5 Hal yang Ada di Formula E tapi Tidak Ada di F1

oleh Hendry Wibowo diperbarui 16 Feb 2020, 16:15 WIB
Suasana balap Formula E 2018/19 putaran 12 yang digelar di Brooklyn Street Circuit, AS, Sabtu (13/7)(AFP/David Dee Delgado)

Bola.com, Jakarta - Formula 1 maupun Formula E merupakan dua ajang balap kursi tunggal yang berstatus Kejuaraan Dunia.

F1 sudah digelar sejak tahun 1950. Sedangkan Formula E masih sangat hijau. Musim pertama saja baru digelar tahun 2014.

Advertisement

Adapun tipe mobil yang dilombakan kedua ajang ini sangat berbeda. Jika mobil F1 masih digerakkan dengan bahan bakar, mobil Formula E sangat ramah lingkungan lantaran bertenaga listrik.

Namun jika melihat lebih dalam, ternyata bukan hanya soal mobil, ajang F1 dan Formula E memiliki perbedaan.

Pada beberapa kasus, bahkan ada beberapa hal yang ada di ajang Formula E tapi tidak ada di F1. Pada artikel ini, Bola.com mengajak pembaca untuk mengetahuinya.

2 dari 6 halaman

Semua Lomba di Sirkuit Jalan Raya

Petugas membersihkan rumput di kawasan Monumen Nasional (Monas) yang akan dijadikan arena lintasan balapan Formula E 2020, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menggelar ajang bertaraf internasional Formula E di kawasan Monas, Jakarta Pusat. (merdeka.com/Imam Buhori)

F1 merupakan ajang balap formula yang mayoritas lombanya berlangsung di sirkuit permanen. Meski beberapa juga berstatus lomba jalan raya seperti GP Monako atau GP Singapura.

Namun Formula E melombakan semua putarannya di sirkuit jalan raya. Beberapa negara bahkan menyajikan pemandangan objek ikonik sebagai bangian di sirkuit. Salah satunya Jakarta yang memperlihatkan Monumen Nasional atau Monas.

Persaingan ketat dan jarak antara sirkuit dengan dinding pembatas yang dekat, membuat lomba Formula E sangat menarik disaksikan.

3 dari 6 halaman

Jadwal Lomba

Penampakan mobil Formula E yang bertenaga listrik (Istimewa)

Keunikan Formula E lainnya adalah setiap musimnya lomba berlangsung di akhir tahun dan berakhir pada pertengahan tahun berikutnya.

Contohnya edisi 2019-2020, putaran pertama digelar di Arab Saudi, 22-23 November dan berakhir pada putaran 14 di London, Inggris, 25-26 Juli.

F1 sendiri selalu digelar pada awal tahun dan berakhir di akhir tahun tersebut. Seperti musim 2020 yang dimulai 15 Maret di GP Australia dan berakhir di GP Abu Dhabi, 29 November.

4 dari 6 halaman

Fanboost

Eks pembalap F1, Stoffel Vandoorne jadi pembalap Formula E yang sering dapat keuntungan fanboost. (AP/Rick Rycroft)

Hal paling menarik yang ada di Formula E dan tidak ada di F1. Ya, fanboost, sebuah skema di mana fan bisa membantu pembalap mereka untuk mendapatkan kekuatan ekstra saat balapan.

Dalam praktiknya, fans bisa memilih pembalap favorit mereka melalui sosial media. Voting dimulai enam hari sebelum lomba dan ditutup 15 menit jelang lomba.

Lima pembalap dengan suara terbanyak, bakal mendapat ekstra kekuatan mobil yang bisa digunakan saat lomba berlangsung. Menarik bukan.

5 dari 6 halaman

Attack Mode

Pembalap tinggal menekan tombol Attack Mode untuk mengaktifkan sistem ini saat balapan (Formula E)

Selain fanboost, Formula E juga memiliki sistem Attack Mode yang memungkinkan pembalap dibolehkan menggunakan tenaga ekstra pada mobil untuk tampil lebih cepat.

Terhitung mulai musim 2019-20, level Attack Mode yang didapat semua pembalap bahkan ditambah 10 kW, dari 225 kW ke 235 kW.

Hanya saja mulai musim ini juga, pembalap dilarang menggunakan Attack Mode dalam kondisi bendera kuning berkibar atau Safety Car berada di lintasan.

6 dari 6 halaman

Format Lomba

Jika lomba di ajang F1 sudah mematok jumlah lap setiap putarannya, Formula E menganut sistem lomba berlangsung selama 45 menit plus satu lap.

Hal menarik lainnya adalah tidak ada pergantian ban pada balapan Formula E. Kecuali ban mengalami kerusakan, pembalap tidak boleh mengganti ban saat pit stop.

Pasalnya kompon ban ajang Formula E memang sudah dibuat agar bisa mengaspal di trek kering maupun basah.