingatkan, suhu di 14 dari 16 stadion yang akan digunakan di Piala Dunia 2026 bisa mencapai tingkat berbahaya. Miami dan Monterrey disebut sebagai lokasi paling berisiko karena tidak memiliki stadion berpendingin.

Meskipun Dallas dan Houston dilengkapi sistem pendingin, tetap ada risiko bagi penonton jika pertandingan digelar di siang hari. Laporan itu juga menyarankan agar pertandingan sore hari dihindari di kota-kota seperti New York, Kansas City, Boston, dan Philadelphia.

FIFPRO menyebut pertandingan siang hari di enam lokasi, yakni Kansas City, Miami, Monterrey, Houston, Dallas, dan Atlanta, memiliki risiko sangat tinggi terhadap cedera akibat stres panas. Hanya dua kota, San Francisco dan Vancouver, yang dinilai berisiko rendah.

Panpel Piala Dunia 2026 dan FIFA wajib melakukan beragam uji coba dan evaluasi. Apalagi, perhelatan tahun depan akan memanggungkan 104 pertandingan, alias terbanyak sepanjang sejarah Piala Dunia.

Sumber: BBC, DAZN, NY Times