Bek Legendaris Timnas Indonesia Masih Kecewa dengan Pemecatan Shin Tae-yong: Kesalahan Besar, Merusak Momentum Skuad Garuda

Selama mengamati perkembangan Timnas Indonesia di bawah asuhan pelatih asal Korea Selatan itu, Charis mengakui apabila sistem taktik yang dipilih sebetulnya sudah tepat dan dipertimbangkan secara matang oleh STY.

Sayangnya, ketika progres Jay Idzes dan kawan-kawan sudah mulai terlihat, STY justru dihentikan dari tugasnya. Padahal, kata Charis, Timnas Indonesia mula memperlihatkan taring di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

“Mungkin, bagi saya, ini membuat saya tidak antusias lagi untuk berbicara soal Timnas. Terlepas dari pergantian pelatih, secara taktikal, saya sebetulnya lebih percaya dengan Coach Shin Tae-yong. Semua berjalan dengan baik,” kata dia.

“Itu yang saya sayangkan. Entah itu mau memakai skema tiga bek, empat bek, atau sebagainya, seorang pelatih itu sudah memikirkan secara matang,” lanjut lelaki yang pernah mengukir dua gol dari 36 caps bersama Timnas Indonesia itu.

Selain itu, Charis, yang kini telah mengantongi lisensi A AFC, menyebut apabila karakter total football yang digadang-gadang bakal dibawa oleh Patrick Kluivert bersama asistennya juga masih belum terasa. Malahan penguasaan bola di era STY lebih baik.

“Saya pikir, yang disampaikan pengamat atau netizen soal penguasaan bola dan total football-nya Patrick, menurut saya enggak keluar. Saya pikir di era pelatih sebelumnya penguasaan bola juga sudah cukup bagus,” kata dia.

Salah satu keunggulan skuad Garuda di bawah STY, kata Charis, adalah kedisiplinan para pemain dalam menjaga struktur permainan. Hal ini tak hanya terlihat saat menyerang, tetapi juga ketika Jay Idzes dkk bertahan.

“Dari segi permainan, Timnas Indonesia punya struktur yang lebih baik. Secara taktikal, entah itu mau memakai berapa bek, yang penting tim bisa menjaga ritme dengan baik,” lanjut bek andalan Timnas Indonesia di Piala Tiger 2004 itu.

Charis berharap, kesalahan federasi dalam mengganti pelatih ini bisa menjadi pelajaran berharga. Sebab, jika kejadian semacam ini kembali terulang, Timnas Indonesia tidak akan mengalami kemajuan di masa depan.

“Kalau Indonesia masih terus seperti ini, di saat Timnas kita sudah mendapatkan momen bagus yang terlihat, tiba-tiba pelatih di-cut setengah jalan, padahal sudah on the track, ya ini permasalahan di sepak bola kita. Ya akan seperti ini terus Indonesia, mau lima tahun atau 10 tahun kemudian, lihat saja,” kata dia.