5 Rivalitas antar Klub di Sepak Bola Paling Ikonik: Berakar dan Bersemi Lintas Generasi

Tapi sejarah mencatat, rivalitas, dengan korban yang terus berjatuhan, tak pernah menjadi pelajaran. Terus tersaji bahkan sudah mandarah daging.

Pentas Serie A, La Liga, Premier League, dan kompetisi lainnya di seantero jagat, termasuk Indonesia, rivalitas adalah sesuatu yang tak terhindarkan.

Berikut beberapa rivalitas telah berakar dan telah berlangsung selama beberapa generasi. Dilansir GIVEMESPORT, yuk scroll ke bawah untuk mengetahuinya.

Tanyakan kepada penggemar sepak bola mana pun di seluruh dunia pertandingan apa yang paling ingin mereka saksikan sebelum meninggal, dan 'Superclasico' antara Boca Juniors dan River Plate kemungkinan besar akan masuk dalam daftar keinginan setiap orang.

Kedua tim ini ikonik di luar Buenos Aires dan Argentina, baik itu seragam yang mereka kenakan maupun para pemain yang telah mewakili mereka.

Kembang api dan stadion yang bergemuruh, baik di La Bombonera milik Boca maupun El Monumental milik River, menjadi latar belakang pertemuan antara dua tim paling penting di negara Amerika Selatan ini.

Ketegangan antara kedua tim menyebabkan leg kedua final Copa Libertadores 2018, final kontinental pertama antara keduanya, dipindahkan sejauh 10.000 km ke Madrid setelah bus pemain Boca diserang oleh penggemar River menjelang pertandingan balasan.

Ada banyak persaingan sengit di Argentina, tetapi tidak ada yang mendekati persaingan ini, oleh karena itu kami menempatkannya di puncak daftar rivalitas paling ikonik dan panas di dunia sepak bola.

Celtic dan Rangers mewakili sisi yang berlawanan dari hampir setiap perbedaan yang dapat dibayangkan di Glasgow, kota terbesar kedua di Skotlandia.

Pendukung Celtic umumnya beragama Katolik, republikan, dan sosialis, sementara penggemar Rangers beragama Protestan, loyalis, dan konservatif. Sementara penggemar Celtic mengibarkan bendera tiga warna Irlandia, rekan-rekan mereka di Rangers mengibarkan bendera Union Jack.

Oleh karena itu, kedua klub memainkan peran besar dalam masyarakat, terutama karena mereka terus mendominasi lanskap sepak bola negara tersebut.

Secara gabungan, mereka telah memenangkan 108 gelar liga, sementara tim-tim Skotlandia lainnya hanya memenangkan 19 gelar.

Mengingat pertemuan pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1888, ini adalah salah satu derbi tertua di planet ini dan, dengan begitu banyak hal yang dipertaruhkan selain hanya sepak bola, salah satu yang paling sengit.

Meskipun Barcelona dan Real Madrid tidak berada di kota yang sama, kedua raksasa sepak bola Spanyol ini merupakan bagian dari salah satu rivalitas paling sengit di planet ini.

Para pendukung selalu bersemangat untuk El Clasico, yang sejarahnya berawal dari Perang Saudara Spanyol pada tahun 1930-an.

Mungkin contoh terbaru dari antusiasme penonton yang melampaui batas terjadi pada tahun 2002 ketika kedua klub terkenal itu bertemu di Camp Nou.

Salah satu dari sedikit pemain yang pernah pindah dari Barcelona ke Real Madrid, Luis Figo, turun ke lapangan dan disambut oleh suasana permusuhan yang terkenal, termasuk pelemparan kepala babi ke arahnya.

Permainan sepak bola yang ditampilkan antara kedua tim ini sangat menarik untuk ditonton selama bertahun-tahun, dengan beberapa El Clasico terbaik terjadi dalam 20 tahun terakhir.

Derbi Veciti, seperti yang dikenal di Serbia, adalah salah satu derbi terpanas di Eropa, bahkan mungkin di dunia.

Persaingan antara Red Star Belgrade dan Partizan Belgrade, dua klub paling sukses di negara itu (10 gelar berbanding 8 di kejuaraan Serbia saja, yang dimulai pada tahun 2006), yang antagonismenya berakar pada pertengahan abad ke-20 (kedua klub didirikan pada tahun 1945), didorong oleh isu-isu politik, sosial, dan budaya.

Pertemuan yang secara teratur ditandai dengan kekerasan konfrontasi dan banyaknya kerusuhan yang disebabkan oleh kesempatan tersebut.

Setelah 173 pertemuan, Red Star telah menang 68 kali, sementara Partizan telah menang 49 kali dan seri 56 kali.

Satu-satunya pertandingan antara tim Afrika dalam daftar ini, Al Ahly dan Zamalek, sama-sama berlokasi di ibu kota Mesir, Kairo.

Negara Afrika Utara ini memiliki populasi sedikit di atas 100 juta jiwa, namun pertemuan antara kedua tim secara teratur menarik sekitar 50 juta penonton televisi domestik.

Bentrok antar penggemar dalam sebuah pertemuan selama musim 1971/72 menyebabkan pembatalan sisa musim kompetisi Mesir, dan perkelahian antar pendukung adalah hal yang biasa.

Al Ahly adalah tim yang paling sukses di antara kedua tim tersebut, dengan memenangkan 43 gelar liga berbanding 14, sementara mereka telah meraih 11 Liga Champions CAF berbanding lima.

Namun, Zamalek masih menjadi tim tersukses kedua di dalam negeri dan di tingkat benua, dan merupakan salah satu dari sedikit tim yang memiliki peluang konstan untuk menghentikan dominasi Al Ahly.

Sumber: Givemesport