Hugo Ekitike Ungkap Pelajaran dari Messi, Neymar, dan Mbappe: Saya Tambahkan ke Permainan Saya

Kendati kerap dibandingkan dengan Mbappe, Ekitike menilai gaya bermain mereka berbeda.

"Dia lebih cepat dari saya. Saya juga cepat, tapi dia salah satu pemain tercepat di dunia. Mungkin suatu hari saya bisa mendekatinya, tapi kami tipe pemain yang berbeda. Dia punya kecepatan luar biasa, sementara saya lebih berperan untuk kepentingan tim," jelas pemain berusia 23 tahun ini.

Keduanya sempat bertemu kembali pekan ini ketika Liverpool menaklukkan Real Madrid. Kemenangan itu menandai kebangkitan The Reds setelah sempat menelan enam kekalahan dari tujuh laga sebelumnya.

"Dia melihat saya dulu berada dalam situasi sulit di PSG, jadi dia senang sekarang segalanya berjalan baik bagi saya," kata Ekitiké.

"Dia seperti kakak bagi saya. Waktu di PSG saya jarang bermain, dan itu berat. Tapi, dia selalu mendukung dan memberi nasihat," ungkapnya.

Karier Ekitike tidak berjalan mulus sejak awal. Kurangnya menit bermain di Reims membuatnya memutuskan langkah berani: pindah ke klub Denmark, Vejle, dengan status pinjaman.

"Bukan keputusan aneh, tapi memang tak biasa bagi pemain muda. Banyak yang mengira saya akan ke divisi dua Prancis, tapi saya memilih Denmark. Itu sulit, tapi berharga. Saya dapat banyak menit bermain, menghadapi lawan kuat, dan menambah kepercayaan diri sebelum kembali ke Prancis," tuturnya.

Sejak bergabung dengan Liverpool dari Eintracht Frankfurt, eks pemain Eintracht Frankfurt itu mencetak enam gol dari 15 penampilan. Ia juga sempat mendapat kartu merah di Carabao Cup karena membuka kaus usai mencetak gol kemenangan melawan Southampton.

Momen itu membuat pelatih Liverpool, Arne Slot, menyebut tindakannya sebagai bodoh.

Ekitike menanggapi kritik tersebut dengan santai.

"Sekarang saya tahu, saya harus tetap memakai jersey saya," ujarnya sambil tersenyum.

"Pelatih memang sering menegur saya, tapi bukan dalam arti negatif. Dia hanya ingin membantu saya berkembang. Kadang rasanya seperti terlalu menekan, tapi itu hal baik. Kalau pelatih tidak peduli, dia pasti tak akan bicara banyak atau berusaha mendorong saya jadi lebih baik," ujarnya.

Ekitike dan Isak sejauh ini baru bermain bersama selama 62 menit karena faktor cedera, skorsing, dan taktik. Meski begitu, ia yakin keduanya bisa tampil berdampingan.

"Saya bisa bermain dengan siapa pun. Kami akan belajar menemukan koneksi dan saling memahami di lapangan," katanya.

Menjelang duel melawan Man City, Ekitike juga menaruh perhatian pada sosok Erling Haaland yang sudah mencetak 27 gol musim ini untuk klub dan tim nasional.

"Dia salah satu striker terbaik dunia dalam beberapa tahun terakhir," ujar Ekitiké.

"Dia bisa memberikan dampak besar tanpa banyak menyentuh bola, itu luar biasa. Saya banyak belajar dengan melihat caranya bermain," tambahnya.

Kini, giliran Ekitike yang menjadi sorotan. Persaingan internal memperebutkan posisi nomor 9 di Liverpool membuatnya harus terus membuktikan diri, dan jika ia mampu menyaingi ketajaman Haaland di laga melawan Man City, langkahnya untuk menjadi ujung tombak utama The Reds akan makin kukuh.

Sumber: The Guardian