Berbagi Kisah di Allianz Explorer Camp 2019, Demichelis Mengaku Alami Masa Kecil yang Tak Mudah

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 24 Jun 2019, 15:20 WIB
Legenda Bayern Munchen, Martin Demichelis, memberikan keterangan saat jumpa pers di Kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (24/6/2019). Delapan anak Indonesia terpilih untuk mengikuti Allianz Explorer Camp 2019 di Jerman dan Singapura. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Legenda Bayern Munchen, Martin Demichelis, membuka kisah masa kecilnya di hadapan para pemenang Allianz Explorer Camp 2019 di Holywings Epicentrum, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2019). Dia mengaku hidupnya sempat terguncang setelah sang ayah saat meninggal saat dirinya masih berusia 14 tahun.

Saat Demichelis menceritakan masa kanak-kanaknya, para orang tua dari pemenang Allianz Explorer Camp 2019 yang juga turut hadir di Holywings Epicentrum menyimaknya dengan seksama.

Advertisement

"Peran orang tua sangat penting bagi karier pemain. Sebagai pemain, hari ini kamu patut berbangga. Besok, kamu sudah berjalan seperti biasanya," ujar Demichelis.

"Saya berasal dari wilayah pedalaman di Argentina. Saya keluar rumah dengan usia 14 tahun. Saya harus ke Buenos Aires. Kota yang sangat besar. Tiga bulan setelah saya keluar dari rumah, ayah saya meninggal," imbuh dia. 

Martin Demichelis mengaku terbantu kehadiran psikolog setelah ayahnya wafat. "Kalau tidak bertemu psikolog, mungkin saya tak akan menjadi pesepak bola," imbuh mantan pemain berusia 38 tahun ini.

 

2 dari 2 halaman

Beri Motovasi

Legenda Bayern Munchen, Martin Demichelis, memberikan coaching clinic kepada pesepak bola muda di Lapangan PSPT Tebet, Jakarta, Minggu (23/6). Acara ini merupakan rangkaian Allianz Explorer Camp 2019. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Demichelis, yang merupakan Brand Ambassador Allianz, didatangkan ke Indonesia untuk memimpin sesi latihan bersama alias coaching clinic dengan para peserta Allianz Explorer Camp 2019 di Stadion PSPT, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (23/6/2019).

Dari ribuan orang yang mendaftar, terpilih delapan peserta guna mengikuti camp di Singapura dan Munchen pada Juli dan Agustus 2019.

"Saat kita pergi, kita masih sebagai anak kecil. Kita tak tahu akan menjadi pemain profesional atau tidak. Kalian saat ini dalam tahap pubertas. Kalau kalian sukses, kalian akan menjadi pesepak bola," tutur Demichelis.

Berita Terkait