Sukses


    Diananda Choirunisa, Tradisi Medali, dan Target Pribadi pada Asian Games 2018

    Bola.com, Jakarta - Pepanah putri Indonesia, Diananda Choirunisa, kerap meraih medali sejak masih kecil, bahkan sudah seperti tradisi. Namun, dia belum puas. Dianandra ingin melengkapi koleksinya dengan menyebet medali pada kancah Asian Games 2018.

    Kiprah Dianandra di panahan penuh lika-liku. Salah satu momen penting dalam kariernya saat berlaga di SEA Games 2017 di Malaysia. Diananda berhasil meraih dua medali emas dari nomor individual recurve dan mixed team recurve, plus satu medali perak dari women team recurve.

    Prestasi tersebut terasa istimewa karena Diananda mendapatkan medali emas dari nomor individu. Empat tahun sebelumnya, dia meraih emas pertama di SEA Games, tapi kalau itu melalui women team recurve alias beregu putri.

    Setelah menyabet medali emas pertama di SEA Games 2013, Diananda kemudian hanya mendapat medali perak pada SEA Games 2015 dari nomor yang sama. Emas yang ditunggu akhirnya kembali direngkuh pada SEA Games 2017. 

    Kini, pepanah putri yang pernah meraih 5 medali emas saat masih kecil itu mengusung misi ambisius di kancah Asian Games. Diananda ingin meraih medali emas di depan pendukung Indonesia.

    "Bagi saya tentu saja kehadiran mereka itu akan menjadi sebuah dukungan dan motivasi," ujar atlet kelahiran Surabaya itu menjelang perjuangannya pada Asian Games 2018.

    2 dari 4 halaman

    Berawal dari Iseng

    Anda menggeluti panahan sejak usia 7 tahun. Bagaimana awalnya?

    Jadi awal saya ikut panahan itu hanya iseng. Awalnya diajak mama ke lapangan dan belajar soal panahan. Dari sekadar mencoba, akhirnya saya jadi menyukainya.

    Perasaan senang itu muncul ketika melepaskan anak panah dan mengenai sasaran yang berwarna kuning. Akhirnya sampai sekarang saya terus menyukai panahan dan jadi serius menjadi atlet.

    Anda mengikuti turnamen panahan pertama saat berusia 10 tahun. Saat itu sudah ada pikiran untuk serius menggeluti panahan?

    Sebenarnya saat itu masih berpikir untuk senang-senang ikut turnamen. Waktu itu juga saya kalah dan melihat orang lain yang menjadi juara. Namun, dari situ juga saya memiliki keinginan menjadi juara.

    Saya bilang kepada papa, ingin menjadi juara. Papa bilang saya akan jadi juara pada tahun berikutnya. Setelah satu tahun berlalu saya benar-benar menjadi juara dengan mendapatkan lima medali emas.

    Jadi orang tua mendorong Anda untuk serius menjadi atlet panahan profesional?

    Sebenarnya mereka hanya mengarahkan saya ke olahraga, apa pun itu. Bahkan awalnya saya mengikuti pencak silat. Namun, saya akhirnya memilih panahan, itu benar-benar atas kemauan saya sendiri. Jadi orang tua hanya sebatas memberikan dukungan.

    Pepanah Indonesia, Diananda Choirunisa, saat pemusatan latihan jelang Asian Games XVIII di Lapangan Panahan Senayan, Jakarta, Rabu (6/6/2018). Cabang panahan menargetkan satu medali emas pada Asian Games. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

    Pernah mengikuti pencak silat, kenapa akhirnya lebih serius dengan panahan?

    Saya mengikuti olahraga juga bertanya kepada orang tua saya soal bagaimana risikonya dan bagaimana peluang menjadi juara atau meraih medali. Jadi memang sejak awal saya sudah berpikir ke arah sana.

    Mama saya mengatakan risiko panahan yang utama itu kulit semakin hitam karena berjemur di arena latihan dan pertandingan. Sementara pencak silat ada risiko patah tulang. Kemudian dari sisi raihan medali, maksimal di pencak silat itu atlet mengikuti satu nomor, sementara kalau di panahan bisa sampai tiga nomor.

    Bicara soal risiko dalam berolahraga, seberapa penting proteksi keselamatan dan kesehatan bagi seorang atlet?

    Tentu sangat penting, terutama ketika sebagai atlet harus mengalami cedera. Terkadang kami harus ke dokter sendiri karena belum tentu ada yang menanggung risiko itu. Namun, sekarang juga ada asuransi sehingga ketika cedera tidak terlalu bingung harus bagaimana. Contoh di Asian Games 2018 ini atlet-atlet Indonesia yang bertanding mendapatkan perlindungan dari AXA Mandiri.

    3 dari 4 halaman

    Momen Mengharukan

    Apa yang membedakan panahan dengan olahraga lain?

    Lewat olahraga panahan, saya terbiasa melatih konsentrasi. Satu hal yang utama adalah panahan itu membutuhkan konsentrasi yang sangat baik. Selain itu, melalui panahan kita bisa berlatih mengatur emosi dan pernapasan.

    Selama menjadi atlet panahan, apa momen paling mengharukan?

    Ketika saya masih kecil dan bisa mendapatkan lima medali emas. Saya masih ingat betul bagaimana satu tahun sebelumnya papa meyakinkan bahwa saya bisa menjadi juara dan itu akhirnya terwujud.

    Pepanah Indonesia, Diananda Choirunisa, meraih medali emas SEA Games 2017 dari panahan nomor recurve putri di National Sports Complex, Kuala Lumpur, Minggu (20/8/2017). (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

    Banyak yang bilang panahan itu terkadang ditentukan keberuntungan. Setuju dengan anggapan itu?

    Memang dalam banyak hal diperlukan keberuntungan. Namun, bagi saya di panahan keberuntungan bukan sesuatu yang utama. Seorang atlet menang karena keberhasilannya mencetak angka dengan bagus. Artinya ia memang layak menang, bukan karena beruntung.

    Sejak SEA Games 2013 selalu meraih medali dari tim panahan, tapi baru pada 2017 meraih emas dari nomor individu. Bagaimana perasaan saat itu?

    Saya sangat senang, seperti tidak percaya dengan keberhasilan itu karena sebelumnya performa sempat menurun. Namun, saat itu saya membayangkan betapa berat berlatih sebelum pertandingan dan berpikir apakah harus menyerah begitu saja.

    Akhirnya saya berhasil, alhamdullilah bisa meraih medali emas. Saya merasa sangat senang karena perjuangan cukup berat sejak persiapan hingga bisa meraih medali emas itu.

    4 dari 4 halaman

    Bidik Emas Asian Games 2018

    Apakah prestasi tahun lalu di SEA Games menjadi beban untuk melangkah ke Asian Games?

    Saya tidak merasa ada beban. Saya hanya berpikir untuk selalu berusaha memberikan dan memperlihatkan performa terbaik dalam latihan dan pertandingan.

    Banyak yang berharap Anda berprestasi di Asian Games 2018. Merasa terbebani atau justru semakin termotivasi?

    Bagi saya tentu saja kehadiran mereka itu akan menjadi sebuah dukungan dan motivasi. Satu hal yang menjadi motivasi adalah kami sudah terbiasa berlatih di sini. kami sudah tahu bagaimana arena pertandingan ini, sudah tahu bagaimana cuaca dan angin di tempat ini. Tentu itu akan membuat saya semakin yakin.

    Pepanah Indonesia, Diananda Choirunisa, saat pemusatan latihan jelang Asian Games XVIII di Lapangan Panahan Senayan, Jakarta, Rabu (6/6/2018). Cabang panahan menargetkan satu medali emas pada Asian Games. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

    Apakah sudah memiliki bayangan lawan-lawan yang harus diwaspadai di Asian Games 2018?

    Sudah terbayang karena Asian Games itu bagi panahan sudah seperti olimpiade mini. Atlet-atlet yang biasa menjadi juara di level dunia itu kebanyakan datang dari negara-negara Asia.

    Mereka yang akan menonjol adalah atlet dari Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan India. Jadi saya sudah tahu siapa saja yang patut diwaspadai.

    Apa ada beban target di Asian Games 2018?

    Saya tidak mendapatkan target apa pun dari PP Perpani. Namun, saya tetap memiliki target pribadi. Saya menargetkan harus bisa mendapatkan minimal satu medali emas.

    Anda punya target pribadi di Asian Games 2018, bagaimana Anda memotivasi diri untuk bisa mewujudkan itu?

    Saya selalu mengingat kata-kata ini sebagai motivasi, "Kejarlah cita-cita selagi kita masih punya waktu."

     

    Dalam pentas Asian Games 2018 Tim Indonesia mendapat dukungan dari PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) lewat gerakan moral hastag bertajuk #AXAMandiriuntukIndonesiaJuara dan #AXAMandiriDukungTimIndonesiaJuara. Bentuk dukungannya adalah semua atlet Tim Indonesia yang berlaga pada Asian Games akan diberikan perlindungan berupa asuransi jiwa dan kesehatan.

    Kerja sama dan dukungan AXA Mandiri ini merupakan yang pertama dan satu-satunya asuransi jiwa yang hadir dalam Asian Games 2018 untuk Tim Indonesia. Hal ini ditandai dengan pendatanganan kerja sama antara AXA Mandiri dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) selaku komite olimpiade nasional Indonesia, pada Senin, 23 April 2018 di AXA Tower, Jakarta.

    Video Populer

    Foto Populer