Sosok Muhammad Kerry Adrianto, Anak Raja Minyak Riza Chalid yang Terkena Kasus Korupsi Rp3,07 Triliun

JPU juga menjelaskan Kerry dan Dimas, bersama Sani dan Agus, melaksanakan proses pengadaan sewa kapal yang bersifat formalitas.

Mereka memenangkan kapal Jenggala Bango jenis MRGC milik PT JMN, meskipun kapal tersebut tidak memiliki Izin Usaha Pengangkutan Migas yang merupakan syarat pelelangan pengangkutan migas.

Dalam hal sewa TBBM, Kerry dan Riza, melalui Gading selaku Direktur PT Tangki Merak, menawarkan kerja sama penyewaan Terminal BBM Merak kepada Hanung Budya Yuktyanta, Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), meskipun mereka tahu bahwa Terminal BBM Merak bukan milik PT Tangki Merak, melainkan milik PT Oiltanking Merak.

Kerry memberikan persetujuan kepada Gading untuk menandatangani Nota Kesepahaman Kerja sama Jasa Penerimaan, Penyimpanan, dan Penyerahan BBM dengan Hanung, meskipun Terminal BBM Merak belum dimiliki oleh PT Tangki Merak.

JPU menyatakan bahwa tindakan ini merupakan permintaan Riza, yang juga berfungsi sebagai jaminan pribadi dalam pengajuan kredit kepada Bank BRI untuk akuisisi dan menjadikan PT Oiltanking Merak sebagai jaminan kredit.

Selain itu, Kerry dan Gading diduga telah menggunakan dana sebesar Rp176,39 miliar dari pembayaran sewa Terminal BBM Merak, yang digunakan untuk kegiatan golf di Thailand, di mana Gading dan Dimas juga turut serta bersama Yoki, Sani, Arief, dan Agus.

Kerry Adrianto dilahirkan di Jakarta pada 15 September 1986. Ia adalah anak dari pasangan Riza Chalid dan Roestriana Adrianti, yang berasal dari keluarga yang sudah lama dikenal dalam industri perdagangan minyak dan bisnis energi.

Sejak masa remajanya, Kerry telah dibesarkan dalam atmosfer bisnis yang kuat. Pada usia muda, ia tinggal di Singapura untuk menempuh pendidikan di United World College of South East Asia (UWCSEA) dari tahun 2000 hingga 2004.

Setelah menyelesaikan pendidikan di UWCSEA, Kerry melanjutkan studi di Imperial College London, di mana ia meraih gelar BSc Applied Business Management pada periode 2004 hingga 2008.

Meskipun merupakan lulusan luar negeri, ia tidak hanya terfokus pada teori. Kerry aktif mengambil peran strategis dalam jaringan usaha keluarganya serta perusahaan-perusahaan afiliasinya.

Ia dikenal sebagai pemilik yang berpengaruh di PT Navigator Khatulistiwa, sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai broker minyak dan logistik laut.

Selain itu, Kerry juga menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Pelayaran Mahameru Kencana Abadi, yang bergerak dalam transportasi laut untuk minyak dan gas. Selain kiprah bisnisnya, ia pernah menjadi komisaris dan pemilik di lembaga hiburan anak-anak seperti Kidzania.

Kerry juga aktif dalam dunia olahraga, terutama melalui keterlibatannya dengan klub basket Hangtuah Jakarta.

Namun, kariernya di dunia usaha mengalami tantangan ketika namanya muncul sebagai salah satu tersangka dalam kasus dugaan korupsi terkait tata kelola minyak mentah dan produk kilang yang melibatkan PT Pertamina serta anak usahanya dalam rentang waktu 2018 hingga 2023.

Kerry Adrianto telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi minyak mentah oleh Kejaksaan Agung pada 24 Februari 2025. Bersama Kerry, ada delapan orang lainnya yang juga ditetapkan sebagai tersangka.

Di antara mereka terdapat Riva Siahaan yang menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) Pertamina Patra Niaga, Sani Dinar Saifuddin yang merupakan Direktur Optimasi Feedstock & Produk di PT Kilang Pertamina Internasional, serta Yoki Firnandi yang menjabat sebagai Direktur di PT Pertamina Internasional Shipping.

Selain itu, terdapat Agus Purwono yang berperan sebagai VP Feedstock Management di PT Kilang Pertamina Internasional, Maya Kusmaya selaku Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, serta Edward Corne yang bertugas sebagai VP Trading Operation di PT Pertamina Patra Niaga.

Di sisi lain, dari pihak swasta, ada Muhammad Kerry Andrianto Riza yang merupakan Beneficial Owner di PT Navigator Khatulistiwa, Dimas Werhaspati yang menjabat sebagai Komisaris di PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris di PT Jenggala Maritim, dan Gading Ramadan Joede yang juga menjabat sebagai Komisaris di PT Jenggala Maritim serta PT Orbit Terminal Merak.