Sukses


Selain Hilton Moreira, Ini 4 Kasus Batal Kontrak di Persija

Bola.com, Jakarta - Vonis menyakitkan didapat striker asal Brasil, Hilton Moreira. Baru bergabung ikut latihan di Macan Kemayoran pada Senin (29/2/2016), empat hari berselang secara kontroversial ia dicoret dari tim Persija Jakarta secara tiba-tiba.

Alasan yang dipakai manajemen Persija bersifat nonteknis. Sang pemain tidak disukai oleh kelompok suporter The Jakmania. Hilton pernah membela klub rival abadi, Persib Bandung. Ia sering melakukan aksi provokasi saat Persija bersua Tim Maung Bandung.

Di sisi lain Hilton, juga pernah terlibat keributan fisik dengan pemain pujaan The Jakmania, Ismed Sofyan, kala dirinya berkostum Sriwijaya FC.

Sejarah mencatat selain Hilton, ada sejumlah pemain asing yang batal bergabung ke Persija karena faktor nonteknis yang kontroversial. Siapa-siapa saja mereka?

1. Emanuel De Porras

Emanuel De Porras, lebih memilih bertahan di PSIS dibanding kembali ke Persija.(Futbolistasaxem)

Saat mendarat ke Persija pada musim 2004, Emanuel De Porras langsung jadi pujaan The Jakmania. Fans Tim Macan Kemayoran jatuh cinta pada gaya main bomber asal Argentina yang punya mental petarung.

Di musim pertamanya ia tampil produktif dengan koleksi 12 gol. Persija menempati posisi tiga besar klasemen akhir Liga Indonesia 2004. Pencapaian tersebut mengecewakan Sutiyoso Pembina Persija kala itu. Pasalnya Bang Yos menggaet De Porras dan tiga legiun asing asal Negeri Tango dengan dana besar.

Ia mengirim Manajer Persija, IGK Manila, ke Argentina untuk berburu pemain dan pelatih. Kasus keributan antara pelatih Carlos Cambon dengan pemain lokal dan manajemen, berujung pemecatan dirinya jelang putaran pertama berakhir membuat Sutiyoso tanpa ampun menginstruksikan untuk mendepak gerbong Argentina dari jajaran tim.

De Porras dan koleganya Emmanuel Ortiz, pada musim 2005 merapat ke PSIS Semarang. Di klub berjulukan Mahesa Jenar, sang striker tampil ciamik.

Pada musim 2006, Persija yang gagal juara di Liga Indonesia (ditaklukan Persipura di partai puncak) dan Copa Indonesia (kalah dari Arema) melakukan cuci gudang jajaran pemain asing.

Atas desakan The Jakmania, Bang Yos meminta agar Emanuel De Porras dibawa pulang ke Jakarta. David Situmorang, sekretaris tim Persija yang dijadikan juru nego mengklaim kalau De Porras bersedia bergabung kembali ke Persija.

Hanya saja pada kenyataannya sang pemain justru kembali membela PSIS Semarang. Usut punya usut David salah melakukan negosiasi, ia mengontak agen lama De Porras, Lucas, asal Argentina. Padahal, sang penyerang pada saat itu memakai jasa agen lokal Eddy Syah.

Eddy sempat menawarkan De Porras ke manajemen Persija, namun tak direspons. Karena merasa sakit hati ia pun membelokan De Porras ke PSIS. Saat tiba di Jakarta, ia langsung diamankan manajemen PSIS di Bandara Soekarno Hatta, untuk dibawa ke Semarang.

Persija Jakarta harus gigit jari. Beberapa pekan setelahnya David dipecat dari posisinya setelah diolok-olok dan didemo The Jakmania.

2 dari 4 halaman

2

2. Cristian Gonzales

Cristian Gonzales, gagal ke Persija hanya gara-gara fasilitas apartemen di tingkat tinggi. (Bola.com/Peksi Cahyo)

Siapa sangka kalau bomber naturalisasi berdarah Uruguay pemegang gelar sepatu emas terbanyak di Liga Indonesia, sempat hendak singgah ke Persija pada musim 2006. Selepas menjalani sanksi skorsing Komisi Disiplin PSSI dalam kasus keributan dengan pemain Persita Tangerang di awal musim 2004 (kala itu Gonzales berkostum PSM Makassar), sang pemain tak memiliki klub.

Ia sempat melamar ke manajemen Tim Macan Kemayoran. Kala itu Persija yang sedang berburu penyerang asing baru, kepincut memakai jasa bomber berjulukan El Loco (Si Gila). Sempat ikut latihan di Stadion Menteng, Jakarta Pusat, Gonzales didampingi istrinya sempat melakukan negosiasi kontrak.

Sempat bersepakat dengan nominal kontrak yang ditawarkan, tiba-tiba Cristian Gonzales membatalkan kesepakatan. Ia kecewa karena manajemen Persija menolak permintaannya disewakan apartemen di lantai rendah. 

Sang istri takut ketinggian dan merasa tidak cocok dengan fasilitas apartemen yang diberikan Persija. Ironisnya permintaan itu dianggap tuntutan yang terlalu macam-macam. Manajemen Persija tak berjuang mempertahankan Gonzales.

Kubu Persik Kediri melihat peluang menggaet penyerang haus gol tersebut. Lewat pendekatan hati ke hati yang dilakukan manajer, Iwan Budianto, Gonzales mau merapat ke Tim Macan Putih.

Persija harus menelan ludah memendam kekecewaan, karena Cristian Gonzales akhirnya mempersembahkan gelar Liga Indonesia 2006. Ia juga jadi top scorer dengan koleksi 30 gol.

3 dari 4 halaman

3

3. Ronald Fagundez

Ronald Fagundez, tak diizinkan PSM pindah ke Persija. (Bola.com/Ahmad Latando)

Persija membuat kehebohan saat pelaksanaan Piala Emas Bang Yos 2006. Mereka mendaratkan duo asing PSM Makassar, Ronald Fagundez (Uruguay) dan Ebanda Herman (Kamerun).

Kubu Tim Juku Eja protes keras, menilai keduanya masih berstatus pemain mereka. Persija dianggap main belakang, dengan tidak mengajak bicara ke manajemen PSM.

Manajer PSM, Kadir Halid, mengadukan kasusnya ke PSSI. Kala itu organisasi tertinggi sepak bola Tanah Air dinakhodai Nurdin Halid, yang notabene abang kandung Kadir.

Pada ujungnya Persija dihadapkan pada pilihan pahit, hanya boleh merekrut salah satu di antara Ronald Fagundez atau Abanda Herman. Pelatih Persija saat itu, Rahmad Darmawan, akhirnya memilih Abanda karena kebutuhan strategi.

Tim Oranye saat itu kekurangan stok bek karena bek andalan mereka, Charis Yulianto, memutuskan pindah ke Persib Bandung. Jadilah Persija mengawali musim 2006 dengan sempoyongan. RD mengaku kepergian Fagundez merubah situasi di tim. Ia tidak punya playmaker ulung yang menghidupkan lini tengah.

4 dari 4 halaman

4

4. Javier Roca

Gelandang serang asal Cile menciptakan sensasi pada Copa Indonesia 2005. Membela tim medioker Persegi Gianyar ia jadi top scorer turnamen dengan lesakan 11 gol.

Persija yang kala itu bertabur uang APBD, langsung melakukan pendekatan dengan gelandang kelahiran Santiago, 9 Agustus 1977 tersebut. The Jakmania bersuka cita saat melihat Roca hadir di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Ia tampil cukup memesona di turnamen Piala Emas Bang Yos. Sayangnya Tim Macan Kemayoran gagal ke final setelah dikalahkan oleh PSMS Medan 0-1. Pelatih Persija saat itu, Arcan Iurie, langsung diberhentikan seusai turnamen.

Ia diganti sosok Rahmad Darmawan, yang baru saja sukses mengantar Persipura Jayapura juara Liga Indonesia 2005. Sayangnya kehadiran RD menjadi musibah bagi Roca.

Beralasan tidak suka dengan gaya bermainnya, Javier Roca dipinggirkan dari  tim di awal musim 2006. Ia dipinjamkan ke saudara muda, Persitara Jakarta Utara. Keputusan RD memicu kontroversi karena Persija juga tengah krisis gelandang serang. Mereka baru saja kehilangan figur Ronald Fagundez yang diminta kembali ke PSM.

Roca merasa dirinya digantung bukan karena masalah teknik, akan tetapi karena Rahmad Darmawan tidak suka dengan pemain Amerika Latin. Sepeninggal Roca, Persija banjir pemain asal Afrika.

Rumor lain RD tidak suka dengan perilaku Roca di luar lapangan. Gelandang asal Cile tersebut doyan keluyuran malam. Ia pun perokok berat.

Video Populer

Foto Populer