Piala Dunia 2026: Lebih Besar, Lebih Berbeda, Lebih Seru

Pada Mei 2025, Presiden AS, Donald Trump, memimpin rapat Task Force di Gedung Putih untuk meninjau persiapan Piala Dunia 2026 dan menegaskan bahwa turnamen ini akan menjadi kompetisi sepak bola terbesar, teraman, dan paling luar biasa dalam sejarah.

Dalam pertemuan tersebut, Trump menunjuk Andrew Giuliani, putra mantan Wali Kota New York, Rudy Giuliani, sebagai Direktur Eksekutif Task Force, sementara Cordeiro, kini sebagai penasihat FIFA, ditunjuk menjadi penasihat senior.

"Ini akan menjadi kesempatan seumur hidup untuk menampilkan keindahan dan kebesaran Amerika," ujar Trump.

"Kami tidak sabar menyambut penggemar sepak bola dari seluruh dunia. Saya telah memerintahkan seluruh tim untuk melakukan segala daya agar Piala Dunia menjadi sukses yang belum pernah terjadi sebelumnya… Ini akan sangat istimewa," katanya.

Format baru membuat kompetisi dimulai dengan 12 grup berisi empat tim. Dua tim teratas dari setiap grup, ditambah delapan tim peringkat ketiga terbaik, akan melaju ke babak 32 besar.

Penentuan tim peringkat ketiga dilakukan berdasarkan poin, selisih gol, dan jumlah gol. Jika masih seri, skor perilaku tim menjadi penentu: kartu kuning dikurangi satu poin, kartu merah setelah dua kuning minus tiga, dan kartu merah langsung minus empat poin.

Jika masih imbang, tim dengan peringkat dunia tertinggi akan lolos.

FIFA menyatakan format 12 grup empat tim dipilih setelah tinjauan mendalam yang mempertimbangkan pengalaman tim dan penggemar, kesejahteraan pemain, serta integritas olahraga.

Dengan tambahan babak 32 besar, tim yang menjuarai final pada 19 Juli nanti akan memainkan delapan pertandingan, satu laga lebih banyak dibanding Qatar 2022.

Turnamen ini menandai kembalinya Piala Dunia ke Amerika Utara setelah 32 tahun, sejak AS 1994 yang mencatat rata-rata penonton tertinggi dalam sejarah turnamen.

Meksiko menjadi negara pertama yang dua kali menjadi tuan rumah, sedangkan Kanada baru dua kali lolos ke Piala Dunia dan belum pernah menjadi tuan rumah sebelumnya.

Sebanyak 16 kota akan menjadi tuan rumah, yakni Vancouver dan Toronto di Kanada; Guadalajara, Mexico City, dan Monterrey di Meksiko. Sementara di AS, kota tuan rumah mencakup Atlanta, Boston, Dallas, Houston, Kansas City, Los Angeles, Miami, New York/New Jersey, Philadelphia, San Francisco, dan Seattle.

Menekankan besarnya penyelenggaraan acara kompleks ini, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, menyebut pada Mei lalu bahwa skala persiapannya setara dengan selusin Super Bowl dalam satu musim panas.

Piala Dunia 2026 tidak hanya menghadirkan lebih banyak tim, pertandingan, atau kota tuan rumah.

Berbeda dari Qatar yang hanya memiliki satu maskot berupa ghutra putih melayang, masing-masing negara tuan rumah akan memiliki maskot sendiri: Maple the Moose untuk Kanada, Zayu the Jaguar untuk Meksiko, dan Clutch the Bald Eagle mewakili AS.

Menurut FIFA, masing-masing maskot mencerminkan budaya, warisan, dan semangat negaranya.

Final yang akan berlangsung di MetLife Stadium, New Jersey, juga membawa elemen baru khas budaya olahraga Amerika, pertunjukan paruh waktu (half tme show).

Rencana hiburan ala Super Bowl ini diumumkan oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino, dan frontman Coldplay, Chris Martin, akan membantu mengkurasi penampilan sejumlah artis selama jeda 15 menit.

Sebagai gambaran, final Piala Dunia Antarklub musim panas lalu menghadirkan J Balvin, Doja Cat, dan Tems di pertunjukan paruh waktu pertama turnamen itu, yang digelar di MetLife Stadium di hadapan 81.118 penonton saat Chelsea menang 3-0 atas Paris Saint-Germain.

Lebih besar, lebih berani, dan pasti berbeda.

Sumber: The Athletic via NY Times