CEO Sirkuit Sepang Minta F1 Contoh MotoGP

oleh Oka Akhsan diperbarui 29 Apr 2017, 11:22 WIB
Sirkuit Sepang, Malaysia, tak lagi menggelar balapan F1 pada 2018 tapi tetap menjadi tuan rumah MotoGP. (Motorsport)

Bola.com, London - CEO Sirkuit Sepang, Razlan Razali, menyarankan pemilik baru F1 untuk menyingkirkan gengsi dan belajar dari promotor MotoGP agar tak semakin kehilangan penggemar.

"MotoGP memiliki segalanya. Mereka punya balapan pendukung yang bagus, yaitu Moto3 dan Moto2. Dua kelas balapan itu sukses menghadirkan penggemar baru," kata Razali seperti dikutip dari AFP, Sabtu (29/4/2017).

Advertisement

"Ketika ada pebalap yang baru masuk ke Moto3, fans generasi muda mengikuti perkembangan rider tersebut hingga naik ke MotoGP. Ambil contoh Maverick Vinales. Dia memulai kiprahnya dari Moto3. Saat dia sudah jadi bintang MotoGP, penggemarnya semakin banyak," ujar Razali.

Razlan mengatakan jenjang karier di MotoGP lebih jelas daripada F1. "Lihat apa yang terjadi di F1. Coba kalian jawab, berapa orang yang mengenal Lance Stroll (pebalap Williams)?" katanya.

Sirkuit Sepang memutuskan tak lagi menggelar balapan F1 mulai 2018. Kombinasi jumlah penonton yang rendah dan biaya pengelenggaraan yang mahal merupakan alasan utama pemerintah Malaysia memilih tak lagi menjadi tuan rumah lomba jet darat.

Seperti dilansir AFP, pemerintah Malaysia menggelontorkan dana sebesar 67,6 juta dolar atau sekitar 898 miliar rupiah per tahun untuk menggelar balapan F1. Namun, pemasukan yang mereka raup tak sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan.

Baru-baru ini, mantan bos F1, Bernie Ecclestone, mengakui memasang tarif kelewat mahal kepada negara-negara yang menggelar balapan. "Dia (Ecclestone) telah membuat kami seperti idiot," ujar Razlan.

Razlan mengklaim selain faktor biaya, jadwal balapan yang kurang tepat juga memengaruhi minat penonton menyaksikan balapan secara langsung.

Menurut Razlan, jeda dua pekan antara GP Malaysia dan GP Singapura terlalu lama sehingga fans memilih menonton salah satu balapan saja. Razlan menyarankan agar dua balapan di lokasi yang berdekatan sebaiknya cuma berselang sepekan.

"Balapan di Asia Tenggara ini unik. Setelah balapan malam di sirkuit jalan raya di Singapura, dilanjut balapan di sirkuit permanen di Malaysia. Saya rasa ini sangat menarik buat fans global. Kami sudah membahas masalah ini kepada Bernie dan juga pemilik baru Liberty Media, tapi sepertinya mereka punya rencana lain," ujar Razlan.

Razlan berharap Liberty Media bisa mengembalikan pamor F1 yang belakangan mulai meredup. Meski mengakui petinggi baru F1 lebih mudah diajak bicara, tapi Razlan merasa cara kerja mereka masih terlalu lambat.

"F1 harus melangkah lebih cepat daripada mobil jet darat. Reaksi mereka terlalu lambat. Minimal mereka mendatangi promotor balapan di setiap negara dan memperkenalkan diri. Bukan kami yang menghampiri mereka," kata Razlan.

"Mereka terlalu fokus mencari penonton kelas premium padahal jumlahnya tak seberapa. Mereka seharusnya fokus menarik penonton biasa. Bagaimana caranya agar fans mau membeli tiket. Penggemar pasti mau membeli tiket jika balapan F1 menarik," tutur Razlan.

Balapan musim ini akan menandai edisi terakhir F1 GP Malaysia. Meski tak lagi menggelar balapan F1, Sirkuit Sepang tetap menjadi tuan rumah balapan MotoGP yang tiketnya selalu laris bak kacang goreng.

Berita Terkait