Sukses


[Feature]: Apakah Allegri Beruntung Bawa Juventus Juara?

Bola.com, Jakarta - Dilempar ke udara berkali-kali oleh para pemainnya sebagai bentuk perayaan gelar Scudetto jelas tidak terpikirkan oleh Massimiliano Allegri setahun sebelumnya. Itu wajar. Dia masuk sebagai pengganti Antonio Conte yang dicintai segenap hati oleh Juventini plus tiga titel berturut-turut yang diukirnya membuat Conte diidentikan dengan Si Nyonya Tua. Lantas, apakah Max Allegri hanya beruntung tahun ini?t

Cacian, hinaan, lemparan telur busuk dan air ludah menyambut Allegri usai dirinya ditetapkan sebagai allenatore Juventus empat tahun silam. Publik hitam putih kecewa karena mereka menganggap kalau pelatih berusia 47 tahun itu kalah kelas ketimbang Conte.

“Hari pertama bersama Allegri dan Presiden Andrea Agnelli di mobil, kami disambut di tempat latihan dengan ludah, lemparan telur, dan tendangan,” ucap Direktur umum Juve, Giuseppe Marotta kepada Forza Italian Football.

Rasa pesimisme pun menyeruak dengan cepat, Allegri dianggap sebagai pelatih yang miskin ide dalam hal meramu taktik, pribadi yang kaku-beda halnya dengan Antonio Conte yang gemar berteriak sampai saat datang ke konferensi pers pasca pertandingan pun, suaranya nyaris hilang.

 Massimiliano Allegri Latihan (MARCO BERTORELLO / AFP)

Di bangku cadangan, Allegri lebih doyan mengamati jalannya laga, jika ada yang salah menurut benaknya baru dia berteriak. Allegri memang pribadi yang seperti itu, jarang bicara tetapi otaknya penuh dengan pencarian solusi seputar masalah sepak bola.

"Saya pernah mewawancarai dua orang pelatih, Leonardo dan Allegri. Saat melakukan wawancara dengan nama pertama selama 60 menit, pembicaraan bisa melebar dari filosofi soal kehidupan, kesenian sampai agama Zen. Allegri? 60 menit yang saya habiskan berbincang dengannya selalu terfokus kepada sepak bola," kenang salah satu wartawan Football Italia.

"Saya adalah orang yang impulsif. Kerap kali inspirasi datang ketika saya bahkan tidak memikirkannya. Saat tengah malam, saya menemukan ide untuk mengubah formasi," beber Allegri kepada La Repubblica.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Sepak Bola dan Ingatan Gajah

Sepak bola memang unik. Olahraga yang cantik ini tak punya ingatan seperti seekor gajah seperti diklaim Edinson Cavani dan Brendan Rodgers. Terkadang seseorang bisa disanjung, di satu waktu orang yang sama bisa diinjak-injak.

Untuk kasus ini memang Allegri juga layak mengambil setengah dari kerusakan yang ada di Milan. Diangkat oleh Rossoneri pada 2010, pria yang sempat mengawal lini tengah Perugia saat masih aktif bermain itu mengantarkan Setan Merah meraih juara di tahun pertamanya. Namun cerita indah Allegri tak bertahan lama. Bermodalkan skuad yang kurang lebih sama imbas dari kian memburuknya dompet manajemen Milan plus dilegonya Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva membuat performa Milan merosot, itu membuatnya didepak.

 

Para pemain Juventus girang mampu merengkuh gelar Liga Serie A Italia. (AFP PHOTO / MARCO BERTORELLO)

Allegri pun menganggur selama enam bulan dan semua pihak kaget ketika dia ditasbihkan sebagai pelatih Juventus baru, 16 Juli 2014. Di waktu tersebut, Conte merupakan media darling atas pencapaiannya bersama Juventus sedangkan Allegri diposisikan sebagai biang kegagalan Milan. "Dibantu" dengan media, opini suporter Juventus digiring ke persepsi bahwa Allegri adalah pelatih gagal dan penulis sempat setuju akan pendapat tersebut.

Padahal sebelum dipercaya melatih Milan, Allegri disebut-sebut sebagai juru taktik yang membawa angin segar dalam dunia sepak bola Italia bersama dengan Cesare Prandelli dan Vincenzo Montella. Kejagoan pria asli kota Livorno itu terbukti dengan menggondol Panchina d'Oro 2008-2009 (penghargaan pelatih terbaik Serie A) saat masih menangani Cagliari.

 

3 dari 3 halaman

Analisis Strategi Allegri

Kejeniusannya terus terpancar saat berada di Vinovo, tempat latihan Juventus. Pepatah If It ain't broke, don't fix it (kalau sesuatu tak rusak, biarkan saja apa adanya) dilakukan Allegri. Mewarisi skuat dari Conte, Allegri lantas tak merombak drastis penggunaan formasi sampai instruksi detail kepada pemain.

Di bulan-bulan awalnya di Turin, Juventus masih memainkan skema tiga bek yang identik dengan formasi Conte. Leonardo Bonucci dibiarkan untuk melepaskan umpan jarak jauh seperti biasanya, Claudio Marchisio mengalirkan bola, Paul Pogba dibiarkan untuk melakukan tembakan dari jarak jauh. Hasilnya? Juventus tetap stabil meski otak di belakang mereka sudah berganti.

Pemain belakang Juventus, Leonardo Bonucci (tengah) berlari merayakan kemenangan La Vecchia Signora atas AS Roma 3-2 di Turin, (6/10). (REUTERS/Alessandro Garofalo)

 

Namun perlahan tapi pasti Allegri menularkan ideologi bersepak bolanya kepada Juventus. Di musim 2013/2014, Leonardo Bonucci rata-rata mencambukkan sembilan umpan jauh per laga tapi jumlah itu berkurang setengahnya. Mantan bek Bari itu diberi tugas lain, lebih berani untuk menekan pertahanan lawan dan itu tak pernah terlihat di era Conte.

Strategi ini memang berbahaya jika berhadapan dengan tim beramunisi serangan balik mematikan tapi lawan juga harus memecah konsentrasi untuk mencari cara menghentikan Bonucci. Imbasnya, ruang untuk para pemain lain menjadi lebih lowong.

Sama halnya dengan Claudio Marchisio, musim lalu Andrea Pirlo mengoleksi 69 operan per laga sedangkan musim ini, Claudio Marchisio menaikkan benchmark sebesar 40 persen dengan torehan 101 operan per laga. Dia memang tidak lagi membuka ruang lewat operannya tapi lebih membuat aliran bola menjadi sederhana dan bertempo cepat dalam perannya sebagai regista.

Sementara itu, Paul Pogba musim lalu dikenal sebagai gelandang pemilik tendangan roket. Musim ini? Pria Prancis tersebut lebih diproyeksikan sebagai Edgar Davids plus-plus.

Beberapa kali terlihat Pogba lebih menggunakan tenaganya untuk menahan penguasaan bola sembari tentu saja memainkan trik-trik indah. Namun catatan yang harus diingat adalah Pogba masih belum fasih membaca alur pertandingan dan skill pertahanannya masih harus diasah lagi.

 

Kondisi Pirlo masih belum fit 100 persen, sehingga kemungkinan untuk bermain cukup sulit.

Apa yang patut dicatat juga Allegri lebih berani memperkenalkan wajah-wajah baru ke dalam skuat inti. Andrea Pirlo, Arturo Vidal, Andrea Barzagli, dan Paul Pogba memang slilih berganti masuk ruang operasi tapi tampaknya itu menjadi berkah tersembunyi. Pelatih yang mengawali karier di klub amatir bernama Aglianese itu lantas memperkenalkan wajah-wajah baru.

Roberto Pereyra menjadi salah satu nama menjulang. Banyak pihak yang menyebut kalau Pereyra diplot sebagai wakil Arturo Vidal tetapi Pereyra punya kecepatan yang lebih, sedikit unggul soal operan dan mencari ruang untuk menerima operan rekan. Pereyra lah penghubung lini tengah dan depan, di mana ini tak ditemukan di jaman Antonio Conte musim lalu.

Saat para pemain kunci sembuh dari cederanya, skuad Juventus saling melengkapi dan mungkin ini merupakan salah satu alasan mengapa Allegri bisa mengantarkan Juventus berprestasi lebih bagus di kancah Eropa.

Andai dia bisa mengantarkan para pemain Bianconeri mencium trofi Liga Champions musim ini, masih beranikah Anda menyebutnya beruntung?

 

Baca juga:

Pirlo Berniat Tinggalkan Juventus

Saatnya Juventus Raih Treble

Lippi : Jika Juara Lebih Cepat, Juventus Malah Rugi

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer