Sukses


Musim Terburuk, Persebaya Jadi Tim Produktivitas Terendah, Cuma Cetak 30 Gol di BRI Liga 1 2023/2024

Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya sedang menjalani musim terburuk sejak era Liga 1. Mereka kini masih menduduki posisi ke-12 klasemen sementara dengan 39 poin sampai pekan ke-31.

Padahal, tim Bajul Ijo hampir selalu menduduki papan atas klasemen akhir. Di musim 2018, mereka mampu menduduki peringkat kelima. Prestasi terbaik adalah menghuni posisi runner-up musim 2019 di bawah Bali United.

Persebaya kembali berada di peringkat kelima klasemen akhir pada musim 2021/2022. Terakhir, mereka menghuni posisi keenam di Liga 1 2022/2023.

Selain posisi klasemen, Persebaya juga sedang menghadapi masalah penting. Mereka kini tercatat sebagai tim dengan produktivitas gol terendah di Liga 1 musim ini. Bajul Ijo, hanya mampu mencetak 30 gol dalam 31 laga.

Dalam beberapa pekan, Persebaya sebenarnya ada di urutan terendah kedua setelah Bhayangkara FC. Setelah pekan ke-30 misalnya, Bhayangkara baru mencetak 29 gol dan Persebaya memasukkan 30 gol.

Tapi, pekan ke-31 mengubah itu. Bhayangkara sukses menang 7-0 atas Persik Kediri (16/4/2024) yang kini membuat mereka mengoleksi 36 gol. Sedangkan Persebaya tak menambah rekening gol karena kalah 0-3 di hari yang sama.

Permasalahan Persebaya Surabaya terbilang pelik musim ini. Tim asal Kota Pahlawan itu bahkan jadi tim dengan catatan mencetak gol bunuh diri terbanyak musim ini. Tak tanggung-tanggung, mereka sudah empat kali memberikan “hadiah” gol untuk tim lawan.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Catatan Buruk

Empat gol bunuh diri Persebaya itu juga lahir dari empat pemain yang berbeda. Mereka adalah Yohanes Kandaimu, Song Ui-young, Paulo Henrique, dan Kasim Botan.

Menariknya, dari empat nama itu, hanya Yohanes Kandaimu yang berstatus sebagai pemain belakang. Pemain berusia 28 tahun itu hanya tampil enam laga dan hengkang dari Persebaya di pertengahan musim dengan bergabung PSPS Riau yang berkiprah di Liga 2.

Fakta menarik lainnya adalah perjumpaan Persebaya dengan Borneo FC yang merupakan tim regular series Liga 1 musim ini. Dua kali mereka berjumpa, dua kali pula Persebaya memberi “hadiah” gol bunuh diri untuk Pesut Etam.

Urusan produktivitas gol jadi problem yang sulit diselesaikan Persebaya. Pasalnya, striker Paulo Henrique tidak rutin mencetak gol. Bruno Moreira juga kadang mandul. Tak ada pemain alternatif lain yang bisa menjawab kebutuhan ini.

Persebaya juga masuk dalam deretan tim yang menerima kartu merah terbanyak sejauh ini. Total, sudah ada enam kartu merah yang diterima Persebaya dalam 31 pertandingan musim ini.

Dua bek sayap, yakni Catur Pamungkas dan Reva Adi Utama, masing-masing dua kali menerima kartu merah. Sedangkan dua lainnya adalah hukuman usiran yang diberikan kepada striker asing Paulo Henrique dan Ripal Wahyudi.

3 dari 5 halaman

Sumber Masalah: Pergantian Pelatih

Sumber permasalahan ini bisa dibilang ada pada perubahan nakhoda tim. Belum semusim, mereka sudah dua kali melakukan pergantian pelatih. Ada Aji Santoso, Josep Gombau, dan kini di tangan Paul Munster. 

Jangan lupakan pula Uston Nawawi yang jadi caretaker dalam jeda pergantian antarpelatih. Uston masih konsisten menjabat asisten pelatih sejak 2020 hingga sekarang.

Hal itu cukup berdampak pada performa tim yang harus memainkan gaya permainan yang berbeda. Di bawah arahan Paul Munster, Persebaya terlihat belum menampilkan permainan yang diharapkan. Alhasil, mereka sulit menang.

4 dari 5 halaman

Tanpa Gelandang Asing

Belum lagi, Persebaya tak punya gelandang asing di putaran kedua seiring kepergian Ze Valente dengan status pinjaman ke Persik Kediri. Robson Duarte yang didatangkan sebagai pengganti lebih nyaman dimainkan sebagai winger kanan.

Situasi ini sempat menyisakan hanya Song Ui-young sebagai gelandang asing tersisa. Itu pun, Song berposisi asli sebagai gelandang tengah. Kini, dia juga telah hengkang dengan alasan cedera saat musim ini belum berakhir.

Praktis, tak ada gelandang asing di skuat Persebaya. Dalam 11 laga terakhir, Bajul Ijo hanya memainkan gelandang lokal saja. Tak ada pengatur serangan yang piawai menyuplai bola ke pemain depan.

Nama-nama yang kerap mengisi lini tengah adalah Muhammad Hidayat, Andre Oktaviansyah, Muhammad Iqbal, dan Ripal Wahyudi. Pelatih Paul Munster sampai harus memainkan bek Kadek Raditya sebagai gelandang bertahan untuk menambah opsi.

5 dari 5 halaman

Target Meleset Jauh

Menariknya, Persebaya sebenarnya sempat sesumbar menarget juara BRI Liga 1 2023/2024. Kini, jangankan juara, Bajul Ijo kemungkinan tidak akan masuk championship series atau empat besar klasemen akhir.

Alih-alih bersaing di papan atas, Persebaya kini malah berjibaku sedang berupaya lolos dari jeratan degradasi. Ya, mereka masih belum aman dari ancaman turun kasta.

Mereka kini menduduki posisi ke-12 klasemen sementara dengan 39 angka. Arema FC yang ada di posisi ke-16 atau teratas di zona merah jadi acuannya.

Singo Edan mengoleksi 31 poin, atau memiliki selisih delapan poin dengan Persebaya. Arema masih berpotensi mengungguli dengan tiga pertandingan tersisa.

Persebaya bisa mengamankan posisi dari ancaman degradasi jika menambah satu poin lagi. Dengan begitu, Bajul Ijo memiliki 40 poin, jumlah yang sama dengan poin maksimal Arema. Kebetulan, Persebaya menang head-to-head atas Arema.

Upaya untuk meraih satu poin itu sudah di depan mata dengan bertandang ke markas Persib Bandung dalam pekan ke-32 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Sabtu (20/4/2024) sore.  

Video Populer

Foto Populer