Sukses


5 Contoh Cerpen Singkat tentang Persahabatan yang Bisa Dijadikan Inspirasi

Bola.com, Jakarta - Istilah cerpen atau cerita pendek pasti sudah tidak asing lagi bagi orang yang hobi membaca. Sebab, cerpen banyak dimuat di majalah, tabloid, maupun surat kabar.

Cerpen merupakan satu di antara jenis karya sastra populer berbentuk prosa. Dalam karya sastra tersebut berisi kisah-kisah fiktif.

Cerpen menceritakan tentang satu kejadian saja dan hanya memuat tulisan yang tidak terlalu panjang atau singkat, yakni terdiri kurang dari 10.000 kata atau batas panjang maksimal 20 halaman.

Adapun tujuan pembatasan penulisan cerpen supaya pembaca bisa menyelesaikannya dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 30 menit hingga dua jam.

Terlepas dari itu, cerpen tentang persahabatan merupakan satu di antara tema yang populer di kalangan para remaja.

Cerpen persahabatan mengisahkan bagaimana seseorang memiliki sahabat sejati dan tak lekang oleh waktu.

Bukan hanya mengisahkan mengenai persahabatan saja, cerpen dengan tema ini penuh makna dan bisa memberikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut lima contoh cerpen singkat tentang persahabatan yang bisa kamu jadikan inspirasi, dikutip dari laman Syahrulanam dan Pelajarindo, Jumat (13/10/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Berbagi Kasih dengan Sahabat

Namaku Riko, seorang siswa SMP kelas IX asal Bogor. Aku memiliki sahabat bernama Andre, yang merupakan teman setia dan sekelas sejak di bangku sekolah dasar.

Hari ini adalah hari Sabtu, di mana mata pelajaran hanya tiga mapel. Pada mapel terakhir, yakni Bahasa Inggris, semua berjalan seperti biasa. Hari telah menunjukkan pukul 13.20, tandanya sebentar lagi akan pulang.

Tiba-tiba pintu kelas diketok oleh seseorang. Ketika Bu Guru membukanya, ternyata yang datang adalah Pak Imron, pamannya Andre, adek kandung dari ibunya.

"Tok..tok..tok.." suara ketukan pintu berbunyi.

"Iya, silakan masuk..." sambut Bu Guru.

"Permisi bu, saya izin menjemput Andre untuk membawanya pulang..." ucap Pak Imron.

"Ada persoalan apa ya Pak…?" Tanya Bu guru.

"Begini bu, keluarga Andre baru saja mengalami musibah, rumahnya kebakaran dan semuanya habis dimakan api. Untungnya tidak ada korban jiwa sedikit pun..." sambung Pak Imron.

Tiba-tiba seisi kelas panik bercampur sedih, dan aku melihat wajah Andre tampak kesedihan yang begitu mendalam. Kemudian Bu Guru mengizinkan Andre untuk pulang.

Ketika bel pulang berbunyi, aku mengimbau seluruh teman sekelas untuk jangan pulang dulu. Aku mengajak mereka semua untuk melakukan penggalangan dana kepada seluruh lapisan guru dan siswa/i di sekolah mulai besok.

Sepulang dari sekolah besok, aku juga mengajak mereka untuk melakukan penggalangan di tepi jalan raya. Tanpa pikir panjang, semua teman sekelas setuju.

Setelah penggalangan di sekolah dan tepi jalan raya selesai, aku dan teman-teman sangat bersyukur karena dana yang terkumpul cukup banyak, yakni 16 juta rupiah. Aku dan teman-teman langsung menuju kediaman Andre dan keluarganya.

Sesampainya di sana, aku melihat kesedihan Andre dan keluarganya begitu mengiris hati, mengingat semua isi rumah habis dilalap api.

"Assalamualaikum Bu, Pak, Ndre, aku dan teman-teman mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang kalian hadapi. Ini, ada sedikit bantuan dari teman-teman dan saudara, semoga bisa meringankan beban kamu dan keluarga ya, Ndre..." ucapku.

Andre tampak sedikit senang dan kemudian langsung memeluk kami semua, seraya berkata…

"Terima kasih banyak teman-teman atas bantuannya. Terima kasih juga atas kehadiran dan ucapan belasungkawanya. Semoga Allah Swt. membalas semua kebaikan kalian dan para penyumbang..." tuntas Andre.

Kami pun berkumpul dan mencoba menghibur Andre dan keluarganya hingga menjelang sore.

3 dari 6 halaman

Persahabatan Abadi

Saat ini aku berada di kelas 9 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku, Aris, Andri, dan Ana. Kami berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang dimasukkan ke dalam sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah pohon yang nantinya surat tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya kita berempat lulus semua.

Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan menggali tepat di mana botol yang dahulu dikubur berada.

Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan "Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya".

Keesokan hari, Aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan karena Aris berencana untuk menyatakan perasannya kepadaku. Akhirnya aku dan Aris berpacaran.

Begitu juga dengan Andri, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.

Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.

"Perasaanku enggak enak banget ya?", ucapku penuh cemas.

“Udahlah, Ndi, santai aja, kita enggak bakalan kenapa-kenapa," jawab Andri dengan santai.

Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Nindi terjadi.

"Arissss awasss! di depan ada jurang!," teriak Nindi.

"Aaaaaaaaaa!!!"

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.

"Nindi... kamu sudah sadar, Nak?" tanya Ibuku.

"Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?" tanyaku.

"Kamu di rumah sakit, Nak. Kamu yang sabar ya, Andri dan Aris tidak tertolong di lokasi kecelakaan," jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar pernyataan ibu.

"Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku," batinku berkata.

Lantas, dua hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua. Namun, sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian.

4 dari 6 halaman

Sahabatku Iri Hati

Namaku Sinta Putri, aku sangat senang dengan pelajaran bahasa Indonesia dan Biologi. Aku mempunyai sahabat yang unik bernama Aulia, dan aku bingung dengannya.

Dikarenakan sahabatku orang yang sangat sensitif. Menurut dia, aku tidak boleh suka dengan kedua pelajaran tersebut. Padahal, itu hakku.

Suatu waktu saat pelajaran bahasa Inggris, tidak tahu mengapa tiba-tiba aku suka dengan pelajaran tersebut. Mungkin karena guru yang mengajarkan mempunyai cara penyampaian yang baik. Otomatis aku juga mulai aktif di kelas saat pelajaran Bahasa Inggris.

Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba.

Saat itu aku langsung menghampiri Aulia untuk mengajaknya ke kantin.

"Aul, ke kantin yuk?" ajakku.

"Enggak, aku enggak mau lagi sahabatan sama kamu!" jawabnya sembari buang muka.

Awalnya kejadian seperti itu hanya sekali dan kita berdua balikan seperti semula. Namun, lama-kelamaan terjadi hal yang serupa. Sangat aneh.

Aulia bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku kesal. Ceritanya begini, waktu Ujian Tengah Semester (UTS) dia kesusahan menjawab soal pelajaran Biologi, saat itu dia melihat ke arahku. Aku dan Aulia tidak satu bangku, Aulia tepat di depan tempat aku duduk.

"Sin, kamu tahu enggak nomor 5 essay? minta jawabannya dong satu aja!" tanya Aulia sembari memohon.

"Udah si, ini kan bukan ulangan biasa!" jawabku.

"Yah, kamu.." sembari jengkel.

Aku cuek saja akan hal itu dan berharap bahwa dia akan instropeksi. Coba bayangkan, dia sudah membuatku sakit hati dan dia ingin meminta jawaban UTS.

Beberapa hari kemudian hasil nilai UTS Biologi dibagikan dan diumumkan. Aku mendapat nilai 90 sedangkan Aulia mendapat nilai 75.

Aku bisa melihat tatapan iri di sahabatku itu, dan aku sadar bahwa bersahabat dengan orang yang suka iri hati adalah hal yang susah.

5 dari 6 halaman

Kepergian Sahabatku

Dia sering mengajakku ke rumahnya, dan aku pun sering mengajaknya ke rumahku. Ia bernama Dinda dan aku bernama Dita. Aku suka bercerita tentang hidupku kepadanya, itu karena ia bisa memberiku nasihat dan membuatku semangat, biarpun diejek teman-temanku.

Dinda adalah tipe orang yang ceria. Ia selalu ceria walapun ada yang nakal kepadanya maupun jail. Tidak seperti aku diejek sudah merasa… eeeeehhhhmmmm.

Pada suatu hari, Dinda mengajakku jalan-jalan ke tempat bermain, aku sangat senang. Kami bermain sepuasnya, semua permainan kami coba, dari komedi putar hingga roller coaster. Sampai-sampai kami lupa waktu.

Sekarang sudah sore, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing. Selama aku tetap bersamanya, hidupku akan terasa senang dan bahagia biar diejek teman-temanku karena ada Dinda yang selalu menghiburku.

Namun, suatu hari ia tak masuk sekolah. Pulang sekolah aku ke rumahnya, tapi kosong. Aku sangat bingung, kenapa hari ini Dinda tak ada, biasanya kalau ia mau pergi ia selalu memberi tahuku, tapi kali ini tidak. Aku bingung sekali.

Besok harinya, di sekolah Dinda masih tidak hadir. Aku pun kembali lagi ke rumahnya dan masih tidak ada orang-nya. Besok harinya lagi ia tetap tidak masuk sekolah.

Setiap hari aku menunggnya di sekolah tapi ia tak kunjung hadir. Setiap hari aku juga ke rumahnya dan masih tak ada orang. Akhirnya, hari-hariku ku lewati sendirian, tidak lagi bersamanya. Hari-hari pun berjalan dengan buruk. Tak ada yang mau menjadi temanku, mungkin… karena hidupku yang miskin.

6 dari 6 halaman

Persahabatan di Masa SMA

Kita semua pasti memiliki teman dekat atau disebut sahabat, di mana waktu kita banyak dihabiskan bersama. Dalam proses menjalani kehidupan, terkadang ada sahabat yang datang dan pergi. Namun, yang namanya sahabat biasanya memiliki jangka waktu hubungan yang lebih panjang, lebih awet dari jenis hubungan lain seperti teman biasa atau pacar.

Bicara tentang sahabat yang masih awet, saya memiliki beberapa orang sahabat saat masih memakai seragam putih abu-abu. Mereka adalah Riana, Lulu dan saya sendiri Chairil, di mana kami selalu ke mana-mana bersama.

Persahabatan, cinta, dan cita-cita. Ketiga tema itulah yang selalu mewarnai hari-hari kami, yang ketika mulai membicarakan tema tersebut, seakan waktu menjadi berlalu begitu cepat.

Pertama kali memasuki dunia putih abu-abu, di SMAN 5 Pontianak, secara tidak sengaja kami berada di kelas yang sama. Duduklah kami sebangku dari saat itu selama setahun.

Di kelas ini, saya mulai mengenal Riana, ia adalah seorang wanita yang tegap bila pertama kali orang melihatnya, pasti bisa merasa jiwa kepemimpinannya. Aktif di Paskibra, dan dia dipercaya menjadi ketua kelas kami. Orangnya tegas dan tidak neko-neko, agak sedikit kaku setiap sekali bertemu dengan pria yang dicintainya. Hehehe…

Ketika kami membicarakan cinta, bahasannya seakan tiada habisnya. Dari tiga orang, sebenarnya masing-masing dari kami mempunyai seseorang yang kami sukai secara diam-diam. Namun, hanya dua orang yang berani menyatakannya.

Lainnya beralasan tidak dibolehkan orang tua, hingga tidak diperjuangkan, walau di situ sebenarnya ada unsur tidak berani mengungkapkan. Hehe..

Saya masih ingat, saat salah seorang dari kami sampai membuat kode di plat nomor motornya, yang membentuk sebuah tanggal, tanggal spesial mengenai dia dan orang yang dia sukai.

Suatu waktu kami menonton film berjudul, 'Catatan Akhir Sekolah', yang mengisahkan seorang yang membuat film dokumenter mengenai kegiatan di sekolahnya.

Film itu sangat menginspirasi kami, kebetulan saat malam lepas pisah kami diminta untuk menampilkan profil masing-masing kelas, dan kami menjadikan film ini sebagai acuan untuk membuat profil kelas berbentuk sebuah video. Tema yang kami angkat adalah tentang persahabatan, cinta, dan cita-cita.

Tiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Usai lulus SMA masing-masing dari kami sudah mempunyai rencana sendiri mengenai masa depan kami, yaitu melanjutkan studi di bangku kuliah.

 

Sumber: Syahrulanam, Pelajarindo

Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer