Son Heung-min dan LAFC: Mengubah Paradigma Sepak Bola Asia di MLS

Chicago Fire vs LAFC — Debut Son Heung-min bersama LAFC dalam laga MLS versus Chicago Fire, Minggu (10/8/2025). (MLS Official)... Selengkapnya

Bola.com, Jakarta - Son Heung-min memulai kontrak dua tahunnya dengan Los Angeles FC, tepat setelah penyerang itu membantu Tottenham Hotspur menjadi klub terbesar di tanah airnya (meskipun klaim hampir 13 juta penggemar jelas berlebihan) dan salah satu yang terbesar di benua asalnya. Kini saatnya melihat apa yang bisa dia lakukan di lapangan di Los Angeles dan apa yang bisa dilakukan klub di luar lapangan.

“Mereka punya waktu 24 bulan untuk memaksimalkan semuanya,” kata Sasi Kumar, mantan pemain internasional Singapura dan pendiri agensi pemasaran olahraga Red Card Global, kepada The Guardian. “Peluang komersialnya sangat jelas, langsung di depan mata LAFC.”

Son telah menjadi figur utama dalam sepak bola Asia selama bertahun-tahun. Ia adalah penerima sepatu emas dan penghargaan Puskas yang mengangkat salah satu trofi terbesar sepak bola Eropa sebagai kapten klub besar beberapa bulan lalu. Memiliki salah satu bintang terbesar di liga paling populer di dunia selama waktu yang lama menjadi kebanggaan nasional di Korea dan menarik perhatian di seluruh Asia. Hal ini semakin memupuk ketenarannya. Son juga telah membantu memastikan bahwa sekarang hampir setiap bintang muda Korea yang berbakat ingin langsung bermain di kasta tertinggi Inggris.

MLS tidak memiliki reputasi yang mendekati hal tersebut – secara tradisional, liga ini kurang diminati di Asia, dan hampir tidak pernah disebut sebagai tujuan untuk pemain berusia 33 tahun ini. Di Korea, sudah ada perdebatan bertahun-tahun tentang kapan dan ke mana Son harus pergi, klub seperti Barcelona sering disebut-sebut.

Bahkan ketika Son mengalami kesulitan dalam bentuk dan kebugaran musim lalu, masih ada opsi di Eropa, yang diperkirakan akan menjadi tempat dia bertahan. Pindah ke Arab Saudi dipandang tidak mungkin. Bagi pemain yang belum pernah bermain di K-League, pindah ke kompetisi Asia pesaing mungkin kurang populer di tanah kelahirannya, di mana dia menjadi wajah lebih dari 30 merek. Meski demikian, MLS pada awalnya bukan pilihan yang populer.

“Di awal, reaksi penggemar terbagi karena beberapa ingin Son tetap di Eropa dan bermain di Liga Champions setidaknya satu musim lagi,” kata Lee Seung-mo, penulis dan jurnalis yang berbasis di Seoul.

“Namun setelah Son menjelaskan alasannya memilih LAFC dan MLS, kini mayoritas penggemar mengerti dan mendukung keputusannya.”

2 dari 3 halaman

Son Bisa Dongkrak Hubungan Korea Selatan-Amerika Serikat

Son Heung-min — Son Heung-Min #7 dari Los Angeles FC dan rekan setimnya Timothy Tillman #11 merayakan gol kedua tim dalam pertandingan MLS antara Chicago Fire FC dan Los Angeles Football Club di Stadion SeatGeek pada 9 Agustus 2025 di Bridgeview, Illinois. (Geoff Stellfox/Getty Images via AFP)... Selengkapnya

Tinggal di Amerika juga masuk akal menjelang Piala Dunia, yang kemungkinan akan menjadi penampilan keempat dan terakhir Son di turnamen tersebut. Lee mengakui bahwa tidak semua penggemar yang menonton Son di Inggris akan mengikuti dia di AS. “Penonton MLS tidak akan 100% sama seperti Premier League yang punya penggemar terbanyak di antara liga-liga, tapi sebagian besar fans Son akan ingin menonton MLS.”

Tahun-tahun di puncak permainan telah menjadikan Son ikon di tanah airnya sehingga dia dapat melampaui kompetisi manapun yang dia mainkan. “Citra dirinya melintasi demografi, geografis, semuanya,” kata Kumar. “Setiap Spurs bertanding, selalu ada dukungan dari Asia seluruhnya, dia karakter yang sangat disukai, kamu tak perlu jadi fans Spurs untuk menyukainya.”

LAFC memiliki keunggulan. Meski MLS bukan EPL, Amerika Serikat bukan Inggris. Secara ekonomi, Korea Selatan sudah memiliki hubungan kuat dengan AS, mengirim hampir 20% ekspornya ke AS pada 2024, dibandingkan hanya 1% ke Inggris Raya.

“Pasar Korea sangat terhubung dengan AS; ini pasar besar untuk produk kecantikan Korea, elektronik, mobil, ponsel, dan lain-lain,” ujar Kumar. “Son menyediakan platform dan peluang untuk memasuki pasar dengan aset besar. Hal yang jelas untuk LAFC adalah melakukan tur ke Asia dan aktif mencari kemitraan merek serta konten di berbagai pasar. Tim komersial LAFC akan bekerja keras untuk menjual aset digital, hak gambar, dan bekerja sama dengan merek global seperti Samsung dan Kia.”

3 dari 3 halaman

Pengaruh Besar Son

Perusahaan Korea memang telah lama terlibat di dunia olahraga (K-League didirikan dan sebagian besar dimiliki secara korporat, Hyundai sangat berpengaruh di Asosiasi Sepak Bola Korea selama bertahun-tahun) dan ada banyak pengetahuan yang dapat dimanfaatkan. “Yang terkenal dari olahraga Amerika pada umumnya adalah mereka mungkin terbaik dalam pemasaran olahraga, dan saya yakin LAFC serta MLS akan berusaha sebaik mungkin di pasar Korea,” kata Lee.

Fakta bahwa LA membuat kesepakatan besar untuk merekrut Son disambut baik. Steve Han, pemimpin konten Korea di LA untuk FIFA dan pembawa podcast Fairpoint, menyaksikan antusiasme itu. “Pada konferensi pers perkenalan, ada jurnalis Korea yang hadir dengan mengenakan kaos LAFC,” ujar Han kepada The Guardian.

“Selama bertahun-tahun, LAFC sudah menjadi salah satu klub dengan merek paling kuat di MLS. Konten yang klub buat sampai sekarang sudah sangat menggairahkan penggemar. Panggung sudah disiapkan agar Son memberikan sentuhan akhir yang sempurna sekarang.”

Sumber: The Guardian