Sukses


Masuk Rumah Sakit, Legenda Bulutangkis Indonesia Tati Sumirah Butuh Dukungan dan Doa

Jakarta - Legenda bulutangkis Indonesia, Tati Sumirah (68), sejak Selasa (4/2/2020), menjalani perawatan di RSUP Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur.

Pemain yang ikut mengantarkan Indonesia untuk kali pertama sukses memboyong Piala Uber 1975 tersebut, harus dirawat karena gula darahnya tinggi dan ada problem pada paru-parunya.

Hingga Sabtu (8/2/2020), menurut Reza, salah satu keponakannya, Tati Sumirah masih menjalani perawatan intensif. Bahkan, sejak masuk rumah sakit, kondisi pemain yang membela Indonesia pada 1972 sampai 1981 itu juga belum sadar penuh.

"Kami memohon doa masyarakat bulutangkis Indonesia untuk kesembuhan Tati Sumirah," ujar Juniarto Suhandinata, Wakil Ketua Umum PB Tangkas Jakarta, klub bulutangkis tempat Tati bergabung sejak 1966.

"Dia adalah salah satu pahlawan bulutangkis yang telah mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Saya pun mengetuk kepedulian pemerintah dan PBSI untuk kesembuhan Tati," lanjutnya. 

Sebagai pemain, prestasi paling fenomenal diukir Tati saat memperkuat tim Indonesia pada putaran final Piala Uber 1975. Dia menjadi satu-satunya pemain tunggal putri yang mempersembahkan angka kemenangan buat Tim Garuda.

Dalam partai final di Istora Senayan, Jakarta, 6 Juni 1975, Indonesia sukses merebut Piala Uber setelah menang 5-2 atas juara bertahan Jepang.

Tati Sumirah sukses menyumbangkan poin kemenangan dengan menekuk Atsuko Tokuda, 11-5, 11-2. Sementara itu, Theresia Widiastuti dikalahkan Hiroe Yuki, 7-11, 1-11 dan Utami Dewi dijegal Noriko Nakayama, 5-11, 3-11.

Namun, pada empat partai ganda, pemain tuan rumah tampil hebat. Pasangan Regina Masli/Minarni Sudaryanto menggusur Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa, 15-6, 6-15, 15-9. Lalu, Imelda Wigoena/Theresia Widiastuti menang atas Hiroe Yuki/Mika Ikeda, 15-4, 15-9.

Berikutnya, Regina/Minarni mengatasi perlawanan Hiroe Yuki/Mika Ikeda, 15-8, 15-11, dan Imelda /Theresia menggulingkan Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa, 17-14, 15-0.

Video

2 dari 2 halaman

Kurang Beruntung

Ditambahkan oleh Juniarto, kehidupan Tati Sumirah setelah gantung raket pada 1981 memang kurang beruntung. Apalagi, saat itu tidak ada yang namanya bonus bagi pemain yang berprestasi, termasuk Tati.

Tawaran untuk melatih di bekas klubnya, PB Tangkas, ditolak karena tidak berbakat jadi pelatih. Untuk menyambung hidup, Tati sempat bekerja sebagai kasir di sebuah apotek di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Namun, atas budi baik rekan-rekannya, Tati kemudian mendapat pekerjaan baru sebagai tenaga di bagian perpustakaan perusahaan minyak pelumas di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Kami, sekali lagi mengharapkan kepedulian dan uluran tangan pemerintah dan PBSI untuk membantu biaya pengobatan salah satu pahlawan bulutangkis Indonesia ini," ujar Juniarto.

Disadur dari: Liputan6.com (Penulis: Defri Saefullah/Editor: Bogi Triyadi/Published: 09/02/2020)

Video Populer

Foto Populer