Di Balik Rasa Tak Dianggap, Bruno Fernandes Masih Aset Paling Berharga MU

Kendati kini sering dimainkan dalam peran gelandang box-to-box yang menuntut kontribusi defensif lebih besar, sesuatu yang tidak selalu menjadi kekuatannya, Bruno tetap menjadi pusat kreativitas serangan MU. Dialah poros utama aliran bola ke lini depan.

Pada musim panas lalu, Bruno sempat berdiskusi langsung dengan pelatih Ruben Amorim di tengah godaan hijrah ke Timur Tengah.

Amorim menegaskan tidak ingin sang kapten hengkang, sekaligus menyampaikan rencananya untuk menarik Bruno bermain lebih ke dalam di lini tengah pada musim ini.

Posisi tersebut sebenarnya sudah beberapa kali ia jalani musim lalu, tetapi kali ini direncanakan sebagai peran yang lebih permanen.

Rencana itu juga bergantung pada dinamika transfer MU saat itu. Klub belum mendatangkan Bryan Mbeumo, masih mempertimbangkan opsi penyerang nomor sembilan, serta belum menuntaskan perekrutan Matheus Cunha.

Amorim menilai, jika MU memperkuat lini depan, tetapi tidak menambah gelandang maka ia membutuhkan Bruno di area yang lebih dalam untuk menjadi penghubung kreatif dari lini belakang ke depan.

Dari luar, keputusan itu kerap dipertanyakan, mengingat ancaman gol dan kreativitas Bruno, serta fakta bahwa bertahan bukan naluri alaminya.

Laga imbang yang kacau 4-4 melawan Bournemouth pada Selasa dini hari WIB lalu menjadi gambaran jelas sisi positif dan negatif Bruno dalam peran tersebut.

Ia tetap mampu masuk ke area berbahaya, terbukti dari pelanggaran yang ia dapatkan sebelum mencetak gol melalui tendangan bebas di tepi kotak penalti, meski frekuensinya tak setinggi saat bermain lebih menyerang.

Dengan catatan lima gol dan tujuh assist dari 16 penampilan Liga Inggris, Bruno masih menjadi pemain paling produktif di lini serang MU, meski posisinya lebih ke belakang. Hanya Mbeumo yang mencetak gol lebih banyak darinya musim ini.

Musim lalu, Bruno mengoleksi delapan gol dan 11 assist di Liga Inggris. Catatan musim ini membuatnya berada di jalur yang tepat untuk melampaui torehan tersebut.

Ia juga berpeluang melampaui statistik 10 gol dan delapan assist yang dicatatkannya pada musim 2023/2024, saat terakhir kali bermain penuh sebagai gelandang serang nomor 10.

Data FBref menunjukkan, dari total 1.225 sentuhan Bruno dalam 16 pertandingan liga musim ini, hanya 42 sentuhan atau 3,4 persen yang terjadi di dalam kotak penalti lawan. Angka ini relatif mirip dengan musim sebelumnya (3,1 persen), saat Amorim mulai mengubah posisinya.

Sebagai perbandingan, pada musim 2022/2023, ketika Setan Merah finis ketiga, Bruno mencatat 6,2 persen sentuhan di area penalti lawan.

Pola serupa terlihat pada sentuhan di sepertiga akhir lapangan. Meski demikian, Bruno tetap krusial dalam membangun serangan sambil membantu lini tengah. Ia kini lebih sering beroperasi di sepertiga pertahanan dibandingkan musim-musim sebelumnya.

Amorim merasa memiliki lebih banyak opsi di posisi nomor 10, seperti Mbeumo, Cunha, serta Mason Mount yang kembali menemukan performa terbaiknya, untuk mendukung peran Bruno.

Kontribusi ofensif Bruno tidak menurun. Ia mencatat 104 aksi penciptaan tembakan dalam 16 laga musim ini, sebanding dengan produktivitasnya di musim-musim sebelumnya.

Dalam urusan umpan progresif, hanya Elliot Anderson dari Nottingham Forest yang unggul tipis darinya. Tidak ada pemain lain di liga yang mencatat lebih banyak aksi penciptaan gol, yang didefinisikan sebagai dua aksi ofensif sebelum gol tercipta.

Namun, peran barunya juga membawa risiko. MU kerap rapuh secara defensif, terutama ketika Bruno berduet di lini tengah dengan Casemiro, yang pada usia 33 tahun tidak lagi memiliki jangkauan mobilitas seperti dulu.

Dalam hal perebutan bola, Bruno termasuk tiga besar gelandang Liga Inggris dengan 93 ball recoveries. Namun, ia tidak menonjol dalam statistik tekel.

Masalah disiplin posisi kerap menjadi celah, yang turut menjelaskan mengapa MU kesulitan mengontrol pertandingan dan sering membuang keunggulan, seperti kembali terlihat saat melawan Bournemouth.

Pada proses gol kedua Bournemouth di Old Trafford, Bruno mencoba mengantisipasi sundulan Marcos Senesi, tetapi salah membaca situasi. Kesalahan itu memberi ruang bagi Marcus Tavernier untuk merebut bola, menusuk ke depan, dan mengirimkan umpan kepada Evanilson yang berujung gol.

Pertanyaan berikutnya, apakah Amorim akan kembali mendorong Bruno bermain lebih ke depan? Sejumlah suporter dan pengamat menginginkan Bruno kembali berperan sebagai nomor 10, dengan Kobbie Mainoo mendapat menit bermain lebih banyak di lini tengah mendampingi Casemiro.

Sebelum laga melawan Bournemouth, Amorim menjelaskan bahwa skema tersebut mengharuskan pengorbanan satu pemain depan, seperti Mbeumo atau Cunha.

Namun, Piala Afrika 2025 membuka peluang baru karena Mbeumo dan Amad Diallo, yang musim ini sempat dimainkan sebagai nomor 10 meski lebih sering beroperasi sebagai wing-back, harus meninggalkan klub untuk turnamen tersebut.

Absennya Casemiro akibat skorsing pada laga Liga Inggris melawan Aston Villa, Minggu mendatang, juga menjadi pertimbangan bagi Amorim yang sedang memikirkan perubahan formasi.

Di mana pun posisinya, Bruno Fernandes akan tetap menjadi figur sentral. Ia adalah rekrutan terbaik MU sejak era Sir Alex Ferguson berakhir.

Di tengah pemborosan besar klub dalam bursa transfer, biaya 67,7 juta paun yang dikeluarkan untuk memboyongnya dari Sporting Lisbon pada Januari 2020 terasa sebagai sebuah keuntungan besar.

Seperti yang disiratkan Bruno dalam wawancara terbarunya, nilai seorang pemain akan makin tinggi jika mampu memenangkan trofi terbesar. Hingga kini, kegagalan meraih gelar utama di Old Trafford menjadi sumber frustrasi tersendiri baginya.

Kekecewaan itu tampak usai laga Selasa lalu, ketika Bruno berdiri di lingkar tengah lapangan sambil memberi gestur ke sejumlah area, dengan Manuel Ugarte dan Casemiro menjadi sasaran luapan emosinya.

Bruno merasa Setan Merah seharusnya bersaing memperebutkan gelar Liga Inggris. Keinginan meraih trofi tersebut menjadi satu di antara alasan ia menolak tawaran dari Arab Saudi. Untuk saat ini, mimpi itu masih terasa jauh dari kenyataan.

Pemain dengan kualitas seperti Bruno layak bertarung di panggung tertinggi. Namun, jika ia merasa kurang dihargai, satu hal yang pasti: MU akan jauh lebih kehilangan tanpa dirinya, apa pun peran yang ia jalani di lapangan.

Sumber: The Athletic via NY Times